(oleh Arkhimandrit Rm. Daniel B.D. Byantoro)
Sumber Ajaran Iman Kristen Orthodox
a) Berita Rasuliah Sebagai Gereja yang secara langsung didirikan Kristus yang lahirnya sebagai akibat langsung dari “Peristiwa Yesus Kristus” oleh karya para Rasul di zaman Gereja Perdana itu , sumber ajaran dari Iman Kristen Orthodox itu bertumpu langsung dari “pemberitaan para Rasul” mengenai peristiwa Yesus Kristus itu terutama peristiwa kematian dan kebangkitanNya. Pemberitaan Rasul-rasul itu pada awalnya disampaikan dalam bentuk ajaran lisan karena Kitab Suci Perjanjian Baru belum dituliskan apalagi dikanonkan. Kemudian sebagian dari pemberitaan lisan rasuliah itu mulai dituliskan bagi kebutuhan paguyuban-paguyuban Gereja yang telah mereka dirikan (misalnya di Korintus, Tesalonika, Galatia, Efesus, dan lain-lain, yang gereja-gereja purba ini masih ada sampai sekarang dalam wujud Gereja Orthodox itu). Tentu saja gereja-gereja itu telah ada lebih dulu sebelum dituliskannya ajaran-ajaran Rasuliah itu, sebab jika tidak demikian tak mungkin Surat Roma ditulis atau Surat Korintus ditulis jika Gereja Roma atau Gereja Korintus tidak ada terlebih dahulu. Jadi Gereja telah ada lebih dulu sebelum Kitab Suci Perjanjian Baru itu ada. Ajaran Rasuliah yang dituliskan itu mengambil bentuk surat-surat kiriman maupun tulisan-tulisan Injil dan Kisah sejarah karya Roh Kudus dalam Gereja oleh kegiatan para Rasul itu. Selanjutnya melalui bimbingan Roh Kudus tulisan-tulisan Rasuliah itu dikanonkan atau dipakemkan dan sekarang kita kenal sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru. Dan Kitab Perjanjian Baru ini kemudian disatukan dengan Kitab Suci Perjanjian Lama, yang diwarisi Gereja Orthodox Purba itu dari umat Yahudi dalam bentuk terjemahan bahasa Yunani yang disebut sebagai “Septuaginta”. b) Dua Bentuk Ajaran Rasuliah Ajaran Rasuliah yang memiliki dua bentuk: Lisan dan Tertulis inilah yang dipegang Gereja Orthodox sampai kini, sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasul Paulus sendiri:” Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis. “ ( II Tesalonika 2:15). Ajaran Rasuliah yang satu namun memiliki dua bentuk: “Lisan” dan “Tertulis” ini merupakan sumber ajaran dan keyakinan serta praktek hidup dari Gereja Orthodox. Ajaran Yang Tertulis harus dimengerti dalam lingkup ajaran lisan, dan Ajaran Lisan harus diuji kebenarannya dari Ajaran yang Tertulis. Dengan kata lain Ajaran Tertulis dan Ajaran Lisan tidak boleh saling bertentangan, namun saling mendukung dan saling menjelaskan. c) Bentuk-Bentuk Ajaran Lisan Jika ajaran Tertulis itu akhirnya terpakemkan dalam bentuk Kitab Suci Perjanjian Baru yang kemudian disatukan dengan Peranjian Lama, ajaran Lisan itu akhirnya juga direkam dalam beberapa bentuk, yaitu: 1) Teks Ibadah-ibadah dan Sakramen yang berisi pernyataan theologis yang berasal dari jaman purba namun tetap dipraktekkan Gereja Orthodox sampai kini. 2) Teks Kidung-Kidung Gereja yang juga berasal dari jaman purba dan tetap dinyanyikan dalam Gereja Orthodox sampai kini yang isinya juga mengungkapkan macam-macam kebenaran Injil dan theologia. 3) Rumusan-rumusan Kristologis dari ke-Tujuh Konsili Ekumenis Gereja Orthodox Purba yaitu: a) Konsili Ekumenis Pertama pada tahun 325 Masehi di Nikea dalam melawan Arianisme yang menentang keilahian Kristus, b) Kedua pada tahun 381 Masehi di Konstantinopel dalam melawan Makedonianisme yang menentang ke-ilahian Roh Kudus, c) Ketiga pada tahun 431 Masehi di Efesus dalam melawan “Nestorianisme” yang menentang Kristus hanya memiliki “satu Pribadi” sehingga menolak menyebut Maria sebagai Theotokos, d) Keempat pada tahun 451 di Kalsedon dalam melawan ajaran “Monophysitisme” yang mengajarkan bahwa Kristus hanya memiliki “satu kodrat” saja yaitu kodrat ilahi, sedangkan kodrat manusiaNya ditelan oleh kodrat ilahi ini, e) Kelima pada tahun 553 Masehi yang menegaskan