SEJARAH GEREJA ORTHODOX YUNANI SEJATI.

Gereja Orthodox Yunani Sejati terdiri dari orang-orang Kristen Orthodox, para klerus dan umat awam, dari Gereja Autocephalous Yunani dan Patriarkh Ekumenis di Yunani yang tidak menerima perubahan kalender pada tahun 1924 yang tidak kanonik dan dilakukan dengan sewenang-wenang, dan mereka memulai perjuangan melawan paham Ekumenisme, yaitu paham dan usaha menggabungkan perpaduan yang progresif antara orthodoxia dengan berbagai “aliran kepercayaan” dan agama-agama lain. Sejak 1925 komunitas Kristen Orthodox ini menamakan diri sebagai “Kristen Orthodox Sejati” untuk membedakan dari mereka yang telah menerima perubahan kalender, yaitu para klerus dan umat awam penganut “Kalender Baru” dari Gereja Negara Yunani. Pada tahun 1935, dengan kembalinya tiga orang Metropolitan ke orthodoxia sejati dan penahbisan uskup agung, maka terbentuklah Sinode Kudus Gereja Orthodox Sejati (GENUINE GREEK ORTHODOX CHURCH disingkat GGOC) di Yunani dan diorganisasikan secara administratif.

GGOC bertindak dan eksis secara mandiri (autochepalous), diorganisasikan dalam beberapa Metropolis, sejumlah Paroki, dan Biara-biara di hampir seluruh Negara Yunani dan di luar Yunani dimana semua itu dilayani oleh para klerusnya masing-masing yang tidak digaji tetapi didukung oleh umat beriman yang mereka layani. Kadang-kadang mereka mengalami penganiayaan di bawah kekuasaan politik dan gereja negara Yunani.

Peneguhan Ilahi

Gambar diatas menggambarkan peristiwa mujizat di abad yang lalu, yang terjadi selama masa lalu dan masa kematian, kemudian Tuhan mengunjungi (untuk menguatkan) umat-Nya dengan sebuah tanda penampakan Salib Suci yang ajaib di langit di atas Gunung Hymettus dekat Athena pada malam Pemuliaan Salib pada tahun 1925. Kalender Julian disetujui oleh Dewan Ekumenis Pertama pada tahun 325 sebagai Kalender Liturgi Gereja Orthodox di seluruh dunia. Kalender Julian dan tanggal-tanggal tetap dari perayaan-perayaan liturgi

Gereja yang ada di dalamnya adalah sumber persatuan Gereja orthodox selama lebih dari 1500 tahun. Namun demikian, pada tahun 1924, tanpa berkonsultasi dengan Gereja-Gereja Orthodox setempat yang ada, Patriarkh Konstantinopel dan Gereja Yunani mengadopsi kalender Gregorian secara sepihak dan tidak kanonik, sehingga merusak keharmonisan liturgi Gereja Orthodox. Dan harus diperhatikan bahwa kalender Gregorian dibuat dan “lahir” dari luar Gereja, yang disetujui pada abad ke-16 oleh Kepausan Roma.

Pengadopsian Kalender Kepausan-Gregorian menciptakan perpecahan pada (tanggal-tanggal) liturgi dari Gereja-Gereja Orthodox lainnya dan merupakan awal rongrongan yang merusak konsep gereja orthodox sebagai Tubuh Kristus yang SATU di dunia.

Karena hal ini, banyak umat beriman di Yunani menolak untuk menerima perubahan tersebut untuk diterapkan pada Gereja mereka, dan mereka berusaha terus merayakan hari besar gereja menggunakan Kalender Gereja Tradisional (Julian). Beberapa uskup yang mengikuti “kalender baru” mengirim polisi ke paroki yang menolak pembaruan ini, lalu para Presbiternya ditangkap, dan jemaatnya memukuli dan dibubarkan dengan kekerasan. Bahkan ada kasus-kasus Meja-meja suci ( meja altar) yang dibalik dan kapel kapel dihancurkan atas perintah untuk uskup dari Gereja Negara Yunani. Pada suatu ketika, seorang wanita muda, bernama Catherine Routis, dipukul kepalanya dan dibunuh. Begitulah fanatisme dari beberapa uskup yang melakukan pembaruan Kalendernya

Masa itu adalah masa kebingungan dan penderitaan bagi banyak orang kristen yang ingin menyembah Allah dalam roh dan kebenaran.

