(Ilustrasi yang mengangkat tema cinta persaudaraan, kepemimpinan, dan pengorbanan dalam sebuah pertemuan komunal. Gambar ini mencakup elemen simbolik dari bimbingan, kepedulian, pengorbanan, dan keramahtamahan, diatur dalam lingkungan yang tenang dan penuh hormat yang mencerminkan kesatuan, empati, dan kedalaman spiritual)
.
Catatan kaki dari bacaan Ibrani 13:1-12 pada Orthodox Study Bible adalah sebagai berikut :
13:1-3 Practical brotherly love is to be shown toward all Christians, but especially for the lowly, the powerless, and the victims of injustice. Strangers (v. 2) are travelers in need of hospitality. Abraham’s hospitality is recalled (Gn 18:1–8; also 19:1–3). Prisoners (v. 3) are to be prayed for and aided if possible, for all those in the body of Christ, the Church, are members of one another (1Co 12:12–27).
13:7 Those who rule are especially the leaders of the sacraments (bishops and priests). These Christian leaders are not only to be prayed for (see v. 3) but followed as models of Christian life as well. The faith of Christian leaders is that faith they both teach and live by.
13:8 Such a faith does not disappoint. Since Christ is God and does not change, His gospel does not change. If Christians in the past attained the eternal Kingdom through faith, so can we. Thus, the Church strives to keep her doctrine pure and without change.
13:9 Strange doctrines are “foreign” ones, those not coming from the One, Holy, Catholic, and Apostolic Church. In this case, the outside teaching is Jewish and legalistic. Kosher laws dealing with food do no spiritual good if grace is not at the heart of one’s actions. Such has always been the teaching of the Church with regard to fasting (see 9:9, 10).
13:10 In the OT, priests were given part of most sacrifices for food, but lay people had no right to eat this food. Under the new covenant, all Christians may eat the food of the altar.
13:11-12 On the only day of the year when the holy of holies could be entered, the Day of Atonement, only the high priest could come in, and then only with the blood of sin offerings. The bodies of these animals were not eaten but burned outside the camp. Christ identified with this supreme sacrifice of the OT in that He suffered and died outside the gate (v. 12). His blood was not carried into the temple in Jerusalem by another human, however. Rather, He carried His own blood into the heavenly most holy place in the eternal “today.” This great entrance of Christ shows the Divine Liturgy is eternal and for all under the new covenant. We being members of our High Priest, Jesus Christ, may always enter in.
Penjelasan detail untuk setiap catatan kaki dari bacaan Ibrani 13:1-25 dalam Orthodox Study Bible, adalah sebagai berikut:
.
KASIH PERSAUDARAAN DALAM GEREJA ORTHODOX: IBRANI 13:1-3
Kasih yang Universal
Peliharalah kasih persaudaraan! Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat. Ingatlah akan orang-orang hukuman, karena kamu sendiri juga adalah orang-orang hukuman. Dan ingatlah akan orang-orang yang diperlakukan sewenang-wenang, karena kamu sendiri juga masih hidup di dunia ini. (Ibr 13:1-3)
Kasih persaudaraan dalam konteks Ibrani 13:1-3 menekankan pada cinta yang tidak diskriminatif dan universal. Dalam tradisi Orthodox, kasih ini tidak terbatas hanya kepada sesama umat Kristiani, tetapi juga meluas kepada mereka yang terpinggirkan dalam masyarakat, termasuk yang lemah, tidak berdaya, dan korban ketidakadilan. Ini mencerminkan ajaran Yesus Kristus tentang mencintai sesama seperti diri sendiri, yang merupakan pondasi dari etika Kristen.
Hospitalitas (Keramahtamahan) Sebagai Ekspresi Kasih
Ayat ini juga menekankan pentingnya hospitalitas. Dalam Gereja Orthodox, memberikan hospitalitas dianggap sebagai salah satu bentuk nyata dari kasih Kristiani. Ini mengingatkan kita pada peristiwa di mana Abraham menerima tamu-tamu yang tidak dikenal dengan penuh keramahan (Kejadian 18:1–8). Kisah ini sering dijadikan sebagai contoh ideal dalam menerapkan hospitalitas sebagai bentuk kasih.
