Panggilan monastik adalah panggilan khusus dari Tuhan yang berkaitan dengan hubungan. Ini adalah hubungan yang melibatkan komunitas (persaudaraan monastik), tetapi terutama berkisar pada hubungan biarawan dengan Tuhan.
Para rahib/biarawan bukanlah orang suci yang menjalani kehidupan yang terpisah dari dunia, tetapi orang yang mencari kekudusan dengan menjalin hubungan dengan Tuhan yang melalui hubungan itu menjanjikan kekudusan. Rahib itu berusaha, dengan pertolongan Tuhan, untuk menjalani kehidupan yang meniru para malaikat, sehingga kehidupan monastik sering disebut sebagai kehidupan malaikat. Melalui persekutuannya yang berkelanjutan dengan Tuhan, biarawan itu berusaha menyerahkan dirinya pada transformasi hidupnya sendiri yang datang dengan tindakan Roh Kudus.
Kekudusan bukanlah sesuatu yang hanya tentang orang-orang kudus, yang ikon-ikonnya kita hormati dan yang kehidupannya kita baca. Kekudusan lebih baik dipahami sebagai keutuhan, dibuat utuh, atau disembuhkan. Kami mencari penyembuhan dari kegelapan dan keterasingan yang kami warisi sebagai akibat dari kejatuhan. Kita mencari Allah Sang Kebenaran, satu-satunya yang dapat menyembuhkan kita dari kelemahan kita.
Saat Kristus bertambah di dalam kita, sifat kejatuhan kita berkurang. Dalam ketaatan monastik, diri digantikan oleh kehendak Tuhan dan ego diinjak-injak.
Tujuan biarawan adalah untuk memperoleh Roh Kudus dari siapa datang pertobatan sejati dan hati yang rendah hati dan menyesal. Hubungan yang membawa kesembuhan bagi rahib ini juga membawa kesembuhan bagi dunia.
Js. Seraphim dari Sarov mengatakan bahwa jika Anda memperoleh kedamaian batin, seribu orang di sekitar Anda akan diselamatkan. Rahib dengan demikian bukanlah seseorang yang meninggalkan dunia karena dia tidak terlalu peduli pada orang-orang di dunia, tetapi karena dia peduli pada semua orang dan segalanya. Karena dia mencintai sesamanya dan seluruh alam semesta, dia menyerahkan dirinya untuk diubahkan oleh Roh Kudus, menjadi seorang martir yang hidup bagi dirinya sendiri.
Biarawan itu berdiri di hadapan Allah sebagai pendoa syafaat bagi seluruh umat manusia, bukan karena dia dengan sengaja melarikan diri dari orang lain, tetapi karena dia menjadi lebih dekat dengan orang lain dengan memasuki hubungan yang intim dengan Yesus Kristus, yang dia layani.
Dengan kasih di dalam Kristus,
Kepala Biara Tryphon