Pada umumnya orang kristen berdoa dengan cara melipat tangan dan menutup mata. Namun tidak demikan dengan umat kristen Orthodox.
Sikap berdoa umat kristen Orthodox mengikuti sikap berdoa yang dilakukan oleh Yesus dan para rasul, dan yang kemudian diteruskan oleh para Bapa gereja.
Dalam melakukan ibadahnya, umat kristen gereja Orthodox melibatkan seluruh inderanya, termasuk indera peraba, dalam hal ini jari-jari tangan. Gerakan jari dan tangan dilakukan, antara lain untuk membuat tanda salib, yang merupakan suatu : Proklamasi Iman Gereja, yang dilakukan dalam tindakan simbolisme gerakan tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh jasmanipun ikut serta mengalami penebusan dengan dibangkitkanNya kita pada akhir zaman.
Di samping tubuh itu ikut serta dalam penyembahan pada Allah yang dilakukan di dalam gerakan-gerakan, masih ada beberapa gerakan dalam penyembahan Gereja yang mengikut-sertakan tubuh misalnya: alat-perasa/peraba indra jasmani ini yang merupakan suatu aikap penyembahan Gereja terhadap Allah.
Sikap-2 doa yang mengikut sertakan tubuh ini adalah demikian:
- Berdiri :
Alkitab mengatakan: “Apabila kamu berdoa, Janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat (Matius 6:5) Bandingkan dengan Markus 11:25 (‘berdiri untuk berdoa’).
2. Sujud, Rebah, Berlutut, Tersungkur : Alkitab yang membicarakan sujud dalam berdoa adalah:
Matius 26:39 “Maka Ia maju sedikit lalu sujud dan berdoa,…”
Markus 14:35: “maju sedikit dan merebahkan diri ke tanah dan berdoa.”
Lukas 22:41: “Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa.”
Wahyu 4:9-10: Dan setiap kali makhluk-makhluk tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia…”
3. Duduk :
Kisah Rasul 16:24: “Kepala penjara… membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat…. Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian…” Karena mereka dipasung berarti pada waktu mereka berdoa, mereka duduk.
4. Menengadah (Membuka Mata Ke Atas):
Yohanes 17:1 : “Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata…”
Jadi di dalam Alkitab tidak ada sikap doa dengan melipat tangan dan menutup mata. Itu hanya suatu tradisi untuk mengkonsentrasikan pikiran saja.
5. Mengangkat tangan :
1 Timotius 2:8: “Oleh karena itu aku ingin, supaya dimana-ma mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan.”
6. Arak-arakan :
Ada ibadah bersama dengan melakukan arak-arakan, yaitu secara bersama mereka mengadakan/menyongsong Kristus. Arak-arakan (Prosesi) di dasarkan pada peristiwa yang terjadi ketika Yesus masuk ke Yerusalem (Matius 21:6-11). Banyak orang berjalan di depan Yesus dan yang mengikutinya dari belakang… (Matius 21:9). Jadi ada prosesi (arak-arakan) untuk mengelu-elukan kedatangan Yesus.
Jadi dalam penyembahan Gereja ada beberapa arak-arakan yang dilakukan oleh jemaat untuk menyembah Allah, yang semuanya itu didasarkan atas apa yang terjadi pada peristiwa kehidupan Yesus.
Di samping sikap-2 dalam doa tersebut yang dilandasi pada inkarnasi Kristus, ada satu doa lagi yang merupakan unsur penting di dalam sisitim kerohanian Iman Orthodoks, yaitu :
Doa Puja Yesus :
Di dalam doa Puja Yesus ini, orang mengucapkan Nama Yesus dan mengatur pernafasannya dan mata di arahkan kepada dada, dimana hati bertempat tinggal. Pikiran di satukan dengan tersebut, sambil mengingat Nama Yesus. Dengan demikian totalitas keberadaan manusia yaitu: Pikiran, hati dan jasmaninya rupakan satu kesatuan yang utuh. Dan di dalam kesatuan yang utuh itu dimanunggalkan dengan Nama Yesus.
Dengan demikian prinsip inkarnasi itu bekerja secara menyeluruh di dalam cara penyembahan Doa Puja Yesus ini. Gereja menyadari bahwa yang akan diselamatkan bukan hanya jiwa manusia saja, tetapi jiwa, roh dan tubuh akan ikut ambil bagian di dalam Kerajaan Allah yang akan datang. Itulah sebabnya Gereja di dalam penyembahannya mengikut-sertakan segala unsur kehidupan (perasaan, akal atau keseluruhan keberadaannya) yang merupakan proklamasi akan Iman Gereja akan apa yang dilakukan oleh Allah kehidupan dalam Kristus.
Diambil dari ”Apa dan Bagaimana Iman Orthodox” – Archimandrite Bambang Daniel Byantoro