Peringatan Martir Kudus Stefanus Baru (767)

Diperingati oleh Gereja Orthodox pada tanggal 11 Desember (kalender sipil) / 28 November (kalender Gereja)

Stefanus lahir di Konstantinopel pada tahun 715 dari orang tua yang saleh bernama Yohanes dan Anna. Ibunya telah sering berdoa meminta anak lelaki kepada Theotokos di Blakhernae dan diberitahu bahwa ia akan segera mendapatkan permintaannya. Ketika mengandung, ia meminta Patriark Germanus yang baru saja dipilih agar memberkati anak dalam rahimnya. Ia berkata, ‘Kiranya Allah memberkatinya melalui doa-doa Martir-Pertama Kudus Stefanus.’ Pada saat itu, Anna melihat ada nyala api yang keluar dari mulut Patriark.


Ketika anak itu lahir, ia menamainya Stefanus, menurut nubuat Patriark Germanus. Stefanus menjadi Rahib sejak masa mudanya di Monasteri Auxentios Kudus di tempat tinggi yang disebut Gunung Auxentios. Ia dipilih oleh pertapa-pertapa Gunung Auxentios untuk menjadi pemimpin mereka. Banyak orang yang berdatangan kepadanya karena kemahsyuran perbuatannya.


Pada masa pemerintahan Konstantinus V, Stefanus berjuang demi iman Orthodox terhadap bidat Ikonoklast. Konstantinus V ini disebut Kopronymus sebab ketika dibaptis ia mencemarkan Air Kelahiran Baru, dan dengan demikian menyatakan tanda yang sesuai akan kefasikan yang kemudian dipeluknya. Konstantinus V mengadakan konsili pada tahun 754 yang mengecam Ikon-Ikon Kudus. Sebab menolak konsili ini, Stefanus diasingkan.


Dalam pengasingan, Stefanus menyembuhkan banyak orang dengan Ikon-Ikon Kudus dan membalikkan mereka dari Ikonoklasme. Ketika dibawa menghadap Kaisar lagi, ia menunjukkan keping uang dan bertanya gambar siapa yang ada di keping itu. ‘Punyaku,’ jawab penindas itu. ‘Jika ada orang yang menginjak-injak gambarmu, patutkah ia dihukum?’ tanyanya. Ketika mereka yang berdiri di sana menjawab ‘Ya,’ Stefanus mengerang sebab kebutaan mereka, dan berkata bahwa jika mereka berpikir menghina gambar seorang Raja yang binasa layak akan penghukuman, maka siksaan apakah yang akan diterima mereka yang menginjak-injak Gambar Kristus dan Theotokos?

Lalu dicampakkannya keping itu ke tanah dan diinjak-injaknya. Ia dihukum sebelas bulan dalam belenggu dan penjara. Kemudian, ia diseret di atas tanah dan dirajam, seperti Diakon Stefanus Martir Pertama, dan karenanya ia disebut Stefanus Baru. Akhirnya, kepalanya dihajar dengan gada kayu, dan demikian ia menyerahkan rohnya pada tahun 767.

Sementara itu, ada juga kisah yang menceritakan demikian :

Rahib Martir dan Pengaku Iman Stefanus Baru lahir pada tahun 715 di Konstantinopel dari keluarga Kristen yang saleh. Orang tuanya, yang telah memiliki dua anak perempuan, berdoa kepada Tuhan agar dikaruniai seorang putra. Ibu dari Stefanus yang baru lahir membawanya ke gereja Blachernae dari Theotokos Tersuci dan mempersembahkannya kepada Allah.

Selama pemerintahan kaisar Leo Isaurian (716-741) ada penganiayaan terhadap ikon suci dan terhadap mereka yang menghormatinya. Dengan dukungan kaisar, para penganut ajaran sesat Iconoklas merebut kendali atas posisi otoritas tertinggi di Kekaisaran dan di Gereja. Dianiaya oleh kekuatan dunia ini, Orthodoxi dipelihara di biara jauh dari ibu kota, di sel-sel isolasi, dan di dalam hati para pengikutnya yang pemberani dan setia.

