Shalom Alaikhem be Shem Ha Massiakh
Para Romo, Saudara-saudara dan Saudari-saudariku serta Anak-anak Rohaniku semuanya, sebagaimana orang yang berdiri dalam suatu bilik yang gelap dengan semua pintu dan jendela-jendelanya ditutup rapat-rapat, lalu membuka satu jendela daripadanya dan cahaya terang-benderang masuk tak tertahankan kedalam ruangan itu, serta tiba-tiba membuat orang itu seolah-olah dibungkus oleh terang- cemerlang yang begitu menyilaukan, sehingga karena tak dapat tahan terhadap silau yang kemilau ini, maka orang itu menutup matanya, membungkus kepalanya dengan kain, entah selimut atau handuk, dan menyembunyikan dirinya, demikian juga jika jiwa kita, yang sama sekali dipenjarakan di dalam dunia pancaindra, membiarkan pikiran kita mengintip keluar dari kungkungan perangkat inderawi, dan masuk kedalam dunia yang mengatasi perangkat inderawi itu, seolah-olah keluar dari jendela, jiwa kita itu akan bermandikan cahaya gilang-gemilang yang berasal dari cahaya tak tercipta daripada Sang Kekasih jiwa kita dengan RohNya yang Kudus, yang sebenarnya bersemayam dalam jiwa kita itu. Karena tak mampu menahan gemilang berkemilauan dari Terang Ilahi yang baru saja terungkap itu, maka Terang itu akan membuat pikiran kita bergemetaran, lalu bersembunyi dalam dirinya sendiri lalu melarikan diri seolah-olah kedalam rumah, mencari selimut untuk menutupi dirinya dalam dunia perangkat inderawi dan pada manusia yang bersifat daging dan lahiriah ini. Amsal 6:27 mengatakan : ” Dapatkah orang membawa api dalam gelembung baju dengan terbakar pakaiannya?”. Demikian juga dapat kita katakan dapatkah seseorang yang memiliki Api Ilahi dari Roh Kudus di dalam hatinya, yang membakarnya dengan telanjang, tanpa tertutup oleh perangkat inderawi, serta tidak membuat dia juga dinyalakan oleh api itu, sehingga ia tidak bersinar dan berkilauan dan tidak ikut ambil bagian dari sinar cahaya dari Yang Maha Ilahi, sesuai dengan derajat pemurnian diri yang ia lakukan dan perembesan masuk dari api ilahi itu dalam dirinya? Karena perembesan masuk dari api Roh Kudus itu mengikuti pemurnian hati (Matius 5:8, Ibrani 12:14) dari kenajisannya yang berasal dari hawanafsu ( Markus 7:22-23), dan lagi pemurnian hati itu mengikuti perembesan masuk oleh api itu, dalam artian, sejauh hat kita itu dimungkinkan dari kenajisan hawa nafsu, demikianlah itu akan menerima karya dari Kasih-Karunia Allah, dan lagi sejauh sejauh itu menerima Kasih karunia, demikianlah hati itu dimurnikan. Apabila ini mencapai kelengkapannya, yaitu, pemurnian dari hati serta penerimaan melalui perembesan masuk dari Kasih-Karunia itu telah mencapai kepenuhan dan kesempurnaannya, melalui Kasih karunia ini manusia akan sama sekali menjadi Ilahi, mengalami “Theosis’ (Pengolahan), yaitu “ikut ambil bagian dalam kodrat ilahi” (II Petrus 1:4)
Kiranya Allah, Bapa kita, didalam Nama Yesus Kristus, Tuhan kita, FirmanNya yang telah menjadi Manusia itu, oleh kuasa Roh KudusNya, memberikan Kasih karunia-Nya pada kita hari ini agar kita mampu memurnikan hati kita dari hawanafsu, sehingga api ilahi itu boleh bersinar dalam kita, sehingga dapat mencapai panunggalan kita dengan Allah. Amin.
Romo/Abuna Daniel Byantoro