Perhatian Khusus kepada Orang-orang Hukuman
Ibrani 13:3 secara khusus menyinggung tentang orang-orang hukuman, mengajak umat Kristen untuk mendoakan dan membantu mereka. Ini berdasarkan pemahaman bahwa setiap orang Kristen Orthodox, terlepas dari keadaan atau statusnya, adalah bagian dari Tubuh Kristus. Dalam Gereja Orthodox, ini berarti bahwa mendoakan dan membantu orang-orang hukuman bukan hanya tindakan kasih, tetapi juga tindakan yang mengakui dan menghormati keberadaan Kristus dalam setiap orang.
Kesatuan dalam Tubuh Kristus
Konsep bahwa semua orang Kristen adalah bagian dari Tubuh Kristus adalah inti dari pemahaman ini. Gereja Orthodox memandang setiap anggota gereja sebagai bagian yang tak terpisahkan dari satu tubuh yang sama, di mana kebaikan dan dukungan terhadap satu anggota merupakan kebaikan dan dukungan bagi seluruh tubuh.
Penerapan Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Penerapan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari menuntut tindakan kasih yang konkret. Ini berarti bahwa umat Kristen diajak untuk aktif mencari kesempatan dalam melayani orang lain, terutama mereka yang membutuhkan. Ini bisa dalam bentuk pelayanan sosial, kunjungan ke penjara, atau bahkan sekadar tindakan kecil memberi perhatian dan kasih kepada orang yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menekankan pada kasih persaudaraan, Ibrani 13:1-3 mengajak kita untuk melihat setiap orang sebagai saudara dalam Kristus, mendorong kita untuk melewati batas-batas keagamaan, etnis, dan sosial demi menciptakan komunitas yang lebih adil dan penuh kasih. Ini adalah esensi dari pesan Injil yang diajarkan dan dihidupi dalam Gereja Orthodox.
.
PERAN PEMIMPIN ROHANI DALAM GEREJA ORTHODOX : IBRANI 13:7
Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka. (Ibr 13:7)
Pemimpin sebagai Penghubung Sakramental
Dalam Gereja Orthodox, episkop dan imam dipandang sebagai penghubung penting antara umat Kristen dengan Allah melalui sakramen-sakramen. Mereka bertindak sebagai pelayan sakramen, yang tidak hanya melaksanakan ritus liturgis tetapi juga membawa dimensi spiritual yang lebih dalam ke dalam kehidupan jemaat. Ini berdasarkan pemahaman bahwa sakramen-sakramen adalah sarana nyata bagi karunia Allah, dan pemimpin rohani adalah mereka yang diutus untuk mengelola sakramen-sakramen tersebut.
Pemimpin sebagai Model Kehidupan Kristen
Ibrani 13:7 menekankan bahwa pemimpin rohani tidak hanya menjadi subjek doa tetapi juga sebagai panutan dalam kehidupan Kristen. Dalam Gereja Orthodox, hal ini berarti bahwa episkop dan imam diharapkan untuk menjalani kehidupan yang mencerminkan ajaran Kristus. Cara mereka berinteraksi dengan komunitas, mengelola tantangan, dan mempraktikkan iman secara pribadi dianggap sebagai contoh yang bisa diikuti oleh jemaat.
Pemimpin sebagai Pemberi Arah Rohani
Pemimpin rohani dalam Gereja Orthodox tidak hanya memberikan bimbingan liturgis tetapi juga bimbingan rohani. Mereka diharapkan memberikan ajaran, nasihat, dan dukungan rohani kepada anggota gereja, membantu dalam perjalanan iman mereka. Ini termasuk pelayanan pastoral, bimbingan dalam masalah etika dan moral, serta pengajaran tentang doktrin Gereja.
Doa untuk Pemimpin
Bagian penting dari ayat ini adalah pemahaman bahwa pemimpin rohani juga membutuhkan dukungan dan doa dari jemaat. Dalam Gereja Orthodox, doa bagi pemimpin rohani dianggap sebagai bagian penting dari kehidupan doa umat. Doa ini tidak hanya untuk kekuatan dan hikmat bagi pemimpin tetapi juga sebagai ekspresi kesatuan dan komunitas dalam Tubuh Kristus.
Aplikasi Praktis dan Relevansi Kontemporer
Dalam konteks masa sekarang, ayat ini mengajak jemaat untuk lebih menghargai dan mendukung pemimpin rohani mereka. Ini termasuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan gereja, terbuka terhadap bimbingan rohani, dan berdoa untuk kebijaksanaan serta kekuatan bagi pemimpin mereka. Melalui ini, komunitas Kristen dapat menjadi lebih kuat dan bersatu, mewujudkan visi kekristenan yang hidup dan dinamis sesuai dengan ajaran Gereja Orthodox.
