Selamat datang di website gereja orthodox indonesia   Click to listen highlighted text! Selamat datang di website gereja orthodox indonesia

SERI SEJARAH SINGKAT GEREJA (Bagian II)

Romo Presbiter Yohanes Bambang Cahyo Wicaksono, MTS.

Gereja Orthodox Indonesia

Sebagaimana telah kita singgung pada bagian I (sebelumnya), bahwa Kristus sendiri telah mengatakan bahwa:

“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat 16:18).

Dari apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus Kristus yaitu alam maut tidak akan menguasainya”, itu jelas menunjuk pada artian bahwa selama Gereja ada dan ada di jagad ini, maka tantangan dan problematika yang dihadapi oleh Gereja selalu ada dan tidak pernah berhenti, namun tantangan dan problematika itu tidaklah pernah menjadikan Gereja hancur dan musnah sama sekali. Dan untuk lebih jelasnya tantangan apakah yang dihadapi oleh Gereja Perdana ini ?

A. TANTANGAN YANG DIHADAPI GEREJA PADA ABAD 1 SAMPAI DENGAN 4

Pada abad-abad awal dalam Sejarah Gereja Perdana, banyak orang Kristen mengalami aniaya dan tidak sedikit orang percaya yang terbunuh karena imannya. Suatu misal pada tahun 64 Masehi ketika pemerintahan kaisar Nero yang pada zaman itu pula Js. Petrus dan Js. Paulus mati terbunuh, banyak orang Kristen yang dikejar-kejar dan dianiaya. Sifat penganiayaan itu bersifat sporadis, misalnya di sebelah Timur Mesopotamia ketika di bawah kekaisaran Agung Persia, banyak orang Kristen yang dianiaya karena cemburunya pendeta-pendeta Agama Zoroaster (agama resmi Persia) terhadap orang percaya. Sementara di Roma sendiri Agama Kristen dianggap sebagai “agama yang tak resmi” atau “Religio Illicita”, serta orang-orang percaya dianggap sebagai :

Atheisme: karena mereka tak menyembah dewa kafir Romawi-Yunani, sehingga mereka dianggap tak berdewa atau ber- Tuhan.

Kanibalisme: karena kebiasaan orang Kristen dalam setiap pertemuan ibadah selalu makan daging dan minum darah seorang bayi (Perjamuan Kudus/ Ekaristi dianggap sebagai kanibalisme, akibat mereka tak mengenal secara dalam Kekristenan) .

Imoralitas dalam Kebaktian: Karena orang Kristen dalam setiap pertemuan Ibadah selalu mengatakan “Cium Kudus”, yang oleh orang kafir hal ini dianggap telah melakukan perzinahan sumbang yaitu perzinahan sesama saudara.

Hal seperti ini tentu saja telah menimbulkan rasa takut dan benci di kalangan orang kafir terhadap orang Kristen. Sementara dari pihak pemerintah, karena orang Kristen menolak memberikan kemenyan di depan patung Kaisar sebagai tanda loyalitas terhadap Kaisar yang dianggap sebagai “Dominus et Deus“. Penolakan orang percaya memberi kemenyan pada patung kaisar karena dalam pemandangan orang percaya hanya Kristuslah sebagai “Dominus” itu. Dan sebab penolakannya itulah maka orang Percaya dianggap sebagai pembangkang politik yang membahayakan. Ini karena mereka mempunyai loyalitas terhadap Raja lain yaitu Kristus “Sang Dominus”.

Para Bapa Gereja yang mati teraniaya dan martir pada abad-abad ini adalah Ignatius dari Antiokia, pengganti ketiga dari Rasul Petrus di Antiokia, Syria sebagai Episkop/ Uskup/ LAI-TB Penilik Jemaat (110 Masehi), Polikarpus Episkop dari Smirna mati teraniaya di bawah Kaisar Marcus (166 Masehi) dan Yustinus Sang Martir atau nama lainnya Yustinus Sang Filsuf. Dan juga perlu ditandaskan bahwa pada abad-abad awal banyak bermunculan tulisan mengenai Kristus, yang mana tulisan ini disebut sebagai “Apokrifa” (jangan dikacaukan dengan “Anaginoskomena” dari Perjanjian Lama) serta tulisan-tulisan “Pseudopigrafa“. Biasanya tulisan-tulisan itu memakai nama salah satu dari Para Rasul dan memasukkan dongeng-dongeng aneh mengenai masa kecil Kristus, kehidupan Perawan Maria dan kegiatan-kegiatan karya Para Rasul. Dan bersama dengan itu muncul pula aliran “Gnostikisme” yaitu suatu bidat yang mengubah ajaran Kristen seperti ajaran kebatinan.

