RENUNGAN SETIAP HARI DARI FIRMAN ALLAH MENURUT BACAAN GEREJA ORTHODOX
Oleh: Janasuci Theophan Sang Penyendiri
Penterjemah: Arkhimandrit Daniel B.D.Byantoro
Yesaya 11:10-12:2; Kejadian 7:11-8:3; Amsal 10:1-22
“Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran,” (Amsal 10:19), dimana dalam terjemahan bahasa Inggris tertulis demikian :”By a multitude of words thou shall not escape sin’/”Dengan begitu banyaknya kata-kata engkau tak akan terhindari dari dosa”. Orang Kristen yang memperhatikan dirinya menyebut semua alat-alat indrawi sebagai jendela dari jiwa; jika jendela ini terbuka, semua kehangatan batin akan meninggalkan tempat. Tetapi keterbukaan yang paling lebar, pintu keluar yang paling luas yang melepaskan kehangatan ini keluar secara melimpah adalah, lidah yang terlalu diberi kebebasan untuk berbicara sebanyak dan apa saja yang ia mau. Begitu banyaknya kata-kata menyebabkan derajat luka yang sama bagi keberjaga-jagaan dan keselerasan batiniah sebagaimana yang dihantamkan oleh semua alat-alat indrawi secara bersama-sama, karena terlalu banyak bicara menyentuh sasaran dari semua alat-alat indrawi dan memaksa jiwa untuk melihat tanpa melihatnya, mendengar tanpa mendengarkan, menyentuh tanpa menyentuhnya. Apa dampat igauan/khayalan itu bagi batin dan angan-angan di dalam manusia, demikianlah terlalu banyak bicara itu bagi penampilan lahiriah manusia, tetapi terlalu banyak bicara itu lebih merusak, karena itu kata-kata nyata yang dapat didengar, karena itu akan memberikan kesan yang lebih dalam. Lebih jauh lagi terlalu banyak bicara itu terkait dengan pendapat terlalu tinggi dan besar atas diri sendiri serta kedegilan hati, kelewat batas dalam berpendapat yang menjadikan kurang ajar, lancang dan kasar, dan kemauan diri sendiri yang keras – yang merupakan perusak-perusak keselarasan batiniah yang seperti suatu gelombang, meninggalkan ketiadaan berperasaandan kebutaan dibelakangnya. Sesudah semuanya, bagaimana seseorang dapat menghindar dan lari dari dosa di hadapan dari kebiasaan terlalu banyak bicara ini?