Kesimpulannya, Ibrani 13:7 dalam konteks teologi Orthodox tidak hanya berbicara tentang peran pemimpin rohani tetapi juga tentang hubungan timbal balik antara pemimpin dan jemaat dalam perjalanan iman bersama. Ayat ini mengajarkan tentang pentingnya kepemimpinan yang beriman, bijaksana, dan penuh kasih dalam kehidupan gereja, serta peran aktif jemaat dalam mendukung dan mengikuti teladan mereka.
.
IBRANI 13:8 DALAM TEOLOGI ORTHODOX: KEYAKINAN YANG TIDAK MENGECEWAKAN
Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. (Ibr 13:8).
Kristus sebagai Kekal dan Tidak Berubah
Pernyataan “Kristus sebagai Allah tidak berubah” adalah pondasi dari pemahaman teologi Orthodox. Ini mengacu pada kepercayaan bahwa Yesus Kristus, sebagai Putra Allah, memiliki sifat ilahi yang tidak berubah sepanjang waktu. Hal ini menekankan bahwa Kristus, yang ada kemarin, hari ini, dan selamanya, merupakan pusat dari iman Kristen. Dalam dunia yang terus berubah, Kristus tetap menjadi titik acuan yang tetap dan abadi.
Konsistensi Injil
Selanjutnya, ayat ini menyatakan bahwa Injil-Nya, yaitu pesan dan ajaran Kristus, juga tidak berubah. Dalam Gereja Orthodox, ini diartikan sebagai keabadian dan relevansi ajaran Kristus, tanpa memandang perubahan zaman atau budaya. Pesan Injil tetap sama pentingnya dan berlaku bagi semua umat manusia, di setiap zaman.
Upaya Gereja dalam Menjaga Doktrin
Gereja Orthodox memandang dirinya sebagai penjaga doktrin yang telah diserahkan oleh Kristus dan para Rasul. Hal ini berarti berupaya menjaga kemurnian ajaran tersebut, tidak terpengaruh oleh doktrin atau interpretasi baru yang menyimpang dari tradisi Apostolik. Gereja Orthodox berkomitmen untuk menjaga kesinambungan ajarannya dalam wajah tantangan modernitas dan perubahan sosial.
Pentingnya Tradisi Apostolik
Ayat ini juga menggarisbawahi pentingnya mempertahankan tradisi yang telah diterima dari para Rasul, yang dianggap sebagai pewahyuan ilahi. Dalam konteks Orthodox, tradisi ini tidak hanya mencakup teks-teks tulisan suci tetapi juga praktik liturgis, kanon gerejawi, dan ajaran para Bapa Gereja.
Penerapan dan Relevansi Kontemporer (Masa Kini)
Dalam dunia yang dinamis dan sering kali tidak menentu, Ibrani 13:8 memberikan kenyamanan dan kepastian bagi umat Kristen Orthodox. Ini mengajarkan bahwa, meskipun segala sesuatu di sekitar kita mungkin berubah, pondasi iman kita — Kristus dan Injil-Nya — tetap konstan dan dapat diandalkan. Ini mendorong umat Kristen untuk terus berpegang teguh pada ajaran tradisional dan tidak tergoyahkan oleh arus pemikiran atau filosofi baru yang mungkin menyimpang dari inti ajaran Kristiani.
Kesimpulannya, Ibrani 13:8 dalam teologi Orthodox adalah pengingat akan keabadian dan kestabilan Kristus dan Injil-Nya, serta pentingnya menjaga keutuhan doktrin dalam menghadapi tantangan zaman. Ayat ini menawarkan jaminan dan kepastian dalam kehidupan iman, menggarisbawahi kebutuhan untuk tetap berakar dalam ajaran yang telah diberikan oleh Kristus dan para Rasul.
.
PENOLAKAN TERHADAP DOKTRIN ASING DALAM TEOLOGI ORTHODOX
Definisi ‘Doktrin Asing’
Dalam konteks teologi Orthodox, ‘doktrin asing’ merujuk pada ajaran atau keyakinan yang tidak sesuai atau tidak berasal dari ajaran tradisional Gereja Orthodox. Ini termasuk ajaran-ajaran yang bertentangan atau menyimpang dari ajaran yang telah diwariskan oleh Yesus Kristus, para Rasul, dan dijaga oleh Bapa Gereja.