Orang tua dari Js. Stefanus, yang Orthodox berduka karena ketidakadanya rasa hormat atas ikon suci, melarikan diri dari Konstantinopel ke Bitinia, dan mereka menyerahkan putra mereka yang berusia enam belas tahun dalam ketaatan kepada biarawan Yohanes, yang hidup di pertapaan di sebuah tempat terpencil di Bukit Js. Auxentius. Js. Stefanus berdiam bersama biarawan Yohanes yang mulia, selama lebih dari lima belas tahun, mengabdikan dirinya sepenuhnya kepada sang Elder Pengemban roh ini, dan belajar aktivitas monastik darinya. Di sini Stefanus menerima berita bahwa ayahnya telah meninggal, ibu dan saudara perempuannya telah ditonsur menjadi biarawati.

Setelah beberapa waktu, gurunya Yohanes juga meninggal. Dengan duka cita mendalam, Js. Stefanus menguburkan tubuh agung-nya, dan melanjutkan kehidupan monastik di guanya sendiri. Segera banyak biarawan mulai datang ke pertapa ini, mereka ingin belajar darinya tentang kehidupan luhur dan menyelamatkan, sehingga sebuah biara didirikan, dengan Js. Stefanus sebagai igumen. Pada usia empat puluh dua tahun, Stefanus meninggalkan biara yang ia dirikan, dan ia pergi ke gunung lain, yang puncaknya ia tinggali dalam pengasingan dalam sel isolasi. Tetapi di sini juga komunitas para biarawan segera berkumpul, mencari bimbingan rohani Js. Stefanus.

Leo Isaurian digantikan oleh Konstantinus Kopronymos (741-775), seorang penganiaya yang ganas atas Orthodoxi, dan ikonoklas yang lebih bersemangat. Kaisar mengadakan konsili Ikonoklas, yang dihadiri oleh 358 uskup dari provinsi-provinsi Timur. Namun, tidak satu pun dari Patriarkh lainnya berpartisipasi dalam perbuatan jahat konsili ini kecuali Konstantinus, Uskup Agung Konstantinopel, yang secara tidak sah dinaikkan ke takhta kepatriarkhan oleh kekuatan Kopronymos, sehingga membuat Konsili tersebut jauh dari sebutan “ekumenis. ”Konsili bidaah ini, atas dorongan kaisar dan uskup agung, menggambarkan ikon sebagai berhala, dan mengucapkan suatu kutukan pada semua orang yang menghormati ikon dalam cara Orthodox, dan menggambarkan penghormatan ikon sebagai bidaah.

Sementara itu, biara Gunung Auxentius dan igumennya dikenal di ibukota. Mereka memberi tahu kaisar tentang kehidupan pertapa para biarawan, tentang kesalehan Orthodox mereka, tentang karunia keagungan Stefanus, dan tentang bagaimana ketenaran Js. Stefanus telah menyebar jauh melampaui wilayah biara, dan namanya diberikan rasa hormat dan kasih dari banyak orang. Dukungan terbuka dari penghormatan ikon dan penolakan yang tersirat kepada para penganiaya Orthodox di dalam biara Gunung Auxentius membuat marah kaisar. Uskup Agung Konstantin menyadari bahwa dalam pribadi Js. Stefanus dia memiliki lawan yang kuat atas polemik ikonoklas, dan dia merencanakan bagaimana dia dapat menariknya ke pihaknya atau menghancurkannya.

Mereka mencoba memancing Js. Stefanus ke kamp Ikonoklas, awalnya dengan sanjungan dan penyuapan, lalu dengan ancaman, tetapi semuanya sia-sia. Kemudian mereka memfitnah orang suci itu, menuduhnya jatuh ke dalam dosa bersama suster Anna. Tetapi kesalahannya tidak terbukti, karena biarawati itu dengan berani menolak tuduhan kesalahan dan mati di bawah siksaan dan pemukulan. Akhirnya, kaisar memberi perintah untuk mengurung orang suci di penjara, dan menghancurkan biaranya. Uskup-uskup ikonoklas dikirim ke Js.Stefanus di penjara, mencoba membujuknya tentang kebenaran dogmatis dari posisi Ikonoklas. Tetapi orang suci ini dengan mudah menyanggah semua argumen para bidaah dan dia tetap setia pada Orthodoxi.

Kemudian kaisar memerintahkan agar orang kudus ini diasingkan di salah satu pulau di Laut Marmora. Js. Stefanus menempati sebuah gua, dan di sana juga murid-muridnya segera berkumpul. Setelah beberapa saat, orang suci itu meninggalkan saudara-saudara dan mengambil ke atas dirinya sendiri eksploitasi hidup di atas sebuah pilar. Berita tentang Stefanus stylite/ pilar, dan mukjizat-mukjizat yang bekerja dengan doanya, tersebar ke seluruh Kekaisaran dan memperkuat iman dan semangat Orthodoxi dalam masyarakat.