Peringatan perayaan Pemuliaan Salib yang dilaksanakan pada tahun 1925 (pada tanggal 14 september menurut kalender Julian) saat itu banyak orang berkumpul di gereja kecil yang bernama Js Rasul Yohanes Sang Theolog di suatu desa di luar Athena di Gunung Hymetto. Berikut ini adalah laporan Saksi mata dari seorang pria yang hadir:

Saya adalah salah satu dari polisi-polisi yang dikirim untuk membubarkan ibadah malam yang sedang berlangsung di Gereja kecil “Js Rasul Yohanes Sang Teolog” pada malam itu, sekitar lima puluh tahun yang lalu. Para penganut Kalender Lama berkumpul di sana, untuk merayakan peringatan Pemuliaan Salib yang Berharga. Karena banyak orang telah berkumpul lebih dari dua ribu orang kami tidak berusaha untuk menangkap presbiter seperti yang diperintahkan kepada kami, tetapi kami duduk dengan tenang di tanah lapang terdekat dan menunggu mereka selesai.

Sekitar pukul 23:30 malam, kami mendengar keributan yang sangat riuh dan suara yang aneh datang dari kumpulan orang banyak yang berteriak-teriak. Segera, kami berlari untuk melihat apa yang terjadi -dan kami melihat. Seluruh umat beriman merasa senang. Banyak yang menangis dan yang lainnya berseru “Tuhan, kasihanilah,” ada yang berlutut dan semua mengarahkan pandangan mereka ke langit, namun yang lain pingsan, diliputi emosi yang luar biasa. Kemudian kami juga melihat dan menyaksikan keajaiban itu: Sebuah Salib besar yang bercahaya sangat terang, tinggi di atas gereja, sedang menerangi seluruh area. Awalnya, kami diliputi ketakutan, tetapi segera kami sadar, dan lupa tugas dan tujuan pengiriman kami ke tempat ini, kami pun berlutut dan menangis seperti anak kecil.

Tentu saja, sangat berlebihan bagi saya untuk memberi tahu Anda bahwa, penuh dengan emosi, kami kemudian mengikuti kelanjutan sembahyang malam sampai berakhir tidak lagi sebagai polisi yang harus meng-aniaya, tetapi sebagai orang Kristen yang setia. Di pagi hari ketika kami kembali ke Markas Kepolisian, kami memberi tahu semua orang tentang keajaiban luar biasa yang menurut kami layak untuk dilihat. Setelah itu ada penyelidikan dan kami semua bersaksi di bawah sumpah bahwa kami telah melihat Salib Berharga dengan jelas, tinggi di langit. John D.Glymis, Pensiunan Perwira Polisi

Bagi orang Kristen orthodox tradisional, hal itu adalah tanda yang jelas dari Tuhan sebagai “penegasan Ilahi” sebagai berkat-Nya dan dorongan semangat-Nya bagi kita untuk berjuang melestarikan Tradisi suci Gereja, di mana kalender liturgi Gereja (Julian) merupakan bagian integral dan tak terpisahkan. Dengan penolakan kami untuk meninggalkan Kalender Liturgi Julian, kami menjadikan iman kami pada “Satu Tuhan, Satu Iman dan Satu Baptisan.”(Efesus 4:5)

Selama kehadiran-Nya di bumi, Juru Selamat kita pernah memanggil orang banyak dan bersabda: Siapa pun yang akan mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya sendiri, memikul salibnya, dan mengikut Aku. Sebab siapa pun yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barang siapa yang kehilangan nyawanya demi Aku dan Injil, ia akan menyelamatkan nyawanya. Apa artinya seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan jiwanya sendiri? Sebab apa yang akan diberikan seseorang sebagai ganti nyawanya? Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena Kata-Ku di tengah-tengah Angkatan yang tidak setia dan sinis ini, Anak Manusia pun akan malu akan orang itu, ketika Dia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya dengan diiringi para Malaikat kudus. (Markus 8:34-38)

Dengan adanya mukjizat luar biasa berupa penampakan salib pada tahun 1925 dihari perayaan Pemuliaan Salib tersebut diatas, maka membungkus kita sekali lagi memanggil mereka yang ingin mengikuti-Nya, melalui jalan yang sempit dan memikul salib yaitu dengan mematuhi Tradisi Suci Gereja Orthodox dengan kesetiaan yang tak tergoyahkan.

