Diperingati Gereja Orthodox pada 10 Februari (kalender sipil) / 28 Januari (Kalender Gereja Purba)
Js. Efraim, dari Siria, seorang guru pertobatan, dilahirkan pada awal abad keempat di kota Nisibis (Mesopotamia) ke dalam keluarga miskin penggarap tanah. Orang tuanya membesarkan putra mereka dalam kesalehan, tetapi sejak masa kanak-kanak ia dikenal karena sifatnya yang cepat marah dan karakternya yang tidak sabaran. Dia sering berkelahi, bertindak tanpa berpikir, dan bahkan meragukan Penyelenggaraan Allah. Dia akhirnya pulih kembali dengan kasih karunia Allah, dan memulai jalan pertobatan dan keselamatan.
Suatu kali, ia secara tidak adil dituduh mencuri seekor domba dan dijebloskan ke penjara. Dia mendengar suara dalam mimpi memanggilnya untuk bertobat dan memperbaiki hidupnya. Setelah ini, ia dibebaskan dari tuduhan dan dibebaskan.
Anak muda itu lari ke gunung untuk bergabung dengan para pertapa hermit. Bentuk asketisme Kristen ini telah diperkenalkan oleh seorang murid Js. Antonius Agung, yaitu Eugenius penghuni gurun pasir Mesir.
Js. Yakobus dari Nisibis (13/26 Januari) adalah seorang petapa yang terkenal, seorang pengkhotbah Kristen dan penyangkal ajaran Arian. Js. Efraim menjadi salah satu muridnya. Di bawah arahan hierarki suci ini Js. Efraim mencapai kelembutan, kerendahan hati, ketaatan pada kehendak Allah, dan kekuatan untuk menjalani berbagai godaan tanpa keluhan.
Js. Yakobus mengubah pemuda yang tidak taat itu menjadi seorang biarawan yang rendah hati dan penuh penyesalan. Menyadari potensi besar muridnya, ia memanfaatkan bakatnya. Dia memercayai dia untuk menyampaikan khotbah, untuk mengajar anak-anak di sekolah, dan dia membawa Efraim bersamanya ke konsili Ekumenis Pertama di Nikea (pada tahun 325). Js. Efraim hidip bersama Js. Yakobus dalam ketaatan selama empat belas tahun, sampai kematian uskup tersebut pada tahun 338.
Setelah penaklukan Nisibis oleh Persia pada tahun 363, Js. Efraim pergi ke sebuah biara di dekat kota Edessa. Di sini dia bertemu banyak pertapa agung, yang menyerahkan hidup mereka dalam doa dan mazmur. Gua-gua mereka adalah tempat perlindungan untuk menyendiri, dan mereka memberi makan diri mereka dengan tanaman tertentu.
Dia menjadi sangat dekat dengan pertapa Julian (18/31 Oktober), yang sepemikiran dengannya. Js. Efraim menggabungkan asketisme dengan studi yang tak henti-hentinya atas Firman Allah, mengambil penghiburan dan hikmat bagi jiwanya. Tuhan memberinya karunia mengajar, dan orang-orang mulai datang kepadanya, ingin mendengarkan nasihatnya, yang menghasilkan pertobatan dalam jiwa, karena ia mulai dengan tuduhan diri sendiri. Baik secara lisan maupun tulisan, Js. Efraim memerintahkan semua orang dalam pertobatan, iman dan kesalehan, dan dia mencela bidat Arian, yang pada saat itu menyebabkan kekacauan besar. Orang-orang kafir yang mendengar khotbah orang suci itu juga bertobat menjadi Kristen.
Dia juga menulis tafsiran berbahasa Syria pertama tentang kitab Pentateukh (yaitu “Lima kitab”) Musa. Dia menulis banyak doa dan nyanyian pujian, dengan demikian memperkaya layanan liturgi Gereja. Doa-doa terkenal Js. Efraim adalah doa kepada Tritunggal Mahakudus, kepada Anak Allah, dan kepada Theotokos Yang tersuci. Dia menggubah nyanyian pujian untuk Dua Belas Pesta Besar Tuhan (Kelahiran Kristus, Baptisan, Kebangkitan), dan nyanyian pujian. Doa Pertobatan Js. Efraim, “Ya Tuhan dan Penguasa hidupku …”, dibacakan selama Masa Prapaskah Agung, dan doa itu menjadi panggilan bagi umat Kristen untuk pembaruan spiritual.
Dari zaman kuno Gereja telah menghargai karya-karya Js. Efraim. Karya-karyanya dibaca di depan umum di gereja-gereja setelah pembacaan Kitab Suci, seperti yang dikatakan Js. Jerome kepada kita. Saat ini,Typikon Gereja menetapkan nasehat nasehat nya dibacakan pada masa Prapaskah. Di antara para nabi, Nabi Daud adalah pemazmur terkemuka; maka di antara para Bapa Gereja, Js. Efraim, dari Siria adalah pendoa ulung. Pengalaman spiritualnya membuatnya menjadi panduan bagi para biarawan dan bantuan bagi para imam Edessa. Js. Efraim menulis dalam bahasa Syria, tetapi karya-karyanya sudah sejak awal diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dan Armenia. Terjemahan ke dalam bahasa Latin dan Slavonic dibuat dari teks Yunani.
Dalam banyak karya Js. Efraim kita melihat sekilas kehidupan pertapa Syria, yang berpusat pada doa dan bekerja dalam berbagai ketaatan untuk kebaikan bersama saudara-saudara. Pandangan semua pertapa Syria adalah sama. Para rahib percaya bahwa tujuan dari upaya mereka adalah persekutuan dengan Allah dan memperoleh rahmat ilahi. Bagi mereka, kehidupan saat ini adalah masa air mata, puasa dan kerja keras.