Dalam rangka melawan pengajaran ini, Gereja menyebut ajaran Rasuliah sebagai ajaran yang “Orthodox” yang berasal dari kata “Orthos” yang artinya benar atau lurus dan “Doxa” yang berarti penyembahan atau ajaran. Jadi kata Orthodox ini bukan berarti kolot namun “penyembahan yang lurus atau pengajaran yang lurus benar”, dan sebagai lawan Orthodox adalah Heterodox. Akibat banyaknya ajaran palsu dan Gnostik inilah, maka para Apologist dan Bapa Gereja menekankan pentingnya “suksesi Rasuliah/ suksesi Apostolik/ Mata-rantai Rasuli” dan bersama itu pula tulisan-tulisan mana yang dianggap oleh Gereja bisa menjadi bahagian dalam kanon Kitab Suci.

Tulisan-tulisan yang bisa dimasukkan dalam kanon itu harus :

1. Berasal dari zaman Para Rasul.

2. Ditulis Para Rasul sendiri atau teman/ murid dekat mereka

3. Sesuai ajaran Rasuliah tanpa putus sebagai paradosis/ tradisi dalam Gereja

4. Digunakan secara merata di seluruh Gereja awal

5. Harus mengajarkan kesucian dan bukan dongeng-dongeng gnostik.


Dan berdasarkan seleksi yang dilandaskan atas persyaratan di atas, maka surat-surat yang dapat dimasukkan ke dalam kanon Kitab Perjanjian Baru itu hanya ada 27 Surat atau Kitab.


Menginjak pertengahan abad ketiga ini, penganiayaan besar-besaran terhadap orang percaya juga terjadi, misalnya pada 249 ketika Kaisar Decius naik tahta. Kaisar ini mengadakan penganiayaan terhadap orang percaya secara universal, dan penganiayaan ini dilanjutkan oleh Kaisar Valerianus (253-260). Dalam penganiayaan ini, orang percaya dipaksa mempersembahkan korban kepada patung kaisar sebagai “Tuhan dan Illah”, para rohaniwan harus dikejar dan dibunuh, harta benda Gereja harus disita. Dan baru setelah anak Valerianus naik tahta dan berdiri sebagai Kaisar, maka penganiayaan terhadap orang Kristen dihentikan.

Dengan berhentinya penganiayaan, Gereja berkembang secara luar biasa, namun akibat penganiayaan itu telah mengakibatkan krisis besar di dalam Gereja. Mengapa? Karena bagi mereka yang pada saat penganiayaan mau dengan rela mempersembahkan korban pada patung kaisar, selalu dipertanyakan. Ada yang memperbolehkan masuk Gereja kembali, dan ada yang tidak memperbolehkan serta orang- orang ini disebut sebagai kaum “Lapsi”.

Di sisi lain pada abad ini muncul bidat “Montanisme” yang didirikan oleh “Montanus”, di mana Montanus mengajarkan karunia lidah, nubuat-nubuatan dan Kerajaan Seribu tahun akan segera datang di pulau Frigia, Asia Kecil. Pembela Agung Gereja saat itu adalah Js. Kiprianus dari Karthago dan meninggal tahun 258 M. Dia meninggal sebagai Martir setelah membela Gereja Rasuliah yang Orthodox dan Katolik serta melawan aliran garis keras yang memisahkan diri dari Gereja karena masalah “lapsi”.

Aliran yang dilawan itu adalah aliran “Novatianisme” yang didirikan oleh “Novatianus” di Roma. Novatianus menyebut alirannya sebagai “Gereja yang murni”. Js. Kiprianus membela Gereja Rasuliah Orthodox dan Katolik itu dengan menekankan perlunya “mata rantai Rasuliah/ Sukses Apostolik” dalam ajaran dan “mata rantai Rasuliah” dalam pentahbisan para Episkop/ Uskup. Kiprianuslah yang mengatakan “Extra Ekklesia Nulla Salus Est ”, artinya di luar Gereja (yaitu di luar persekutuan konkret dari umat yang percaya secara pribadi pada Kristus di bawah pimpinan rohani Episkop yang berlandaskan suksesi Rasuliah di sekitar meja Perjamuan Kudus dan pemberitaan Firman oleh Presbyter) tidak ada keselamatan.