Kita hidup di zaman dimana banyak kebenaran diabaikan. Perubahan kalender hanyalah satu langkah dalam proses merongrong ajaran Gereja yang murni milik kita sejak zaman para rasul. Gereja-gereja negara yang didukung pemerintah di negara-negara orthodox telah disusupi para gembala palsu yang malu mengakui tradisi yang diberikan Kristus kepada para Rasul-Nya dan mereka telah meninggalkan salib dan mengkhianati iman. Mereka telah mengikuti jalan yang lebar dengan menyatukan diri mereka dengan bidat Pan-Ekumenisme melalui keanggotaan mereka dalam Dewan Gereja-Gereja Sedunia dan pengakuan mereka kepada tata-cara keimaman dan cara pembaptisan yang sesat dan mengajarkan ajaran sesat yang dikutuk, kepada jemaatnya.

Konstitusi Apostolik mengajarkan kepada semua orang Kristen Orthodox bagaimana harus mengeluarkan para uskup yang menyatakan ajaran yang sesat:

Saya akan menghakimi uskup maupun umat awam. Sebagai Domba-domba, mereka itu ada yang rasional dan ada yang tidak rasional, sehingga tidak boleh ada orang awam berkata :

“Aku adalah domba, dan bukan gembala, sehingga aku tidak perlu bertanggungjawab atas diriku sendiri, tetapi gembalalah yang harus bertanggungjawab, dan dia yang akan melunasi hukuman itu untuk diriku.”

Karena seperti domba yang tidak mengikuti gembala yang baik, akan diterkam serigala dan hancur, demikian juga sangat jelas untuk domba yang mengikuti gembala jahat akan memperoleh kematiannya; karena si iblis akan benar-benar melahapnya. Karena itu, kita. dituntut agar lari dari gembala perusak. (Konstitusi Apostolik, PG 1.633)

Juruselamat kita sendiri telah memperingatkan kita dengan sabda-Nya,

“Dan kemudian akan muncul tanda-tanda Anak Manusia di langit: dan kemudian semua bangsa di bumi akan meratap, dan mereka akan melihat Anak Manusia datang di awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.” (Matius 24:30)

Bagaimana kita menentukan pilihan untuk menyikapi pengkhianatan kepada orthodoxia sekarang ini, pilihan itu akan menentukan apakah kita nanti bersukacita pada Kedatangan Kristus yang Kedua atau kita akan berduka. Karena pada saat itu Misteri salib akan memecah belah umat manusia.

Semoga engkau tidak dihitung sebagai anggota “bangsa- bangsa bumi” pada hari itu, tetapi dihitung sebagai warga kerajaan Allah, anggota Tubuh Kristus, yaitu dengan cara mulai sekarang memikul salibmu dengan pengakuan iman yang baik.

Sejarah Singkat

Pada awal abad ke-20, gagasan untuk mempromosikan persatuan Gereja-Gereja (orthodox dan heterodox) mulai mendapat tempat di kalangan Gereja Orthodox Timur dengan mendirikan “Persatuan Gereja – Gereja” yang dibuat mengikuti model PBB (Liga Bangsa-Bangsa). Surat edaran Hirarkhi Ke-Patriakhan tahun 1920

merencanakan serangkaian langkah menuju “persatuan Gereja-Gereja,” yang pertama adalah perubahan kalender untuk perayaan hari besar secara serentak di semua “Gereja. Isi ensiklik ( surat edaran) itu dirahasiakan dari umat beriman tetapi setelah beberapa tahun kemudian baru diketahui.

Pada tahun 1923 Patriark Meletios Metaxakis mengadakan “Konferensi Pan-Orthodox” yang keputusan-keputusannya menghasilkan banyak inovasi, di antaranya adalah perubahan kalender. Perwakilan kepatriakhan Gereja Orthodox Timur tidak datang ke konferensi, dan sidang terhenti setelah orang-orang Kristen yang saleh dari Gereja Konstantinopel mengerahkan kekuatan untuk menentangnya. Meletios akhirnya diusir dari kota. Pada tahun yang sama Dekrit Kerajaan menetapkan bahwa Kalender Baru (Gregorian) diimplementasikan di Yunani untuk urusan politik, dan Gereja terus menggunakan Kalender Lama (Julian).

Pada tahun 1924, Uskup Agung Athena, Chrysostomos Papadopoulos, mengenalkan penggunaan Kalender Gregorian ke dalam Gereja meskipun sudah ada Dekrit Kerajaan di tahun sebelumnya yang telah menetapkan kalender Julian untuk Kalender Gereja.

