Jadi masalahnya bukan pada babinya sendiri, tetapi larangan makan daging babi, dan binatang-binatang yang lain itu berfungsi sebagai pagar yang olehnya Israel “dikurung” dan juga sebagai “pengawal” dan “penuntun” bagi Israel sampai Kristus datang. Dan jika kita membaca perikop berjudul Yesus Mengusir Roh Jahat dari Orang Gerasa (Markus 5:1-20, Matius 8:28-34; Lukas 8:26-39), nasib para babi semakin merana.
Peristiwa pengusiran roh-roh jahat yang berjumlah ribuan ekor yang merasuk orang gila di Gerasa dan merasuki babi-babi sampai mereka menceburkan diri ke danau sampai mati adalah kejadian yang sekali dan tak terulang lagi. Jadi tak usah kuatir akan membuat para babi yang lain di luar peristiwa itu menjadi merana. Apa lagi tak mungkin ada orang yang bisa meniru peristiwa itu. Dan lagi Kristus tak memerintahkan supaya apa yang dilakukanNya diulangi oleh para pengikutNya, yang jelas tak mungkin mereka ada yang bisa melakukannya.
Memang roh-roh jahat itu diijinkan Kristus keluar dari orang yang kerasukan lalu memasuki babi-babi, yang membuat babi-babi itu menjadi gila dan lari bersama-sama menceburkan diri ke dalam danau sampai mati. Namun itu harus dilihat dalam konteks yang kita bicarakan di atas.
Gerasa adalah masih dalam wilayah Israel, sebagai wilayah dari bangsa yang dipersiapkan untuk menerima Mesias, dengan diberi pagar hukum Taurat, salah satunya adalah dilarang makan babi. Kelihatannya pemilik babi-babi itu bukanlah salah satu dari Bani Israel, sebab kalau dia adalah orang Israel tentu dia tak akan memelihara babi, sesuai dengan hukum Taurat. Tetapi jika dia adalah orang Israel berarti dia melanggar hukum Allah dengan memelihara babi-babi, dan bisa mempengaruhi orang Israel lainnya untuk melanggar hukum Taurat.
Oleh karena itu Sang Kristus mengijinkan roh-roh jahat merasuk babi-babi bagi menyingkirkan sesuatu yang membuat sandungan bagi orang Israel lainnya, dan bagi memberi pelajaran kepada si pemilik babi. Namun jika si pemiliknya adalah penyembah berhala, dan bukan orang Israel, memelihara babi di tanah di mana Israel tinggal, akan menjerat orang Israel untuk meremehkan larangan Allah, sehingga pagar iman mereka jadi roboh serta bisa berkompromi dengan para penyembah berhala, dan mereka tak layak menjadi bangsa penerima Messias.
Itulah sebabnya Kristus kelihatannya mengijinkan roh-roh jahat masuk ke dalam babi-babi untuk menghilangkan sesuatu yang bisa jadi perangkap bagi Israel, yang menjadikan mereka tak layak sebagai penerima Mesias. Namun lebih dari itu semua, kita dapat melihat sikap Kristus kepada manusia. Dalam Markus 5:8 dan Lukas 8:30, roh-roh jahat itu menyatakan namanya sebagai “Legiun” sebab mereka jumlahnya banyak.
Satu “legiun” adalah satuan tentara Romawi yang berjumlah 3000 orang. Berarti orang gila ini dirasuk sebanyak 3000 roh jahat. Yesus datang untuk melepaskan manusia dari kuasa Iblis dan roh-roh jahatnya, dosa dan kematian. Oleh karena melihat seorang manusia dirasuk 3000 roh jahat, Kristus tak merelakan hal itu terjadi. Sehingga roh-roh jahat diusir keluar, masuk ke dalam babi- babi. Jika satu roh jahat memasuki seekor babi, paling tidak ada 3000 ekor babi yang jadi korban si roh jahat ini.
Dengan demikian seorang manusia gila itu lebih dari harga 3000 ekor babi, apakah pula harga seorang manusia yang tidak gila ia hadapan Allah. Jika demikian halnya alangkah mulia manusia itu di mata Kristus, lebih mulia dibandingkan dengan sebanyak binatang apapun dan lebih mulia dari nilai sebanyak harta manapun. Oleh karena itu Sang Kristus rela babi dikorbankan oleh roh-roh jahat demi seorang manusia.
Bayangkan jika sekilo daging babi harganya Rp 80.000,- rupiah dan berat per ekor babi adalah 100 kg. Maka harga seekor babi bisa Rp 8000.000,- (saya tidak tahu apakah memang harga babi sedemikian). Maka jika ada 3000 ekor babi, nilainya jadi 3000 x Rp 80.000,- = Rp 240.000.000,-. Ini harga seorang manusia gila yang sudah dibuang masyarakat dan tidak dihormati lagi oleh mereka!!!!!
Jika begitu halnya berapa pula nilai seorang manusia waras, jelas harganya tak ternilai. Itulah sebabnya lebih baik babi dikorbankan daripada manusia yang menjadi korban penindasan dan kebinasaan. Manusia nilainya jauh lebih berharga di atas benda, harta atau binatang apapun. Inilah pelajaran yang dapat kita lihat dari tindakan Kristus.
Apakah Yesus juga ikut-ikutan tidak respek pada para babi dan membuat rugi para peternak babi?” Alih-alih tidak respek pada para babi, Kristus lebih respek kepada manusia yang hidup dalam derita penindasan roh-roh jahat, sebagaimana yang telah kita jelaskan di atas. Apakah Kristus akan “membuat rugi para peternak babi?” Tentu tidak, karena peristiwa yang dilakukan Kristus itu hanya sekali saja terjadi, dan tidak ada orang yang bisa mengulangi tindakan Kristus, juga tak ada perintah Kristus kepada para pengikutnya untuk mengulangi hal yang sama. Apalagi setelah Kitab Suci Perjanjian Baru tertulis menegaskan bahwa tidak ada makanan yang najis pada dirinya sendiri. Dan Kristus datang untuk menyatakan bahwa semua makanan halal, meskipun tidak semuanya berguna, sehingga pengikutnya harus tahu benar bagaimana memakan atau tidak memakan suatu makanan.
TAMAT
.
.