Contoh Ajaran Yahudi yang Legalistik
Dalam hal ini, contoh khusus dari ‘doktrin asing’ yang disebutkan adalah ajaran Yahudi yang legalistik. Ini merujuk pada penekanan berlebihan pada hukum dan peraturan agama Yahudi, seringkali dengan mengorbankan esensi spiritual dan kasih yang diajarkan oleh Kristus. Dalam teologi Orthodox, penekanan adalah pada hubungan pribadi dengan Tuhan yang melebihi penerapan hukum secara ketat dan formal.
Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik
Gereja Orthodox mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari ‘Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik’, yang menegaskan pentingnya kesatuan, kekudusan, universalitas, dan keberlanjutan apostolik dalam menjaga ajaran. Menjauhkan diri dari doktrin asing berarti mempertahankan kesetiaan terhadap inti ajaran ini yang dianggap sebagai warisan tak terpisahkan dari iman Kristen.
Pentingnya Warisan Apostolik
Gereja Orthodox memberi penekanan kuat pada pentingnya warisan apostolik dalam menjaga keaslian ajarannya. Hal ini mengimplikasikan bahwa ajaran yang sesuai harus selaras dengan tradisi yang diwariskan oleh para Rasul, seperti yang diinterpretasikan dan dijaga oleh Bapa Gereja.
Aplikasi dan Relevansi Kontemporer (Masa Kini)
Dalam konteks saat ini, prinsip ini mengajak umat Kristen Orthodox untuk berhati-hati dalam menerima ajaran atau praktik yang mungkin tampak menarik tetapi pada dasarnya menyimpang dari doktrin asli Gereja. Hal ini menuntut pemahaman yang mendalam tentang ajaran gereja dan kesadaran untuk mengenali serta menghindari pengaruh-pengaruh yang mungkin merusak atau mengganggu kesinambungan iman.
Kesimpulannya, dalam teologi Orthodox, menghindari doktrin asing berarti mempertahankan kemurnian ajaran yang telah diwariskan secara apostolik dan menolak pengaruh-pengaruh eksternal yang tidak sesuai dengan inti ajaran Kristiani. Ini merupakan bagian penting dari upaya menjaga identitas dan integritas iman Orthodox di tengah-tengah dunia yang terus berubah dan penuh dengan tantangan.
.
MENUJU PERSEMBAHAN ALTAR YANG TERBUKA: TRANSFORMASI SAKRAL DARI PERSEMBAHAN LAMA KE EKARISTI BARU DALAM IBRANI 13:10
Kita mempunyai suatu mezbah dan orang-orang yang melayani kemah tidak boleh makan dari apa yang di dalamnya. (Ibr 13:10)
Perjanjian Lama: Peran Imam dan Persembahan
Dalam Perjanjian Lama, imam-imam Yahudi memegang peran khusus dalam upacara persembahan. Mereka diberikan sebagian dari persembahan yang dibawa oleh umat sebagai bagian dari tugas keimamatan mereka. Praktik ini tidak hanya simbolik tetapi juga berfungsi sebagai sarana penghidupan bagi para imam. Misalnya, dalam persembahan korban, sebagian daging dan hasil lainnya dikhususkan untuk imam.
Perjanjian Baru: Pembukaan Akses bagi Semua Umat Kristiani
Dalam Perjanjian Baru, terjadi perubahan mendasar. Kristus, melalui pengorbanan-Nya, membuka akses bagi semua umat Kristiani untuk berpartisipasi secara langsung dalam misteri-misteri kudus. Ayat ini secara khusus menyinggung tentang ‘makanan altar’, yang dalam konteks Orthodox diartikan sebagai Tubuh dan Darah Kristus yang diberikan dalam Ekaristi.
Ekaristi: Puncak Persembahan dan Persatuan
Dalam liturgi Orthodox, Ekaristi menjadi puncak dari persembahan rohani, di mana umat tidak hanya menjadi penonton tetapi juga partisipan aktif. Melalui penerimaan Ekaristi, umat Kristiani mengalami persatuan misterius dengan Kristus dan satu sama lain, melambangkan Tubuh Kristus yang universal.
Aspek Teologis: Tubuh Kristus yang Universal
Ibrani 13:10 juga menandai pengakuan akan Tubuh Kristus yang universal. Dalam teologi Orthodox, ini bukan hanya konsep metaforis tetapi realitas mistik di mana setiap orang yang percaya menjadi bagian dari Tubuh Kristus yang hidup. Perubahan dari hak eksklusif imam dalam Perjanjian Lama menjadi partisipasi semua umat dalam Perjanjian Baru menandai inklusivitas dan kasih Allah yang lebih luas.