Kaisar memberi perintah untuk memindahkan Js. Stefanus ke penjara di pulau Pharos, dan kemudian membawanya ke pengadilan. Di persidangan, orang suci itu menyanggah argumen para bidah yang duduk di hadapannya. Dia menjelaskan esensi dogmatis dari penghormatan ikon, dan dia mencela Ikonoklas karena ketika mereka menghujat ikon, mereka telah menghujat Kristus dan Bunda Allah. Sebagai bukti, orang suci itu menunjuk pada sebuah koin emas yang bertuliskan gambar kaisar. Dia bertanya pada hakim apa yang akan terjadi pada seseorang yang melempar koin ke tanah, dan kemudian menginjak-injak gambar kaisar di bawah kakinya. Mereka menjawab bahwa orang seperti itu pasti akan dihukum karena mencemarkan gambar kaisar. Orang suci itu mengatakan bahwa hukuman yang lebih besar akan menunggu siapa saja yang akan mencemarkan gambar Sang Raja Surga dan para Orang Suci-Nya, dan dengan itu dia meludahi koin itu, melemparkannya ke tanah, dan mulai menginjak-injaknya.

Kaisar memberi perintah untuk membawa orang suci itu ke penjara, di mana sudah ada 342 Elder yang di penjara karena dikutuk dengan tuduhan penghormatan ikon. Di penjara ini, Js . Stefanus menghabiskan waktu sebelas bulan, menghibur yang ada di penjara. Penjara menjadi seperti biara, di mana doa-doa dan kidung-kidung biasa dinyanyikan sesuai dengan Typikon. Orang-orang datang ke penjara dalam kerumunan dan meminta Js. Stefanus berdoa bagi mereka.

Ketika kaisar mengetahui bahwa orang suci ini telah mengorganisasi sebuah biara di penjara, di mana mereka berdoa dan menghormati ikon-ikon suci, dia mengirim dua pelayannya sendiri, saudara kembar, untuk memukul mati orang suci itu. Ketika saudara-saudara ini pergi ke penjara dan melihat wajah biarawan itu bersinar dengan cahaya ilahi, mereka berlutut di hadapannya, meminta pengampunan dan doanya, lalu mereka memberi tahu kaisar bahwa perintahnya telah dilakukan. Tetapi kaisar mengetahui kebenarannya dan kaisar kemudian melakukan kebohongan lagi dengan menginformasikan kepada prajuritnya bahwa orang suci itu sedang merencanakan untuk melengserkannya dari tahta, lalu dia mengirim mereka ke penjara. Sang Pengaku iman sendiri datang menyambut tentara yang marah, yang menangkapnya dan menyeretnya melalui jalan-jalan kota. Mereka kemudian melemparkan mayat martir Stefanus ke dalam sebuah lubang, di mana mereka biasa mengubur para penjahat.

Pada keesokan paginya, awan yang berapi-api muncul di atas Gunung Auxentius, dan kemudian kegelapan turun ke ibu kota, disertai oleh hujan es, yang menewaskan banyak orang.

Troparion Irama IV

‘Awalnya berjuang dalam puasa di atas gunung, dengan seluruh perlengkapan salib engkau telah membinasakan gerombolan-gerombolan akali si Musuh, ya Yang Amat-Terberkati, dan setelahnya engkau telah dengan jantan menyiapkan dirimu untuk pertandinganmu, dan membunuh Kopronymus dengan Pedang Iman. Dan sebab kedua hal ini engkau telah dimahkotai oleh Allah, ya Martir Stefanus yang Selalu-Diingat dan Terhormat’

Kontakion Irama VIII

‘Dengan segenap hati kita, ya kalian yang mencintai Perayaan-Perayaan Gereja, marilah kita dengan setia memuji dengan Kidung-Kidungan Stefanus yang Ilahi, Kekasih Sang Tritunggal, sebagai ia yang telah menghormati Gambar Indah Sang Tuan dan Ibu-Nya, dan bersama-sama marilah kita sekarang berseru kepadanya, bersukacita dengan
kasih, Bersukacitalah, ya Bapa yang Selalu-Mulia!’

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *