Selamat datang di website gereja orthodox indonesia   Click to listen highlighted text! Selamat datang di website gereja orthodox indonesia
,

Seri Prolog Ohrid 7 Maret Kalender Julian

  1. TUJUH PRESBITER MARTIR SUCI DI CHERSON: BASILIUS, EPHREM, EUGENIUS, ELPIDUS, AGATHADORUS, AETHERIUS, DAN CAPITO

Semuanya adalah episkop di Cherson pada waktu yang berbeda. Semua menderita dan menjadi martir di tangan orang-orang yang tak percaya, entah itu Yahudi, Yunani, atau orang Skit, kecuali Aetherius yang meninggal dengan damai. Semua diutus oleh Patriark Yerusalem sebagai misionaris untuk membawa cahaya Injil ke daerah liar dan tak beradab ini. Mereka disiksa dan menderita demi Tuhan mereka. Di Cherson, Basilius membangkitkan anak seorang pangeran dari kematian yang membuat orang-orang Yahudi iri dan mereka, pada gilirannya, melontarkan tuduhan terhadapnya. Ia diikat dan dibelenggu kakinya dan diseret di jalanan hingga jiwanya meninggalkan tubuhnya. Ephrem dipenggal kepalanya. Eugenius, Elpidus, dan Agathadorus dipukuli dengan tongkat dan dilempari batu sampai mereka menyerahkan jiwa mereka kepada Tuhan. Aetherius hidup pada masa pemerintahan Kaisar Konstantinus Agung. Ia memimpin Gereja dalam kebebasan dan kedamaian, mendirikan gereja besar di Cherson, dan meninggal dengan damai. Ketika Capito, yang terakhir dari mereka, diangkat menjadi episkop bagi orang Skit yang liar dan ganas, mereka meminta suatu tanda darinya agar mereka dapat percaya. Mereka mengusulkan agar ia masuk ke dalam perapian yang menyala dan, jika ia tidak terbakar, mereka semua akan percaya kepada Kristus. Dengan doa yang penuh semangat dan harapan kepada Tuhan, Capito meletakkan pallium keepiskopannya di atas bahu, menandai dirinya dengan tanda salib, dan masuk ke dalam perapian yang menyala-nyala, menjaga hatinya dekat dengan Tuhan. Ia tetap dalam nyala api selama sekitar satu jam tanpa ada cedera atau kerusakan, baik pada tubuhnya maupun pada pakaian keepiskopannya. Ia keluar dalam keadaan sehat. Kemudian, seketika, mereka semua berseru: “Satu-satunya Allah, Allah orang Kristen, besar dan perkasa, Yang melindungi hamba-Nya dalam perapian yang menyala-nyala.” Seluruh kota dan sekitarnya kemudian dibaptis. Keajaiban ini diceritakan panjang lebar di Konsili Ekumenis Pertama [Nicea, 325 M]. Para peserta dalam Konsili semua memuliakan Allah dan memuji iman yang teguh dan kuat dari Js. Capito. Kebetulan ketika Capito sedang melakukan perjalanan di sepanjang sungai Dnieper, dia ditangkap oleh orang Skit kafir dan ditenggelamkan. Ketujuh presbiter martir ini menderita pada awal abad keempat.

