,

Hari Raya Peringatan Kelahiran Kristus

Diperingati Gereja Orthodox pada 7 Januari (Kalender Sipil) / 25 Desember (Kalender Gereja Purba)

Peringatan kelahiran secara daging-jasmani Tuhan Yesus Kristus, atau disebut juga hari Natal (dalam bahasa Portugis yang juga berarti kelahiran), adalah salah satu hari raya besar dalam Gereja Orthodox, yang dirayakan pada 25 Desember (kalender Gereja).

Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat dunia, lahir dari Sang Perawan Tersuci Maria di Betlehem pada masa kaisar Agustus (Octavian). Kaisar Agustus mengeluarkan perintah sensus secara umum ke seluruh kekaisarannya, yang mana juga termasuk Israel Palestina. Orang-orang Yahudi terbiasa menyertakan leluhur (keturunan) asal, suku dan hubungan-keluarga, demikian digunakan dalam sensus tersebut. Setiap asal-keturunan dan hubungan-keluarga memiliki identitas kota asal tempat kelahirannya. Baik Sang Perawan Maria dan St. Yusuf, memiliki garis keturunan dari Raja Daud, harus pergi ke Betlehem (kota Daud), untuk mendaftarkan nama mereka dalam daftar sensus kekaisaran.

Di Betlehem mereka tidak menemukan tempat yang kosong untuk dapat disinggahi. Dalam sebuah goa, yang digunakan sebagai kandang, dengan dikelilingi jerami, yang digunakan sebagai makanan juga alas bagi ternak, tidak ada tungku perapian layaknya rumah, di tengah orang-orang yang asing, malam yang dingin, jauh dari kemegahan atau bahkan layaknya kebutuhan dasar – dirayakanlah kelahiran Sang Manusia-Allah, Juruselamat dunia.

“Kulihat misteri ajaib dan paling mulia, – dengan takjub Gereja Suci mengidung, – Surgawi – Goa; Tahta Kerubim – Sang Perawan; Palungan – Pembaringan, di mana terletak Kristus Allah yang tak mendapat tempat” (demikian kutipan Irmos Kidung Ode ke 9 Kanon Natal).

Tanpa cela Sang Perawan Tersuci melahirkan Sang Anak Ilahi, Ia yang tanpa pertolongan orang lain, “membungkus Dia dengan kain lampin dan meletakkan Dia di palungan” (Lukas 2). Sementara di tengah keheningan malam, ketika semua manusia terlelap tidur dalam dosa, mengumumkan Kelahiran Sang Juruselamat dunia tersiar ke para gembala, yang mengawasi kawanan dombanya di malam hari. Dan Malaikat Tuhan mendatangi mereka dan berkata: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” (Lukas 2:10-11). Para gembala yang sederhana adalah yang pertama kali dianggap layak memberikan sembah bagi keselamatan manusia kepada Dia Yang telah merendah mengambil “rupa seorang hamba”.

Di samping sukacita para Malaikat kepada para gembala di Betlehem, ada bintang menakjubkan yang telah dikenal para Majus yang menandai Natal Kristus, dan para bijak dari timur ini turut bertekuk lutut dihadapan Sang Juruselamat Sejati, Sang Manusia-Allah: “Maka masuklah mereka kedalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, Ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan membersembahkan persembahan kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan mur.” (Matius 2:11).

Dalam memperingati Kelahiran secara daging-jasmani, Tuhan kita Yesus Kristus, hari perayaan ini diadakan oleh Gereja. Asal mulanya terkait pada masa para Rasul. Dalam Konstitusi Apostolik dikatakan: “Saudara-saudara, adakanlah hari-hari raya peringatan, dan diantara peringatan tersebut hari Kelahiran Kristus, yang anda rayakan pada hari ke 25 bulan ke sepuluh” (dari Maret, di mana dalam hari tersebut dimulai dalam setahun). Juga di tempat lain dikatakan: “Rayakanlah hari Kelahiran Kristus, dimana didalamnya rahmat yang tak terlihat diberikan pada manusia melalui kelahiran Sang Sabda Allah dari Perawan Maria bagi keselamatan dunia”.

Di abad ke 2 St. Klemen dari Alexandria juga menandakan peringatan hari kelahiran Kristus pada 25 Desember. Di abad ke 3 St. Hypolitus dari Roma menyebutkan hal terkait hari peringatan Kelahiran Kristus, dan menunjuk bacaan Injil untuk hari tersebut dari awal bagian kitab St. Matius. Juga diketahui, bahwa pada masa penganiayaan terhadap orang-orang Kristen di bawah Maximian di tahun 302, orang Kristen di Nikomedia sejumlah 20.000 orang dibakar di gereja (+ 28 Desember), peristiwa ini terjadi tepat pada hari raya Kelahiran Kristus.

Di abad yang sama, namun setelah masa penganiayaan diakhiri di mana Gereja mendapatkan kebebasan beragamanya dan menjadi agama yang diakui dalam wilayah kekaisaran Romawi, dapat kita temukan hari raya Kelahiran Kristus diadakan di seluruh Gereja Universal. Dan hal ini dapat dilihat dari karya-karya St. Efraim dari Suriah, St. Basilius Agung, St. Gregorius Sang Teolog, St. Gregorius dari Nyssa, St. Ambrosius dari Milan, St. Yohanes Krisostomos dan para bapa gereja lainnya dari abad ke 4 terkait hari raya peringatan ini.

