Gereja Orthodox melibatkan seluruh indera manusia dalam segala aspek ibadahnya : indera penglihatan (mata), indera perasa/pengecap (lidah), indera penciuman (hidung), indera pendengaran (telinga), dan indera peraba (kulit tangan). Berkaitan dengan indera peraba, ada tradisi yg bernama : ‘cium kudus’, yaitu : mengadakan salam-salaman dan cium tangan pada waktu ibadah, juga sebelum dan sesudahnya.
Mengenai cium-kudus ini, dikatakan Alkitab demikian : “Salam kepadamu dari saudara-saudara semuanya. Sampaikanlah salam seorang kepada yng lain dengan cium kudus.” (1 Kor. 16:20 -Bandingkan dengan Roma 16:16; 2 Kor. 13:12; 1Tes. 5:26; 1 Pot. 5:14). Dari beberapa ayat ini, Alkitab menganjurkankepada Jemaat untuk mengadakan: Cium Kudus, yaitu dengan bersalan-salaman dan mencium tangan satu dengan yang lain : Klerus dengan klerus, umat dengan klerus, dan antar umat. Juga dengan klerus dan umat yg sudah meninggal. Tradisi ini tetap dilakukan di dalam Gereja Orthodoks di dalam kebaktiannya. Jemaat akan saling bersalaman dan cium yang kudus, yangdengan demikian alat perabapun ikut merasakan arti kebaktian itu. Hal ini mengingatkan jemaat akan perdamaian yang telah diberikan olehKristus melalui PenjelmaanNya di dalam dunia ini yang perdamaian ini dirasakan dalam damai sejahtera, sehingga jemaat saling melakukan ciumkudus, karena Allah terlebih dahulu mencium kita di dalam kasihNyaAllah terlebih dahulu berJabatan tangan dengan kita di dalam kasihNyamelalui Yesus Kristus.
Oleh karena itu, kebenaran keselamatan yang telah dinyatakan di dalam Yesus Kristus ini, diproklamasikan dalamwujud tindakan dimana alat peraba masing-masing dapat merasakan akan arti pendamaian yang dilakukan oleh Kristus bagi manusia.
Cium kudus ini tidak dibatasi hanya dengan saling mencium satu samalain di antara anggota-2 Jemaat yang masih hidup, namun cium kudus itu juga diperpanjang dengan cium kudus yang kita lakukan kepada jemaatanak-anak sulung yang namanya terdaftar di sorga, roh-roh orang benaryang telah menjadi sempurna (Ibr. 12:23). Caranya bagaimana? Pada saat liturgi, dengan cara menyebutkan nama umat yg sudah meninggal dan mencium ikon2 para Jana Suci (pada momen tertentu saat liturgi, juga sebelum dan sesudah ibadah). Karena mereka ini tidak lagi dalam tubuh fisik.
Dan menurut Alkitab, orang-2 Kristen sepanjang segala abad, tidak lagi terpisah dari kita (yang hidup), Bandingkan dengan (Ibr.12:12-23: Kamu sudah datang ke Bukit Sion = kota Allah yang hidupYerusalem sorgawi… Jemaat anak-2 sulung yaitu: roh-roh orang benar.Hal ini menunjukkan kita bersekutu dengan mereką, kita datang kepadamereka. Kita menyembah di dalam dunia ini tidak sendirian, tetapi disertai dengan mereka. Dengan demikian merekapun, merupakan anggota Jemaat yang Satu sebagaimanapun kita merupakan anggota jemaat. Hal ini dimungkinkan karena Alkitab mengatakan: … sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepalasegala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi. (Efesus 1:10).Di dalam ayat ini, segala sesuatu yang ada di sorga dan yang ada dibumi sudah dipersatukan.” Maka persatuan antara mereka yang ada disorga (Jemaat anak sulung, para malaikat, roh-2 orang benar) denganjemaat yang ada di dunia ini; bukanlah suatu ide yang abstrak melainkan suatu realita yang nyata. Kita adalah satu anggota Gereja yang tak terpisahkan, karena sorga dan bumi sudah dipersatukan.
Oleh karena itu, maka kita merupakan satu saudara dalan ikatan yang tak terpisahkan oleh Roh Kudus. Sebagaiman kita melakukan cium kudus dengan sesama anggota jemaat yang di dunia ini, dan itu mungkin terjadi karena kita masih keadaan tubuh yang sama, namun dengan anggota Jemaat yang ada di sorga yang tidak berada dalam keadaan fisik tidak mungkin lakukan cium kudus. Maka secara lambang, Gereja sudah melakukan cium kudus ini kepada lambang kehadiran jemaat sepanjang segala abad yaitu dalam wujud ikon-2.
Jadi pada waktu anggota jemaat melakukan cium kudus kepada ikon, bukan itu berarti menyembah ikon tersebut. Itu merupakan lambang cium kudus yang dilakukannya terhadap saudaranya sesama anggota Gereja, sebagaimana jemaat melakukan cium kudus satu sama lain di dalam Liturgi Gereja. Hal ini harus dicamkan, agar kita tidak jatuh ke dalam penyembahan berhala atau penyembahan ikon.
Di dalam cium kudus inilah kita ikut serta memproklamasikan akan arti keselamatan yang telah dilakukan oleh sang Sabda yg menjelma di dalam dunia ini.
Dengan demikian tindakan mengadakan cium kudus adalah melambangkan PERSATUAN yang ada di antara anggota jemaat, baik yang sorga maupun yang di bumi, yang semuanya itu memproklamasikan telah robohnya tembok pemisah yang dilakukan oleh Kristus. Hal ini juga menunjukkan pendamaian yang telah dilakukan oleh Kristus di dalam kematian, kebangkitan, serta inkarnasiNya dalam wujud manusia.
Achrimandrite Bambang Daniel Byantoro – Apa dan Bagaimana Iman Orthodox ?