“Jika Anak Allah ada di dalam engkau maka Kerajaan-Nya juga di dalammu. Jadi, Kerajaan Allah ada di dalam dirimu, seorang berdosa. Masuk ke dalam dirimu sendiri, cari dengan tekun dan kerja keras maka engkau akan menemukannya. Di luar engkau ada maut, dan pintu untuk itu adalah dosa. Masuk ke dalam dirimu, berdiamlah di dalam hatimu, karena Allah ada di sana. ”
Ketenangan spiritual yang konstan, pengembangan kebaikan dalam jiwa manusia memberinya kemungkinan untuk mengambil bagian dalam hidup yang menjadi berkat, dan pengendalian diri dalam kesucian. Semua hasil itu diperlukan dalam kehidupan manusia di bumi, sebagai suatu usaha mencapai kesempurnaan spiritual secara bertahap. Siapa pun yang menumbuhkan bagi dirinya sendiri sayap di bumi, kata Js. Efraim, adalah seseorang yang terbang ke ketinggian; siapa pun yang menyucikan pikirannya di bumi ini, di sana ia akan melihat Kemuliaan Allah. Dalam ukuran apa pun masing-masing orang dalam mengasihi Allah, ia, dengan kasih Allah, puas dengan kepenuhan menurut ukuran itu. Manusia, membersihkan dirinya sendiri dan mendapatkan rahmat Roh Kudus saat masih di bumi, memiliki pencicipan Kerajaan Surga. Untuk mencapai kehidupan yang kekal, dalam ajaran-ajaran Js. Efraim, tidak berarti untuk berpindah dari dunia untuk menjadi orang lain, tetapi lebih untuk menemukan kondisi spiritual “surgawi”. Kehidupan kekal tidak diberikan pada manusia melalui upaya sepihak Allah, tetapi justru terus tumbuh seperti benih dalam diri manusia melalui upaya, kerja keras, dan perjuangannya.
Jaminan dalam diri kita mengenai “theosis” (atau “pengilahian”) adalah Pembaptisan Kristus, dan kekuatan utama yang menggerakkan kehidupan Kristen adalah pertobatan. Js. Efraim adalah guru pertobatan yang hebat. Pengampunan dosa dalam Misteri Pertobatan, menurut ajarannya, bukanlah pembebasan eksternal, bukan pelupaan akan dosa, melainkan penghancuran total dosa, pemusnahan dosa. Air mata pertobatan membasuh dan membakar dosa. Selain itu, mereka (yaitu air mata pertobatan) menghidupkan, mengubah sifat berdosa, dan memberikan kekuatan “untuk berjalan di jalan perintah-perintah Allah,” mendorong harapan kepada Allah. Dalam bentuk pertobatan yang berapi-api, Js.Efraim itu menulis, “engkau berlayar melintasi dirimu sendiri, hai orang berdosa, engkau membangkitkan dirimu dari kematian.”
Js. Efraim, yang menganggap dirinya sebagai yang paling kecil dan paling hina, pergi ke Mesir pada akhir hidupnya untuk melihat upaya para petapa agung. Dia diterima di sana sebagai tamu kehormatan dan menerima penghiburan besar dari pembicaraan dengan mereka. Dalam perjalanan pulang, dia mengunjungi Kaisarea di Kapadokia bertemu dengan Js. Basilius Agung (1/14 Januari), yang ingin menahbiskannya sebagai imam, tetapi dia menganggap dirinya tidak layak menjadi imam. Atas desakan Js. Basiius, dia hanya setuju untuk ditahbiskan sebagai diakon, di mana jabatannya itu tetap sampai kematiannya. Kemudian, Js. Basilius mengundang Js Efraim untuk menerima tahta uskup, tetapi orang suci itu berpura-pura gila untuk menghindari kehormatan ini, dengan rendah hati menganggap dirinya sebagai tidak layak untuk itu.
Setelah kembali ke padang belantara Edessa-nya sendiri, Js. Efraim berharap untuk menghabiskan sisa hidupnya dalam kesendirian, tetapi Penyelenggaraan Ilahi memanggilnya lagi untuk melayani sesamanya. Penduduk Edessa menderita kelaparan yang menghancurkan. Dengan pengaruh kata-katanya, orang suci itu meminta orang kaya untuk memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Dari persembahan orang-orang percaya ia membangun rumah miskin untuk orang miskin dan orang sakit. Js. Efraim kemudian mengundurkan diri ke sebuah gua dekat Edessa, di mana ia tetap tinggal di sana sampai akhir masa hidupnya.
Troparion Irama VIII
‘Dengan aliran air matamu engkau telah mengairi gurun yang kering, dan dengan kesah dari lubuk jiwamu engkau telah membuat pekerjaan-pekerjaanmu berbuah seratus kali lipat, dan menjadi Terang bagi seluruh dunia, yang Cemerlang dengan Mukjizat-Mukjizat. Ya Ephraim Bapa kami, mohonkanlah Kristus Allah, agar jiwa kami diselamatkan’
Kontakion Irama II
‘Dengan selalu memandang kepada Jam Penghakiman, engkau telah meratap dengan pahit, ya Ephraim, dan sekalipun seorang Kekasih kesunyian engkau juga seorang Pengajar tindakan, ya Yang Terhormat. Karenanya, ya Bapa Semesta, engkau menggerakkan mereka yang malas kepada Pertobatan.
oca.org/saints/lives/2018/01/28/100328
.
.