  1. EMILIANUS YANG TERHORMAT

Emilianus lahir di Roma dan melakukan banyak dosa besar di masa mudanya. Ketika Emilianus sadar, ia menahan diri dari berdosa dan mulai gemetar hanya dengan memikirkan penghakiman Tuhan. Emilianus segera masuk ke biara dan dengan berpuasa, berjaga-jaga dan taat, ia menjinakkan dan menguruskan tubuhnya. Ia menjadi contoh ideal bagi saudara-saudaranya dalam semua tindakan asketis yang saleh. Sering di malam hari, ia akan keluar dari biara dan masuk ke dalam gua di dekatnya untuk berdoa. Tanpa mengetahui ke mana Emilianus pergi, kepala biara secara diam-diam mengikutinya suatu malam. Kepala biara melihat Emilianus berdiri dalam doa dengan rasa hormat dan dalam air mata. Seketika, cahaya surgawi, lebih terang dari matahari, menyelimuti seluruh gunung terutama gua itu dan Emilianus. Suara terdengar dari surga berkata, “Emilianus, dosa-dosamu telah diampuni.” Dengan penuh ketakutan, kepala biara bergegas kembali ke biara. Keesokan harinya, dia menceritakan kepada saudara-saudara apa yang telah dilihat dan didengarnya malam sebelumnya. Emilianus sangat dihormati oleh saudara-saudaranya. Ia hidup lama dan meninggal dalam Tuhan. Pada tanggal ini, Js. Lawrence diperingati dalam Synaxarion agung Yunani. Ia adalah seorang dermawan dari Biara Phaneromene di pulau Salamis. Ia tinggal di Megara sebagai seorang pria yang sudah menikah dengan dua anak laki-laki. Ia adalah orang yang benar dan saleh. Sang Pemberi Kelahiran Suci Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam mimpi dan memerintahkannya untuk pergi ke Salamis dan di sana membangun kembali gereja-Nya. Ia pergi ke sana dan memang menemukan reruntuhan yang hancur dan membangun gereja baru. Di sini, ia ditahbiskan menjadi seorang biarawan dan meninggal pada 7 Maret 1770 M. Setelah itu, banyak mukjizat terjadi di biara ini pada relik Js. Lawrence.

RENUNGAN

Seutas tali tebal terbuat dari serat-serat rami yang tipis dan berserat. Satu serat tipis tidak dapat menahanmu terikat atau mencekikmu. Karena dengan mudah, sebagai lelucon, kau akan mematahkannya dan membebaskan dirimu darinya. Jika kau terikat oleh seutas tali tebal, kau dapat ditahan terikat dan bahkan dicekik olehnya. Kau juga tidak dapat mematahkannya dengan mudah atau membebaskan dirimu darinya. Seperti tali tebal terdiri dari serat-serat yang tipis dan lemah, demikian juga nafsu manusia terdiri dari dosa-dosa kecil. Manusia dapat memutuskan dan berpaling dari permulaan dosa-dosa kecil. Namun, ketika dosa demi dosa diulangi, anyamannya menjadi semakin kuat dan kuat sampai pada akhirnya tercipta suatu nafsu, yang kemudian mengubah manusia menjadi semacam monster sebagaimana hanya ia yang tahu caranya. Kau tidak dapat dengan mudah memutuskannya, atau menjauhkan diri darinya, atau dapat melepaskan diri darinya. Oh, jika saja manusia mau waspada dan menjaga dari permulaan dosa-dosa! Maka, mereka tidak perlu menanggung banyak dalam membebaskan diri dari nafsu. “Memutus nafsu yang telah berakar sama sulitnya dengan memotong jari-jari,” kata seorang biarawan dari Gunung Suci. Untuk membebaskan dirinya dari nafsu dosa, Js. Emilianus dibantu dengan memikirkan kematian dan, tentu saja, oleh Anugerah Allah, yang tanpanya sangat sulit melepaskan diri dari belenggu nafsu. Sering memikirkan kematian yang mendatang, bertobat dan memohon Anugerah dari Tuhan Yang Mahakuasa, ketiga hal ini menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa. Js. Sisoes ditanya, “Kapan nafsu dapat dicabut?” Janasuci menjawab, ” Begitu satu nafsu mengakar dalam dirimu, segera cabutlah hasrat itu.”

