“The family that prays together stays together (Keluarga yang berdoa bersama, tetap bersama)”.
Pendapat ini sering dianggap klise oleh sebagian orang, justru karena satu alasan: pendapat ini benar. Cara utama untuk melawan bubarnya keluarga karena perceraian, atau kerenggangan hubungan dengan anak-anak adalah dengan ayah, ibu, dan anak-anak berdoa bersama setiap hari.
Sebagaimana setiap parokia Orthodox adalah suatu gereja yang penuh, yaitu Tubuh Kristus dengan segala kepenuhan rahmat ilahi dan anugerah keselamatan, demikian jugalah setiap keluarga Orthodox adalah sebuah miniatur gereja/ gereja kecil (mikri ekklesia), di mana kita “mengerjakan keselamatan” kita di dalam iman, doa, dan perbuatan baik. Dalam pengertian inilah keluarga perlu melakukan tindakan utama yang dilakukan Gereja yaitu berdoa, dan dengan demikian menjadi sebuah keluarga sebagaimana yang dikehendaki Allah.
Setiap rumah umat Orthodox adalah sebuah gereja rumah. Sebagaimana Gereja kita haruslah terasa seperti rumah kita, demikian juga seharusnya rumah kita dapat terasa seperti gereja, yaitu bahwa rumah tersebut harus memiliki karakter Orthodox yang sakral, tenang, teratur, dan gembira. Ini bisa dicapai dengan pengendalian secara disiplin dari sumber-sumber bunyi di rumah (mis: TV, dll), melalui rutinitas keluarga yang dilaksanakan dengan displin, melalui sembahyang harian, dan melalui pengaturan-pengaturan fisik khusus. Misalnya memiliki pojok ikon/ pojok doa di mana ikon-ikon kudus ditempatkan, ada lampu minyak yang terus menyala (tentunya dengan memperhatikan standar keamanan), dan ada buku-buku doa dan Kitab Suci yang diletakkan di situ. Sebagaimana seorang ayah mendupai rumahnya setiap hari dan mengajar putra-putranya untuk melakukan hal yang sama, demikian juga ibu mengajari putri-putrinya untuk menjaga kebersihan dan kerapian ikon-ikon serta pemeliharaan lampu setiap hari.
Bagi kebanyakan keluarga Orthodox dewasa ini, nampaknya waktu yang paling tepat untuk berkumpul berdoa bersama adalah sore hari atau di malam hari sebelum tidur. Waktu ini dapat digunakan untuk Sembahyang Senja bersama atau Sembahyang Purna Bujana (Selesai santap malam, sebelum tidur) dengan menggunakan Buku Sembahyang Harian yang perlu dimiliki oleh setiap keluarga Orthodox. Pada waktu-waktu tertentu dapat juga dilaksanakan ibadah Paraklisis. Demikian juga ketika subuh, bisa dilakukan Sembahyang Saat Jam Pertama, atau Sembahyang Singsing Fajar.
Bagaimana kita melakukan sembahyang-sembahyang keluarga tersebut? Semua anggota keluarga berkumpul bersama di depan altar keluarga/ pojok doa, dan berdiri dengan diam (atau duduk, tergantung usia, kondisi kesehatan, dll). Kepala keluarga memulai dengan membuat Tanda Salib atau dengan berkata “melalui doa-doa Para Bapa Suci….”, lalu “ Ya Raja Sorgawi, Penghibur…..”, dan seluruh anggota keluarga secara bersama membaca doa Trisagion, dan melanjutkan doa-doa sesuai dengan petunjuk dalam Buku Sembahyang Harian. Setiap anggota keluarga boleh bergantian membaca, atau membaca bersamaan. Yang terpenting adalah melakukannya secara teratur dan dalam kebersamaan. Pada akhir sembahyang semua anggota keluarga saling bermaafan, sehingga tidak ada satu pun hari yang terlewati tanpa saling mengampuni kesalahan, entah itu dalam pikiran, tindakan, perselisihan, atau keseleo lidah yang mengakibatkan konflik. Dengan cara ini, benih-benih ilalang kebencian atau sakit hati dapat segera tercabut dan tidak menjadi masalah yang besar. Juga, kepala keluarga (atau jika tidak ada, maka yang dituakan), harus memberkati setiap orang dengan Tanda Salib sebelum tidur, dan anak-anak harus mencium tangan orang tua mereka.
Keberatan yang sering kita temui adalah: “Saya lebih suka atau lebih nyaman berdoa sendiri”. Ingat, ini bukan suatu situasi di mana ada pilihan antara “berdoa bersama” dan “berdoa sendiri”. Ini adalah suatu situasi di mana kita perlu berdoa secara pribadi dan juga bersama-sama. Misalnya, ketika subuh setiap anggota keluarga mungkin berdoa sendiri-sendiri, tetapi ketika sore/ malam, semua anggota keluarga berdoa bersama. Kita perlu keduanya.
Ada juga yang berkata “kami hanya berdoa bersama ketika ke gereja, kalau di rumah tidak”. Pernyataan semacam ini terbantahkan dengan sendirinya jika kita melihat sejarah kekristenan. Sejak awal, keluarga-keluarga Kristen selalu berdoa bersama-sama di rumah. Nah, ketika kita pergi ke gereja, di sana kita beribadah bersama dengan anggota-anggota “keluarga besar” kita yaitu parokia. Sebagaimana kita tidak meminta sekolah melakukan tanggung jawab yang harus kita lakukan sebagai orang tua di rumah, demikian juga kita tidak meminta Romo atau parokia kita untuk menciptakan suatu kesatuan dan kebersamaan yang harusnya kita ciptakan di rumah.
Secara tradisional, ketika keluarga-keluarga Orthodox pergi ke gereja, mereka tidak berdiri atau duduk bersama-sama (ini adalah sebuah praktik modern, yang muncul dari kalangan non-Orthodox). Biasanya, anak-anak lelaki berdiri di sisi kanan gereja bersama dengan ayah, atau melayani sebagai putra altar atau di tempat pengidung. Sedangkan anak-anak perempuan berdiri di sisi kiri gereja bersama ibu mereka dan kaum wanita yang lain sebagai saudari-saudari dari keluarga besar gereja.
Di gedung ibadah, “Gereja parokia” berdoa bersama sebagai kelompok; sedangkan di rumah, “Gereja keluarga” berdoa bersama sebagai kelompok; sesederhana itu.
Kiranya Kristus yang penuh belas kasih, melalui permohonan doa dari Sang Theotokos dan segenap janasuci mengasihani kita dan menuntun kita dalam kehidupan doa harian di keluarga kita, demi keselamatan kita sendiri dan seisi rumah kita. Amin.
(Gregorius)