Ketaatan Kepada Pemerintah Dan Allah (Ibrani 11:17-23, 27-31 dan Markus 12:13-17)

Sebelum menyuruh beberapa orang Farisi dan Herodian untuk mengajukan pertanyaan yang ditujukan untuk menjerat Yesus, para ahli Taurat dan tua-tua terlebih dulu menyerang otoritas Yesus (Markus 11:27-33), dan ketika serangan itu gagal maka mereka mengalihkan serangannya kepada pengajaran-Nya dengan mengajukan pertanyaan seputar hal yang sensitif pada saat itu, yaitu apakah diperbolehkan membayar pajak kepada kaisar?

Pertanyaan itu diajukan bukan karena para ahli Taurat itu tertarik menghadapi masalah sosial dari sudut iman tetapi sebagai jebakan, apabila Yesus menjawab “boleh”, mereka berpikir bahwa jawaban itu akan menjatuhkan kepopuleran Yesus di mata orang-orang Yahudi dan Dia akan ditinggalkan pengikut-Nya. Apabila dijawab “tidak boleh”, maka Yesus akan ditangkap oleh prajurit Romawi.

Bagaimana jawaban Yesus? Terperangkapkah la ke dalam jebakan mereka? Dengan hikmat yang Mahatinggi, Yesus menggunakan koin bergambar kaisar untuk menjawab bahwa orang Yahudi seharusnya membayar pajak (ayat 16-17). Jika kita menikmati berbagai fasilitas yang disediakan pemerintah maka kita wajib mendukung dengan membayar pajak.

Dari jawaban Yesus ini kita dapat memahami bahwa kekristenan tidak mengajarkan perlawanan terhadap pemerintah (bdk. Roma 13:1-7), dan oleh karena itu di dalam ibadah-ibadah Gereja Purba yang sampai saat ini masih dipelihara dan diteruskan oleh Gereja Orthodox, pemimpin negara dan angkatan bersenjata negara selalu didoakan. Kewajiban kita kepada Allah tidak begitu saja menghapuskan kewajiban kepada pemerintah. Begitu pula sebaliknya, berikan pajak kepada pemerintah, tetapi persembahkan hidupmu kepada Allah (Markus 12:17).

Renungan: Kita harus patuh kepada pemerintah kita, namun kepatuhan itu tidak boleh mengurangi ketaatan kita kepada Allah.

Sumber: Embun Surgawi edisi Januari 2020

Related Posts