KONTEMPLASI

Merenungkan Tuhan Yesus saat berdoa di Getsemani:

  1. Bagaimana Dia jatuh tersungkur dan berdoa tiga kali, “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku” (Matius 26:39), dan lagi, “Jadilah kehendak-Mu” (Matius 26:42).
  2. Bagaimana Ia berkeringat dalam doa, “Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. ” (Lukas 22:44).
  3. Bagaimana semua ini adalah karena kamu dan aku; karena dosa-dosaku dan dosa-dosamu; dan demi keselamatanku dan keselamatanmu.

HOMILI

-Tentang tangan seorang pengkhianat- “Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini.” (Lukas 22:21). Sangat sulit bagi seorang jenderal untuk berperang ketika ia memiliki musuh di dalam kemah; tidak hanya musuh dari luar, tetapi juga musuh internal di antara orang-orangnya sendiri. Yudas dianggap sebagai salah satunya. Namun, dia adalah musuh dari dalam. Barisan musuh berkerumun dan menutup barisan di sekitar Kristus dan, dari dalam, Yudas sedang mempersiapkan pengkhianatan. Tangannya ada di meja yang diberkati Kristus, dan pikirannya sejalan dengan musuh di mana kejahatan tergelap, kebencian, dan kedengkian mendidih melawan Tuhan yang lembut. Bukankah hal yang sama juga terjadi hari ini, bahwa tangan para pengkhianat Kristus ada di altar bersamaNya? Altar mana yang bukan milik Kristus? Di altar mana tidak ada karunia-Nya? Dia adalah Kepala Rumah Tangga dan Dia memelihara dan memberi makan tamu-tamu-Nya. Tamu-tamu tidak memiliki apa pun yang merupakan milik mereka sendiri, tidak ada! Segala kebaikan dan kelimpahan yang diberikan kepada mereka diberikan oleh tangan Kristus. Oleh karena itu, bukankah benar bahwa Kristus hadir di setiap altar sebagai Kepala Rumah Tangga dan sebagai Pelayan? Oleh karena itu, bukankah itu juga tangan semua orang yang bahkan hari ini mengkhianati Kristus di altar bersamaNya? Mereka makan roti-Nya dan mereka berbicara melawan Dia. Mereka menghangatkan diri dengan matahari-Nya dan mereka memfitnah nama-Nya. Mereka bernapas dengan udara-Nya dan mereka bangkit melawan Gereja-Nya. Mereka hidup dari belas kasihan-Nya dan mereka mengusir Dia dari rumah mereka, dari sekolah-sekolah mereka, dari pengadilan-pengadilan mereka, dari buku-buku mereka, dan dari hati mereka. Mereka dengan sengaja menginjak-injak perintah-Nya, dengan niat jahat dan mencemoohkan hukum-Nya. Bukankah mereka adalah pengkhianat Kristus dan pengikut Yudas? Jangan takut kepada mereka! Tuhan tidak memerintahkan agar kita takut kepada mereka tetapi menunggu untuk melihat akhir mereka. Tuhan kita tidak takut pada Yudas dan Dia juga tidak takut pada semua gerombolan pengkhianat sampai akhir zaman. Dia tahu akhir mereka dan Dia sudah memiliki kemenangan-Nya di tangan-Nya. Oleh karena itu, janganlah kamu juga takut. Berpeganglah dengan setia kepada Kristus Tuhan, baik ketika tampak bagi kamu bahwa perkara-perkaraNya berhasil dan maju di dunia maupun ketika tampak bagi kamu bahwa perkara-perkaraNya runtuh dan binasa. Jangan takut! Jika kamu menjadi takut, mungkin tanganmu akan ditemukan terkepal di bawah tangan Yudas di altar Kristus. Ya Tuhan, Yang Mahakemenangan, pertahankan kami dengan kekuatan dan belas kasih-Mu. BagiMu kemuliaan dan syukur selalu. Amin.

Sumber : The Prolog of Ohrid oleh Js. Nikolai Velimirovich dari Ohrid dan Zhicha

Diterjemahkan oleh : Irene W.W (21 Maret 2024)

Related Posts
Click to listen highlighted text!