Pada abad ketiga ini dapat kita saksikan perkembangan luar biasa, karena adanya pendirian Sekolah Theologia di Alexandria, Mesir yang dipelopori oleh Pantaenus dan Klemen dari Alexandria (meninggal kira-kira tahun 215). Kemudian Sekolah Theologia ini di handle atau dipegang-kepalai oleh seorang penulis, sarjana dan theologia termasyur Origenes (meninggal pada tahun 253).

Yang menjadi penekanan pada theologia Alexandria ini bahwa filsafat Yunani non-kristen dapat digunakan sebagai alat untuk menjelaskan Kitab Suci. Ciri khas pendekatan Alexandria adalah tafsiran secara alegoris terhadap Kitab Suci. Sedangkan dalam Tradisi Syria Antiokia yang tak lama kemudian akan berkembang adalah pendekatan secara harafiah berdasarkan tata bahasa dan sejarah penulisan Kitab Suci. Kedua pendekatan ini akhirnya akan bertemu dalam konflik pada abad-abad berikutnya.

Karya Origenes ini sangat luar biasa dan tak terhitung jumlahnya. Dialah yang pertama kali mengadakan kajian sistematis dan sastrawi dari buku-buku dalam Alkitab. Dan Karya Origenes ini akan menjadi fondasi karya-karya theologia para bapa Yunani pada abad-abad berikutnya,.Namun demikian secara ajaran banyak pendapat Origenes yang ditolak oleh Gereja, karena tak Alkitabiah dan tak Rasuliah, sehingga pada konsili Ekumenis ke V (tahun 553), beberapa ajaran Origenes dinyatakan sesat oleh Gereja.

Di antara pakar-pakar theologia abad ke 3 yang harus disebutkan bersama dengan Kiprianus, Klemen, dan Origenes adalah Dionysios dari Alexandria (wafat 265), Hippolytus dari Roma (wafat 235), Gregorius Pelaku Mujizat dari Kappadokia (wafat 270) dan Methodios dari Olympus (wafat 311). Orang-orang inilah yang memperkembangkan theologia Kristen terutama yang meletakkan dasar bagi pembahasan Tritunggal Mahakudus.

Pada abad ke 4 dimulai dengan penganiayaan yang paling besar yang diarahkan pada Gereja oleh kaisar Diokletianus. Daftar Syuhada atau Martir yang paling panjang berasal dari abad ini. Setelah surutnya Diokletianus, terjadilah perebutan kekuasaan dalam kerajaan Romawi. Tahun 312 Konstantinus menghadapi peperangan melawan Maxentius dan sebelum terjadi peperangan di jembatan Milvianus di Roma, Konstantinus berdoa, lalu mendapat penglihatan Salib bersinar di langit dengan tulisan “Dengan tanda ini, kalahkan”. Kemudian dia memerintahkan para prajuritnya untuk mengenakan tanda salib pada perisai dan jubah mereka dan akhirnya Konstantinus memenangkan pertempuran. Dengan menangnya Konstantinus pada pertempuran itu, maka dia memberikan kebebasan kepada orang-orang Kristen dan bahkan dia menunjukkan kecenderungannya kepada Iman Kristen.

Sebelum kematiannya Konstantinus membangun suatu kota di tempat yang sebelumnya merupakan desa bernama Byzantium bagi Ibu Kota Romawi yang baru dari kerajaannya dan kota itu disebut Konstantinopel (kini disebut Istanbul atau Turki) untuk menghormati dia. Konstantinus sendiri baru dibaptis di atas ranjang menjelang kematiannya pada tahun 337 M. Bersama dengan ibunya Maharatu Heleni, dia menemukan Salib asli Kristus di Yerusalem, serta keduanya diakui sebagai orang kudus dalam Gereja Orthodox sampai sekarang. Iman Kristen diakui sebagai agama resmi kerajaan Byzantium tahun 380 oleh ketetapan Kaisar Theodosius. Sementara itu umat Kristen di Syria yang tinggal di kekaisaran Persia, makin mengalami penganiayaan karena dicurigai sebagai antek musuh kerajaan Persia, yaitu karena kerajaan Romawi yang menjadi musuh bebuyutannya sekarang telah menjadi kerajaan Kristen Byzantium.

Bersambung ke bagian III…


Kemuliaan Bagi Sang Bapa, Sang Putera serta Sang Roh Kudus…
Tuhan Memberkati kita semua….. Amin.

Related Posts
Click to listen highlighted text!