St. Yohanes Krisostomos, dalam kotbahnya tahun 385, menunjukkan bahwa hari raya Kelahiran Kristus sebagai perayaan purba. Di abad yang sama ini di Goa Betlehem juga, yang menjadi terkenal karena Kelahiran Yesus Kristus, ratu Helena, yang disejajarkan dengan para rasul, yang diminta oleh anaknya Konstantin untuk membuatnya lebih megah. Dalam codex kaisar Theodosius dari 438, dan kaisar Justinian – tahun 535, telah diumumkan secara hukum universal perayaan peringatan hari Kelahiran Kristus ini. Maka dalam latar belakang inilah sebenarnya kemudian, Nicephoros Kallistos, seorang penulis abad 14, mengatakan dalam tulisan sejarahnya bahwa kaisar Justinian ketika di abad 6 menjadikan perayaan Kelahiran Kristus diadakan di seluruh dunia.

Di abad ke 5 Patriakh Konstantinopel, Anatolios, dan diabad 7 – Sophronios dan Andreas dari Yerusalem, dan di abad 8 – St. Yohanes dari Damaskus, Cosma dari Maium dan Patriakh dari Tsar’grad Germanos, kemudian di abad 9 – Rahibah Cassia dan nama-nama lainnya yang tidak dikenal, semuanya menulis banyak kidung suci untuk perayaan Kelahiran Kristus, masih digunakan oleh Gereja bagi mulianya pesta perayaan tersebut.

Bagaimanapun, selama 3 abad pertama, ketika penganiayaan menghalangi kebebasan peribadahan-Ilahi orang-orang Kristen, di tempat-tempat tertentu di wilayah timur – di Gereja-gereja Yerusalem, Antiokia, Alexandria dan Siprus – hari raya Kelahiran Kristus digabungkan bersamaan dengan hari raya Pembaptisan Kristus pada 6 Januari, yang biasa dikenal dengan nama “Teofani” (baik dalam Yunani maupun Slavonik ‘Bogoyavlenie’ berarti “Penyataan Allah”).

Alasan (diadakan) ini, sebenarnya, dari pandangan, bahwa Kristus dibaptiskan setelah hari kelahiranNya, yang mungkin terkait hal ini St. Yohanes Krosostomos, dalam kotbahnya pada peringatan Kelahiran Kristus, mengatakan : “bukanlah hari itu di mana Kristus lahir yang disebut Teofani, namun bahwa hari itu dimana Ia dibaptiskan”. Terhadap pandangan tersebut juga mungkin dapat dipertimbangkan apa yang ada dalam Injil Lukas, yang berbicara tentang Baptisan Yesus Kristus, disebutkan bahwa “ketika Yesus memulai pekerjaanNya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun..” (Lukas 3:23).

Perayaan Kelahiran Kristus juga bersamaan dengan perayaan Teofani di beberapa Gereja Timur tertentu, ini berlanjut sampai abad ke 4, dan beberapa yang lain sampai abad ke 5 atau bahkan abad ke 6. Mengingat kunonya penggabungan kedua hari raya ini, Kelahiran Kristus dan Teofani, dibuatlah tata peribadahan dalam penyelenggaraan hari-hari raya ini. Keduanya, pada hari sebelum hari raya, ada tradisi yang serupa di antara para umat Kristen, pada hari sebelum perayaan tersebut puasa tetap dijaga sampai nampak bintang-bintang. Tata ibadah-Ilahi di hari sebelum kedua hari raya maupun hari-hari raya keduanya ini dilakukan hal yang sama juga.

Hari peringatan Kelahiran Kristus ini sejak dahulu oleh Gereja terbilang ke dalam 12 Hari Raya Besar, – sesuai para saksi Ilahi dalam Injil yang menggambarkan perayaan peristiwa ini sebagai yang terbesar, penuh sukacita dan menakjubkan. “..kata malaikat itu..sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring didalam palungan. Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi diantara manusia yang berkenan kepadaNya. … dan semua yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka tentang Anak itu. ..Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat” (Lukas 2:10-20).

Maka Kelahiran Kristus, sebagai suatu peristiwa amat besar dan luar biasa, disertai kabar sukacita kepada para gembala dan orang-orang Majus mengenai sukacita universal bagi seluruh manusia, – “karena Juruselamat telah Lahir!”, melalui malaikat mengumumkan kelahiran Juruselamat, melalui penyembahan pada dia oleh para malaikat dan orang-bijak, melalui penghormatan banyak orang, mendengarkan perkataan para gembala tentang kabar lahirnya Sang Anak, dikelilingi kemulian dan pujian pada Dia oleh para gembala.

Sesuai kesaksian Ilahi dalam Injil, para bapa Gereja dalam tulisan mereka yang terilham oleh Allah juga menggambarkan perayaan Kelahiran Kristus sebagai yang paling besar, universal dan penuh sukacita, yang mana menjadikannya dasar bagi semua perayaan peringatan yang lainnya.

Kristus telah lahir! Muliakanlah Dia!

.

.

Related Posts