Orang-orang Orthodox yang saleh bereaksi. Para Klerus dan kaum awam yang tidak mau mengikuti perubahan tersebut membentuk “Serikat Orthodox” di Athena, yang pada tahun 1926 dinamai “Komunitas Umat Kristen Yunani Penganut Orthodox Sejati.” Pada tanggal 14 September 1925 ketika para fanatik penganut Tradisi Suci sedang menjalankan ibadah sembahyang malam hari memperingati Hari Raya Pemuliaan Salib Suci, sebuah salib yang terang muncul di atas kapel Janasuci Yohanes Teolog di Hymettus.

Banyak yang melihat mujizat tersebut lalu percaya kepada kesucian patristik. Semua orang yang banyak ini dilayani secara liturgis hanya oleh sejumlah kecil presbiter dan presbiter rahib dari Gunung suci, seperti biasanya dilakukan di kapel kecil.

Chrysostomos Papadopoulos dan Para Hirarki pemimpin orthodox yang lainnya pendukung perubahan, memerintahkan pasukan keamanan untuk mengusir pengikut tradisi suci. Para imam di tangkap, dilecehkan, dilucuti jubah kepresbiteran mereka, dipenjara, dan diasingkan, seorang wanita muda di Mandra, Catherine Routes, mati sebagai martir ketika dia berusaha melindungi seorang presbiter dengan tubuhnya sendiri dari hantaman petugas polisi. Para uskup dari Gereja Negara memimpin polisi untuk membubarkan pertemuan-pertemuan keagamaan orang-orang Kristen Orthodox Sejati, liturgi mereka dihentikan, bejana-bejana suci berisi minyak urapan, air suci, dan lain lain di buang isinya dan diinjak-injak.

Meskipun terjadi penganiayaan berdarah, jumlah orang percaya pengikut tradisi suci malah berlipat ganda, dan pada tahun 1935 tiga orang Metropolitan, bergabung dengan penganut fanatik iman tradisi suci. Mereka adalah Germanos dari Demetrias, Chrysostom, mantan dari Phlorina, dan Chrysostom dari Zakynthos. Mereka kemudian menahbiskan empat hieromonks ke dalam keuskupan agung: Germanos Barykopoulos, Polycarp Lioses, Christopher Chatzes, dan Matthew Karpathakes, mendirikan sinode suci pertama Gereja Kristen Orthodox Yunani Sejati (GGOC). Namun karena mengalami penganiayaan, pengasingan, dan lain lain. Beberapa di antaranya mundur, dan kembali ke Gereja Negara. Kemudian Pada tahun 1939 Chrysostom, mantan dari Phlorina, menggantikan Germanos dari Demetrias dalam kepemimpinan GGOC, yang meninggal pada tahun 1941.

Pada tahun 1951, melalui Undang-Undang Kabinet No. 45/1951, penindasan menyeluruh kepada GGOC dideklarasikan. Gereja-gereja di tutup atau dihancurkan para Presbiter ditangkap, dilucuti pakaian klerus mereka dan jenggot dan kumis mereka dicukur secara paksa oleh petugas polisi. Para Episkop kami dikutuk dan di asingkan, liturgi dihentikan, prosesi dibubarkan dan Epitaphia (pidato pelepasan orang yang akan dimakamkan) dibatalkan oleh polisi. Pemimpin kami, Chrysostom, mantan dari Phlorina, diasingkan ke sebuah biara di Mytilene. Pada 1951, Metropolitan Germanos dari Cyclades wafat. Pemakamannya dilarang, dan polisi dikirim untuk menjaga jenazahnya untuk memastikan bahwa dia dimakamkan tanpa dilayani oleh Presbiter. Dua pemimpin GGOC lainnya menyerah pada tekanan dan bergabung dengan Gereja Negara. Pada tahun 1953 penganiayaan mereda, tetapi Undang-Undang Kabinet No. 45/1951 tidak dicabut.

Pada tahun 1955, Chrysostom, mantan dari Phlorina, satu-satunya Uskup yang tersisa di GGOC, menderita masalah kesehatan yang serius akibat pengasingannya, beliau meninggal tanpa ada penerusnya. Dari tahun 1955 hingga 1960, GGOC membentuk sebuah komite yang terdiri dari dua belas presbiter untuk tetap menjalankan kepemimpinan yang penuh perjuangan dalam mengatur mempertahankan Gereja, sekaligus mencari cara memulihkan hierarki mereka.


Pada tahun 1960, Arkhimandrit Akakios Pappas, melakukan perjalanan ke Amerika Serikat untuk mengajukan petisi kepada Gereja Orthodox Rusia di Luar Negeri (ROCA) dan disetujui oleh Uskup Agung Seraphim dari Chicago dan Uskup Theophilus Ionescu dari Detroit. Kedua Uskup tersebut mentahbiskan Arkhimandrit Akakios Pappas dengan menerima gelar “ Uskup Talantion” (Di Yunani).


