Orthodox Sejati Indonesia Sejati
,

SEJARAH PESTA THEOPHANI

Epiphani (bahasa Yunani Koine: ἐπιφάνεια, epiphaneia, “manifestasi”, “penampakan yang jelas”) atau Theophani (bahasa Yunani Kuno (ἡ) Θεοφάνεια, Τheophaneia berarti “penampakan Tuhan”), atau Hari Raya Penampakan Tuhan adalah sebuah hari raya keagamaan dalam Gereja Orthodox pada tanggal 6/ 19 Januari yang merayakan pewahyuan Firman Allah sebagai manusia yaitu Yesus Kristus atau pemunculan/ manifestasi Yesus Kristus terhadap dunia dalam bentuk kelahiran-Nya. Dalam Gereja Ritus Barat maupun Timur memiliki pemahaman yang sama mengenai Epiphani ini yaitu Manifestasi Yesus Kristus kepada dunia, namun menghayati peristiwa yang berbeda.

Epiphani diperkenalkan dalam Gereja Barat pada abad ke-4, namun dalam Gereja Barat, Epiphani untuk memperingati kedatangan Orang-orang Majus dari Timur atau kadangkala disebut Tiga Raja, yaitu Baltasar, Melkior dan Kaspar yang mengunjungi Yesus yang baru saja lahir, yang menunjukkan Manifestasi Bayi Yesus Kristus terhadap orang Yahudi maupun di luar bangsa Yahudi (berarti seluruh dunia) sebagai Anak Allah. Perayaan ini dipengaruhi oleh kotbah Paus Js. Leo Agung dari Tuscany (440-461) mengenai Theophani yaitu penampakan Allah.

Namun dalam Gereja Orthodox Timur untuk memperingati pembaptisan Yesus Kristus oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan, yang menunjukkan Manifestasi Yesus Kristus memulai karya Pelayanan-Nya sebagai Mesias atau sering pula disebut Theophani. Dalam Gereja Timur, Epiphani juga menjadi puncak perayaan masa Natal atau perayaan Kelahiran Yesus Kristus, yang diperingati mulai dari tanggal 25 Desember/ 7 Januari sampai dengan 5/ 18 Januari setiap tahun.


Theophani adalah Pesta yang mengungkapkan Allah Tritunggal Mahakudus kepada dunia melalui Pembaptisan Tuhan (Matius 3:13-17; Markus 1:9-11; Lukas 3:21-22). Allah Bapa berbicara dari surga tentang Anak, Anak dibaptis oleh Js. Yohanes Sang Perintis Jalan, dan Roh Kudus turun ke atas Anak dalam bentuk burung merpati. Dari zaman kuno Pesta ini disebut Pesta Sang Terang, karena Allah adalah Terang dan telah muncul untuk menerangi “mereka yang duduk-diam dalam kegelapan”, dan “di wilayah bayangan kematian” (Matius 4:16), dan untuk menyelamatkan umat manusia telah jatuh oleh kasih karunia.

Dalam Gereja purba ada kebiasaan untuk membaptis para katekumen pada Sembahyang Senja (Vesper) Theophani, sehingga Baptisan ini juga diungkapkan sebagai penerangan rohani umat manusia.

Pesta Epiphani (Theophani) bukanlah perayaan yang muncul karena pengaruh kekafiran atau muncul pada abad-abad kegelapan dalam sejarah Gereja Barat. Pesta ini berasal dari masa Kekristenan Awal itu sendiri. Asal Pesta Theophani bisa dilacak kembali ke masa Apostolik, dan itu disebutkan dalam Konstitusi Apostolik – The Apostolic Constitutions (Buku V:13). Dari abad kedua kita memiliki kesaksian Bapa Gereja Js. Klement dari Alexandria (kira-kira150 – kira-kira 215) tentang perayaan Pembaptisan Tuhan, dan Sembahyang Tengah Malam sebelum hari raya ini.

Pada abad ketiga dialog tentang Ibadah bagi Theophani antara martir suci Hippolytus (170 – 235) dan Js. Gregorius Sang Pelaku Mukjizat (213 – 270). Dalam abad-abad berikutnya, dari keempat sampai abad kesembilan, semua Bapa Gereja Agung: Gregorius Teolog, Yohanes Krisostomus, Ambrosius dari Milan, Yohanes dari Damascus, mengomentari Pesta Theophani.


Para rahib Joseph Stoudios Sang Penulis Kidung, Theophanes dan Byzantios menyusun banyak musik liturgi bagi hari raya ini, yang dinyanyikan di ibadah-ibadah Orthodox bahkan sampai saat ini. Js. Yohanes dari Damaskus mengatakan bahwa Tuhan dibaptis, bukan karena Dia sendiri memerlukan untuk penyucian, tetapi “mengubur dosa manusia dengan air,” untuk memenuhi Hukum Taurat, untuk mengungkap misteri Tritunggal Mahakudus, dan akhirnya, untuk menyucikan “kodrat air”dan untuk memberikan pada kita bentuk dan contoh Baptisan.

Pada Pesta Pembaptisan Kristus, Gereja Kudus menyatakan iman kita dalam misteri yang paling agung, yang tak dapat dipahami akal manusia, dari Allah Yang Esa dalam tiga Pribadi. Ini mengajarkan kita untuk mengakui dan memuliakan Tritunggal Kudus, satu Dzat Hakekat (Essensi) dan tak terbagi-bagi. Karena menghadapkan dan menggulingkan kesalahan pengajaran-pengajaran purba yang berusaha untuk menjelaskan Sang Pencipta dunia oleh akal, dan dalam istilah manusia.

Gereja menunjukkan perlunya Pembaptisan bagi orang percaya di dalam Kristus, dan itu menginspirasi kita dengan rasa syukur mendalam untuk penerangan dan pemurnian sifat/ kodrat penuh dosa kita. Gereja mengajarkan bahwa keselamatan dan penyucian kita dari dosa hanya mungkin melalui kuasa kasih karunia Roh Kudus, oleh karena itu perlu menjaga secara layak karunia-karunia rahmat Pembaptisan suci, menjaga kebersihan jubah tak ternilai ini, bagi “Seberapa banyak yang telah dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus” (Galatia 3:27).

Pada pesta Theophani, semua makanan diizinkan, bahkan jika hari raya ini jatuh pada hari Rabu atau Jumat. Pesta Pembaptisan Yesus (Epiphani/ Theophani) ini adalah salah satu dari “Duabelas Perayaan-Perayaan Besar Gereja” (Δώδεκα Εορτές DódekaEortés); Двенадцать Праздники (Dvenadtsat’ Prazdniki).

.

.

2 responses to “SEJARAH PESTA THEOPHANI”

  1. Nestor Nurdin Suwanda Avatar
  2. Nurdin Suwanda Avatar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts