Artikel pendek ini akan membahas kehidupan dan pemikiran Lucifer dari Cagliari, seorang figur menarik dalam sejarah kekristenan awal. Lucifer bukanlah nama setan seperti yang sering diasosiasikan, melainkan seorang teolog dan uskup/ episkop yang memainkan peran penting dalam perkembangan doktrin Gereja pada abad ke-4 Masehi. Kita akan menjelajahi latar belakangnya, pemikirannya yang kontroversial, serta dampaknya dalam sejarah Gereja.
Lucifer dari Cagliari lahir pada sekitar tahun 250 Masehi di Cagliari, Sardinia. Ia hidup pada masa yang penuh gejolak dalam sejarah kekristenan awal, ketika perdebatan teologis dan perselisihan doktrin mencuat ke permukaan. Lucifer memulai kariernya sebagai uskup di Cagliari pada awal abad ke-4.
Salah satu kontribusi paling terkenal Lucifer adalah peran pentingnya dalam melawan ajaran Arianisme. Arianisme adalah aliran teologi yang menganggap Yesus Kristus sebagai makhluk ciptaan yang lebih rendah daripada Allah Bapa. Lucifer bersama dengan tokoh seperti Athanasius menjadi salah satu pemimpin dalam memerangi Arianisme ini.
Lucifer mengembangkan pandangan bahwa seorang uskup atau klerus yang menerima atau mempertahankan ajaran Arianisme seharusnya dianggap sebagai kafir dan dikeluarkan dari Gereja. Pendiriannya yang tegas ini mengakibatkan ekskomunikasi sejumlah uskup Arian, yang pada akhirnya memperkuat keyakinan Trinitas yang dianut oleh sebagian besar umat Kristen saat ini.
Salah satu aspek kontroversial dalam sejarah Lucifer dari Cagliari adalah peran serta dalam penahbisan Uskup Paulinus, yang tidak sesuai dengan aturan kanonik pada zamannya. Paulinus adalah seorang pendukung Arianisme, aliran teologi yang ditentang keras oleh Lucifer. Namun, Lucifer memutuskan untuk menahbiskan Paulinus sebagai uskup, meskipun dengan syarat bahwa Paulinus harus menarik dukungannya terhadap Arianisme. Tindakan ini melanggar hukum kanonik Gereja yang mengharuskan penahbisan hanya diberikan kepada mereka yang memiliki keyakinan yang benar.
Tindakan ini menciptakan kontroversi besar dalam Gereja, dengan banyak orang mengkritik Lucifer karena melanggar prinsip-prinsip doktrinal dan kanonik. Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketegangan antara Lucifer dan para pendukung ajaran Trinitas dengan penganut Arianisme.
Kontroversi yang melibatkan Lucifer dari Cagliari dalam penahbisan Uskup Paulinus dapat disandingkan dengan kilat yang menyambar dalam malam gelap. Gereja pada masa itu sudah dilanda kebingungan dan pertentangan yang hebat terkait dengan ajaran Arianisme, yang mengkhotbahkan bahwa Yesus Kristus adalah makhluk ciptaan dan bukan sama dengan Allah Bapa.
Lucifer, yang memiliki keyakinan kokoh dalam doktrin Trinitas, berada di tengah badai teologis ini. Dia adalah seorang pemimpin yang gigih dalam melawan ajaran Arianisme, dan ini membuatnya sangat berlawanan dengan pandangan Paulinus, seorang uskup yang begitu mendukung Arianisme hingga mungkin bisa disebut sebagai salah satu “juara” ajaran sesat ini.
Namun, apa yang membuat kontroversi ini semakin rumit adalah tindakan Lucifer dalam menahbiskan Paulinus sebagai seorang uskup. Namun, ini bukanlah tindakan biasa. Lucifer mengambil langkah ekstrem, dengan syarat bahwa Paulinus harus secara terang-terangan menarik dukungannya terhadap Arianisme dan menerima doktrin Trinitas sebagai kepercayaan yang benar. Seolah-olah Lucifer ingin ‘memperbaiki’ Paulinus yang sudah terlanjur tersesat dalam ajaran Arianisme ini.
Ketika kabar tentang penahbisan Paulinus oleh Lucifer menyebar, Gereja pun jadi gaduh. Para pemuka gereja dan teolog mulai bersuara. Di antara mereka adalah Js.Hieronimus/ Jerome, seorang teolog terkemuka pada zamannya, yang dengan keras mengkritik tindakan Lucifer. Baginya, Lucifer telah melanggar prinsip-prinsip doktrinal dan hukum kanonik Gereja.
Namun, tidak semua sejarawan dan pemikir gereja sepakat dengan kritik terhadap Lucifer. Beberapa dari mereka memandang tindakan Lucifer sebagai upaya yang luhur untuk menyelamatkan jiwa Paulinus dari ajaran sesat Arianisme. Ini seperti upaya seorang penyelamat yang mencoba menyelamatkan pelaut yang terombang-ambing di lautan badai kebidatan.
Dalam esensi, kontroversi ini adalah cerminan dramatis dari ketidaksepakatan dan kekacauan yang melanda gereja pada masa itu. Perdebatan yang kompleks tentang keyakinan dan pemahaman teologis menciptakan perselisihan yang membingungkan. Lucifer dari Cagliari, dengan tindakannya yang provokatif, tetap menjadi tokoh yang memicu perdebatan dan refleksi dalam sejarah gereja awal. Dia, entah sebagai pahlawan yang mencoba menyelamatkan jiwa yang terhilang atau sebagai penjahat yang melanggar hukum kanonik, tetap menjadi salah satu tokoh yang penuh kontroversi dan menarik dalam sejarah gereja.
Pemikiran dan tindakan Lucifer memiliki dampak signifikan dalam sejarah Gereja awal. Dalam masa ketegangan teologis, dia berdiri sebagai penentang utama Arianisme dan memperjuangkan keyakinan Trinitas yang telah menjadi dasar iman Kristen saat ini. Kontroversinya dan pengaruhnya di masa itu adalah bukti betapa pentingnya perdebatan teologis dan perjuangan untuk mempertahankan keyakinan dalam sejarah Gereja.
Meskipun Lucifer dari Cagliari mungkin kurang dikenal daripada tokoh-tokoh besar lainnya dalam sejarah kekristenan, pemikirannya memiliki relevansi yang kuat dalam konteks masa kini. Lucifer mengajarkan kita pentingnya mempertahankan keyakinan dan prinsip-prinsip dasar iman Kristen dalam menghadapi tantangan dan perubahan. Dia juga mengingatkan kita akan keberanian untuk berdiri teguh dalam keyakinan kita, bahkan ketika terdapat tekanan dari dalam dan luar Gereja.
Lucifer dari Cagliari adalah seorang tokoh yang berani dalam sejarah kekristenan awal. Pemikirannya yang kuat dan pendiriannya yang tegas melawan ajaran Arianisme telah memberikan kontribusi penting dalam perkembangan doktrin Gereja. Meskipun kontroversial pada masanya, Lucifer mengajarkan kita tentang pentingnya mempertahankan keyakinan dan berani berdiri untuk keyakinan kita, sebuah pelajaran yang tetap relevan dalam masyarakat yang terus berubah hingga saat ini.
Ya, Js.Lucifer, doakanlah kami.
(Oleh : Subdiaken Gregorius E.L)
Makassar, 8 Desember 2023
©2023GregoriusEL