Lalu secara bertahap,Uskup Akakios bekerjasama dengan Uskup Agung Leonty dari Chile (ROCA), yang sedang melakukan perjalanan ke Yunani, mentahbiskan beberapa Episkop, sekaligus memulihkan kembali kembali hirearki Sinode Kudus Gereja Othodox Yunani Sejati (GGOC) di tahun 1962, dan Uskup Akakios menjadi Uskup Agung dari Talantion hingga ia beristirahat dalam damai pada tahun 1963. Setelah kematiannya, Uskup Auxentios dari Gardikion terpilih sebagai Uskup Agung (1963-1985).

Selama masa kediktatoran tujuh tahun, Uskup Agung Hieronymos (dari Gereja Negara) merencanakan untuk menundukkan semua hesychasteria pribadi (ruang bersemedi pribadi) seperti juga perlakuan terhadap semua biara di GGOC dikontrol langsung oleh episkop setempat dari Gereja Negara. sejak itu, demi mendapat perlindungan, maka banyak biara GGOC secara sah menempelkan properti mereka secara hukum ke Biara Esphigmenou di Gunung Athos. Selama periode yang sama ini, dengan keputusan menteri, Misteri GG0C akhirnya terdaftar di Kantor Registrasi Negara. Peristiwa penting yang terjadi selama masa ini (tahun 1969) adalah pengakuan GGOC oleh sinode suci Gereja Ortodoks Rusia di Luar Negeri (ROCA) *) atas pentahbisan uskup yang berlangsung pada tahun 1960 dan 1962.

Pada tahun 1982 melalui Surat Keputusan Menteri dari Menteri Anthony Tritses, GGOC diizinkan untuk membangun gereja-gereja-Nya secara legal/ resmi. Pada tahun 1985 dan 1989 melalui Keputusan Menteri lainnya, para Presbiter GGOC diberi perawatan kesehatan.

Dari tahun 1986 hingga 2010, Uskup Agung GGOC adalah Uskup Agung Chrysostom II (yang pernah menjadi Metropolitan Thessalonika). selama masa kepemimpinannya, terlaksana pembersihan gereja dari unsur-unsur yang aneh dan unsur asing yang telah masuk ke dalam jajaran perjuangan suci GGOC yang hal itu sangat diinginkan oleh para klerus, dan setelah melewati banyak halangan, ia berhasil menyegarkan tubuh hierarki kepemimpinan dengan pentahbisan uskup baru pada tahun 1998, 1999 dan 2000, dan mengembalikan kelancaran fungsi dan sistem sinode GGOC

Uskup Agung Chrysostomos II adalah Uskup Agung pertama dari GGOC yang diterima oleh pemimpin negara Yunani, yaitu Presiden Yunani Constantine Stephanopoulos, pada tanggal 8 Juni 1998 dan yang mengkuduskan Mur-Suci bersama dengan Sinode Suci GGOC pada hari Kamis Agung tahun 2001. Di bawah penggembalaannya, bidat modern Ekumenisme secara sinis dikutuk (pada tahun 1998), dan Konferensi Klerus Pan-Hellenic Keempat diselenggarakan pada tahun 2003. Dengan berkatnya, Sekolah Kateketik didirikan dan telah beroperasi sejak tahun 2001, dan bekas Gedung Persatuan Pemuda (Union of Youth) dibangun kembali dengan nama Asosiasi Pemuda Orthodox.

Setelah dia beristirahat dalam kesucian pada hari Minggu 6/19 September 2010, maka selanjutnya Metropolitan Kallinikos dari Achaia terpilih sebagai Uskup Agung Athena dan seluruh Yunani, yang memimpin sinode suci GGOC sampai hari ini.

*) Penjelasan Episkop Daniel di video, dilaksanakan komuni penuh oleh Metropolitan Philaret beserta seluruh anggota Sinode ROCOR.

Disadur dan dialihbahasakan oleh :

Romo Presbiter Juventius Agastiyan Kenanga Bumi.

Dari situs web resmi Gereja Kristen Orthodox Yunani Sejati : https://www.ecclesiagoc.gr/

Teluk Bintuni, 18 Juni 2020

Keterangan : Uskup sama dengan Episkop yang artinya Penilik Jemaat, dalam Gereja Orthodox lebih menggunakan istilah Episkop.

Diupdate oleh Tim Humas & Media PP GOI pada hari Sabtu tanggal 29 Juni 2024.