Aplikasi dan Relevansi Kontemporer
Dalam konteks kontemporer, ayat ini menekankan pentingnya komuni dan partisipasi dalam kehidupan gerejawi. Ini bukan hanya tentang menghadiri upacara atau ritual tetapi tentang mengalami transformasi spiritual dan persatuan dengan Kristus serta sesama umat beriman.
Kesimpulan: Dari Eksklusivitas ke Inklusivitas
Secara keseluruhan, Ibrani 13:10 dalam teologi Orthodox menggarisbawahi transisi dari sistem keagamaan yang eksklusif di bawah Perjanjian Lama menjadi inklusivitas dan persatuan spiritual di bawah Perjanjian Baru. Ini merupakan perwujudan dari cinta dan rahmat Allah yang diperluas kepada semua orang, di mana setiap orang diundang untuk berpartisipasi dalam misteri-misteri kudus dan menjadi bagian dari Tubuh Kristus yang universal.
.
KRISTUS SEBAGAI KORBAN TERTINGGI: IBRANI 13:11-12 DALAM TEOLOGI ORTHODOX
Karena tubuh binatang-binatang yang darahnya dibawa masuk ke tempat kudus oleh Imam Besar sebagai korban penghapus dosa, dibakar di luar perkemahan. Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umatNya dengan darahNya sendiri. (Ibr 13:11-12)
Pemenuhan Korban di Perjanjian Lama
Ayat ini menunjukkan bagaimana Kristus mengidentifikasikan diri-Nya sebagai korban tertinggi di Perjanjian Lama. Dalam tradisi Yahudi, pengorbanan binatang memiliki peran penting dalam ritual penebusan dosa. Namun, Kristus, dalam penderitaan dan kematian-Nya, mengambil peran yang jauh lebih besar, yaitu sebagai korban yang sempurna dan definitif untuk penebusan dosa umat manusia.
Kematian di Luar Gerbang Kota
Pengorbanan binatang dalam Perjanjian Lama sering kali dilakukan di luar kamp atau kota, sebagai simbol pembuangan dosa. Kristus, yang menderita dan mati di luar Yerusalem (di luar gerbang kota), menggenapi dan melampaui korban-korban di Perjanjian Lama ini dengan cara yang penuh makna. Ini menunjukkan bahwa Kristus membawa dosa-dosa dunia dan menanggungnya di luar batas-batas kota suci, menunjukkan pengorbanan-Nya yang universal dan melampaui batas-batas agama Yahudi.
Kristus sebagai Pusat Iman
Dalam teologi Orthodox, Kristus dianggap sebagai pusat dan puncak dari segala pengorbanan. Pengorbanan-Nya tidak hanya melampaui tetapi juga menggenapi semua pengorbanan yang ditetapkan dalam Perjanjian Lama. Hal ini menunjukkan bahwa kematian dan penderitaan-Nya merupakan titik balik dalam sejarah keselamatan, yang membuka jalan bagi umat manusia untuk kembali kepada Allah.
Simbolisme Liturgis
Dalam liturgi Orthodox, pengorbanan Kristus di luar gerbang kota sering kali dihadirkan sebagai tema penting. Ini tidak hanya mengingatkan umat Kristen tentang pengorbanan-Nya yang agung tetapi juga tentang panggilan mereka untuk mengikuti Kristus, bahkan di luar batas-batas kenyamanan dan kebiasaan mereka.
Penerapan dan Relevansi Kontemporer (Masa Kini)
Dalam kehidupan Kristiani kontemporer, Ibrani 13:11-12 mendorong umat Kristen untuk merenungkan makna pengorbanan Kristus. Ini bukan hanya tentang mengenang sejarah tetapi juga tentang bagaimana pengorbanan-Nya mempengaruhi kehidupan spiritual mereka hari ini. Ini mengajak umat Kristen untuk menghargai dan meneladani kasih dan pengorbanan-Nya dalam tindakan dan sikap sehari-hari.
Kesimpulannya, Ibrani 13:11-12 dalam teologi Orthodox menegaskan Kristus sebagai pengorbanan tertinggi, menggenapi dan melampaui pengorbanan dalam Perjanjian Lama. Ayat ini mengundang umat Kristen untuk mendalami pengorbanan Kristus dan menerapkannya dalam kehidupan mereka, sebagai sumber inspirasi dan transformasi spiritual. (Bersambung…)
(Irene W.W, 19 Desember 2023)