ulang makna Kristus itu “Satu Pribadi” dalam “Dua Kodrat” yang tak campur-baur, tak kacau-balau, tak terbagi-bagi serta tak terpisah-pisahkan. Dan “Kedua Kodrat” itu manunggal dalam “Satu Pribadi”. f) Keenam pada tahun 680-681 Masehi dalam melawan ajaran “Monothelitisme” yang menentang bahwa Kristus memiliki “Dua Kehendak” yaitu kehendak manusia dan kehendak ilahi, dengan kehendak manusiaNya takluk mutlak pada kehendak ilahiNya. Monothelitisme mengajarkan Kristus hanya memiliki kehendak ilahi saja. g) Ketujuh atau Terakhir pada tahun 787 Masehi dalam melawan ajaran “Ikonoklasme” yang menentang ke-sungguh-an dari kemanusiaan Kristus dalam Inkarnasi-Nya yang memiliki daging dan darah, sehingga dapat dilukiskan dalam bentuk gambar atau “ikon”. Ikonoklasme menolak ikon-ikon dan dianggap sebagai berhala. Gereja Orthodox menegaskan ikon-ikon sebagai bukti kesungguhan jasmani Kristus sehingga dapat digambar, jadi tak ada sangkut pautnya dengan berhala. Semua ajaran yang dilawan dalam Konsili itu memang bertentangan dengan ajaran Rasuliah, dan Konsili-Konsili berusaha membentengi ajaran Rasuliah itu dengan melawan apa yang salah dari ajaran yang dilawannya itu serta merumuskan apa yang benar sesuai dengan ajaran lisan para rasul yang selama itu dipelihara oleh Gereja, sebagaimana yang diteguhkan oleh Ajaran Tertulis para Rasul dalam Perjanjian Baru. Selama Zaman Konsili-Konsili Ekumenis yang semuanya dilaksanakan di wilayah Gereja Timur ini, Gereja Barat yang berpusat di Roma masih bersatu dengan Gereja Timur. Berbeda dengan Gereja Barat yang hanya memiliki satu pusat di Roma saja, Gereja Timur memiliki empat pusat yaitu di: Konstantinopel ( Istambul, Turki sekarang), Alexandria-Mesir, Antiokhia-Syria, dan Yerusalem. Masing-masing pusat Gereja ini dipimpin oleh seorang Patriarkh atau Paus (untuk Gereja Roma dan Alexandria). Pada zaman itu ketika Gereja Timur sedang jaya-jayanya dalam masalah theologis dan dalam kehidupan ekklesiologisnya, Gereja Barat sedang berada dalam apa yang disebut sebagai “Zaman Kegelapan”. Ketika Gereja Barat akhirnya berpisah dari Gereja Timur pada tahun 1054, kemudian Gereja Barat ini lebih dikenal sebagai Gereja Roma Katolik sedangkan Gereja Timur dikenal sebagai Gereja Orthodox Timur. Pada tahun 1517 Gereja Barat yang telah memisah dari Gereja Timur itu mengalami perpecahan dengan timbulnya Gerakan Reformasi Protestan yang kini telah melahirkan tidak kurang dari 3300 denominasi (data di USA). Gereja Orthodox Timur itu meskipun satu dan sama dalam ajaran dan praktek-prakteknya di seluruh dunia tetapi itu terdiri dari macam-macam wilayah administrasi dan ekspresi-ekspresi budaya lokal yang berbeda-beda, yaitu: Gereja Orthodox Yunani, Gereja Orthodox Rusia, Gereja Orthodox Serbia, Gereja Orthodox Romania, Gereja Orthodox Antiokhia-Syria, Gereja Orthodox Indonesia dan lain-lain. 4) Definisi Pengakuan Iman Gereja yang merupakan ringkasan ajaran yang intinya berasal dari apa yang diterimanya dari para Rasul, dalam bentuk perumusan Pengakuan Iman, yang dirumuskan dalam Konsili Pertama di Nikea tahun 325 Masehi dan Konsili Ekumenis Kedua di Konstantinopel pada tahun 381 Masehi di Konstantinopel, yang terkenal sebagai “Pengakuan Iman Nikea”. 5) Tulisan-tulisan para Bapa Gereja yang menjabarkan ajaran-ajaran para Rasul baik yang tertulis dalam Kitab Suci Perjanjian Baru dan juga Perjanjian Lama maupun yang lisan yang dirumuskan dan didefinisikan dalam Konsili-Konsili Ekumenis maupun dalam Pengakuan Iman Nikea. Bapa-Bapa Gereja yang penting dalam pembahasan Kristologis dan Tritunggal Maha Kudus adalah: Ireneus dari Lyons, Athanasius dari Alexandria, Kyrillos dari Alexandria, Gregorius dari Nyssa, Gregorius dari Nazianzus, Basilius Agung, Yohanes Khrisostomos, Paus Leo dari Roma, dan lain-lainnya. 6) Seni ikonografi, arsitektur bangunan gedung gereja, symbol-symbol dalam ibadah yang semuanhya diwarisi Gereja Orthodox dari jaman Purba yang isinya merupakan ekspresi iman dan doktrin yang diterima Gereja dari zaman para Rasul, 7) Kisah kehidupan para orang Kudus sepanjang zaman yang dikumpulkan dalam kitab yang disebut sebagai “Synaxarion” yang hidup dan ajaran mereka memberikan contoh kongkrit bagaimana ajaran Rasuliah itu dihidupi dalam kehidupan nyata. Demikianlah kita lihat bahwa Ajaran Lisan yang akhirnya mengambil bentuk yang telah kita bahas diatas itu menjadi lingkup yang di dalamnya Ajaran Tertulis Rasuliah yang berbentuk Kitab Suci itu harus dipahami dan dimengerti, karena keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Ajaran Rasuliah yang satu. Dan ajaran Rasuliah yang satu inilah yang disebut dalam Gereja Orthodox sebagai “Paradosis Kudus” atau “Tradisi Suci”. Jadi “Paradosis Kudus” yang berbentuk delapan hal termasuk Kitab Suci, dengan Kitab Suci ini sebagai bentuknya yang paling utama dan paling tinggi itu, adalah sumber dari ajaran, doktrin, theologia, dan praktek Iman Kristen Orthodox Timur ini. Dengan demikian jika ajaran, doktrin, theologia serta praktek Protestanisme itu bersumber hanya dari “Kitab Suci saja” tanpa tradisi meskipun akhirnya masing-masing denominasi punya tradisinya sendiri-sendiri, sedangkan Roma Katolikisme sumbernya adalah “Kitab Suci dan Tradisi”, Gereja Orthodox sumber ajarannya adalah Ajaran Rasuliah yang satu, yaitu “Paradosis Kudus” yang Kitab Suci itu termasuk didalamnya sebagai ekspresi Paradosis Kudus yang terpuncak, yang diilhami oleh Roh Kudus. Kebangkitan Kristus sebagai Inti Berita Rasuliah Bahwa “kebangkitan” Kristus itu merupakan pemberitaan inti para Rasul itu dinyatakan oleh ajaran tertulis dari Rasul-rasul itu sendiri yang akhirnya dikanonkan dalam wujud Kitab Suci itu, demikian: ”Jadi harus ditambahkan kepada kami seorang ……. untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya.” (Kisah Rasul 1:21-22), “Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi” (Kisah Rasul 2:32), “…. Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi.” (Kisah 3:15), “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;” (I Korintus 15:3-4). Rasul Paulus mencirikan peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus Kristus sebagai hal “yang sangat penting” (en protois = yang pertama sekali). Karena melalui kebangkitanNya ini Gereja Orthodox berdasarkan ajaran Rasuliah itu melihat keunikan Pribadi dan Karya Kristus, dan melalui keunikan Pribadi dan Karya Kristus itu Gereja Orthodox memahami siapa Allah itu sehingga sampai kepada pemahaman tentang sifat Tritunggal dari Allah yang Esa itu. Itulah sebabnya dalam Gereja Orthodox hari raya terbesar adalah Paskah, sebab jika Kristus tidak bangkit maka manusia tak akan mengerti tentang kebenaran Allah dan tak akan ada penebusan dan keselamatan bagi dirinya. Melalui kacamata Pribadi dan Karya Kristus itu pula Gereja Orthodox memahami tentang makna ciptaan, serta kodrat manusia, dan tujuan diciptakannya manusia itu oleh Allah, serta keselamatan yang disediakan Allah bagi manusia. Pendek kata Yesus Kristus itu menjadi kacamata dalam Gereja Orthodox memahami realita secara vertikal yang menyangkut realita ilahi dan alam roh yang tak nampak mata, serta realita horizontal yang menyangkut alam tercipta, kodrat manusia, keberadaan manusia saat ini, serta tujuan manusia diciptakan. Dengan kata lain Kristus adalah “penyataan” (Wahyu) Allah (Lukas 2:32) yang mengungkapkan kebenaran mengenai Yang Ilahi dan Yang Makhluk. Kristus adalah dasar dalam Gereja Orthodox memahami semua ajarannya, sebagaimana yang dikatakan: ”Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.” (I Korintus 3:11). Kristus adalah titik berangkat, dan laju perjalanan serta tujuan akhir dari theologia Orthodox. Dengan kata lain Kristus adalah awal, pertengahan dan akhir dari ajaran dan theologia Orthodox.