Meditasi seorang Rahib dari Gunung Athos yang Suci
Tali doa tidak hanya diperuntukkan bagi para rahib namun juga dapat digunakan oleh umat awam dan secara umum oleh setiap orang yang ingin berdoa kepada Allah. Tali doa tentu saja tidak sama atau bukan bagian dari jimat dengan kuasa sihir atau pengusiran setan, seperti mereka yang memberikannya melalui sulap atau medium lain yang dipakai pada pergelangan tangan atau yang dikalungkan di leher. Bertolak belakang dengan hal ini, umat Orthodox sungguh-sungguh dan murni hanya menggunakan doa dan tidak ada yang lain. Kita memakai tali doa dengan tujuan untuk berdoa secara diam, tenang dan tanpa diketahui oleh orang lain. Pada titik ini, kita mencatat sesuatu yang sangat penting: ada banyak buku berkenaan kepada doa. Namun sebelum kita mulai mengikuti suatu aturan atau doa, kita perlu untuk meminta nasihat, berkat, dan petunjuk rohani dari bapa rohani kita, yakni imam yang kepadanya kita mengaku dosa-dosa kita. Bahwa itulah yang para bapa gereja telah ajarkan kepada kita di sepanjang abad, dengan tujuan menjauhkan khayalan dan selanjutnya, membimbing kita dalam Jalan Iman Orthodox yang benar, sehingga kita tidak tersesat. Ada dua cara berdoa dengan menggunakan tali doa:
Saat waktu senggang kita, tanpa terlihat oleh siapapun, rahasia, kita memegang tali doa dengan tangan kiri atau kanan dan bergerak dari bulir bulir dengan ibu jari seraya membisikan perlahan dan berganti-ganti atau perenungan tentang doa ini :
“Tuhan Yesus Kristus kasihanilah aku” atau “Yang Tersuci Theotokos selamatkanlah kami”.
Saat doa harian kita, ketika kita berdoa mengikuti aturan doa yang telah dikatakan oleh bapak rohani untuk kita jalankan, kita memegang tali doa di tangan kiri di antara ibu jari dan jari telunjuk, lalu bergerak dari bulir-bulir. Pada tiap bulirnya, berulang dan perlahan kita melakukan dua hal :
- Dengan tangan kanan kita membuat tanda salib pada diri kita sendiri dan
- Kita mengucapkan doa “Tuhan Yesus Kristus kasihanilah aku”. Ketika kita selesai dengan seluruh bulir dari tali doa, kita melanjutkannya dengan cara yang sama, sebanyak yang telah dikatakan oleh bapa rohani kepada kita.
Ini merupakan hasil pengalaman dari seorang rahib tanpa nama dari Gunung Athos yang suci. Kita juga berharap bahwa setiap orang akan menggunakan tali doa dalam cara yang telah diajarkan oleh para bapa gereja meskipun seseorang itu tinggal dalam suatu masyarakat dan bukan dalam sebuah monasteri.
(Archimandrite Yusup di Thessaloniki, Yunani)
Bentuk Khas Komboskini (Tali Doa)
Marilah kita berhenti sejenak untuk memandang kepada sebuah tali doa kecil, seperti yang satu ini, yang dibuat dari wol hitam di Gunung Athos. Tali kecil Ini adalah sebuah anugerah dari sebuah tempat suci. Seperti yang banyak kita miliki dalam Gereja, ini adalah anugerah yang dipersiapkan dan diberikan kepada kita oleh seorang saudara atau bapa dalam Kristus, saksi hidup yang menghidupi tradisi. Tali ini berwarna hitam, warna duka cita dan kesedihan dan mengingatkan kita untuk menjadi apa adanya serta sungguh-sungguh dalam kehidupan kita. Kita diajarkan bahwa doa pertobatan secara khusus doa Yesus dapat membawa kita pada apa yang para bapa gereja sebut -kesedihan yang mencipta kegembiraan- dalam bahasa Yunani “Harmolipi”. Kita menyesal karena dosa-dosa dan kelemahan-kelemahan serta ketiadaberdayaan kita di hadapan Allah, sesama manusia dan diri sendiri. Namun dalam Kristus, Dia yang mencurahkan belas kasihan dan pengampunanNya ke atas mereka yang menyerukan namaNya, kesedihan ini menjadi suatu sumber kegembiraan dan ketenangan. Tali doa ini di simpul atau dipilih dari wol, yakni yang telah dicukur dari seekor domba.
Ini mengingatkan kita bahwa kita adalah domba berakal budi dari Gembala yang Baik, Kristus Tuhan dan juga suatu pengingat dari Domba Allah yang mengambil dosa-dosa dari dunia (lihat: Yohanes 1:29). Dan juga salib berbicara kepada kita akan pengorbanan dan kemenangan kehidupan mengatasi kematian, kerendahan hati mengatasi kesombongan, pengorbanan diri mengatasi keegoan, terang mengatasi kegelapan. Dan rumbai? Engkau dapat menggunakannya untuk menyeka air matamu atau jika engkau tidak menangis, mengingatkanmu untuk mencucurkan air mata karena engkau tidak dapat menangis.
Di samping itu, dari masa-masa Perjanjian Lama, rumbai-rumbai kecil merupakan dekorasi bagi pakaian-pakaian suci, suatu pengingat dari tradisi suci di mana kita ikut serta di dalamnya ketika kita menggunakan tali doa ini.
Tali doa merupakan suatu kelanjutan dari tradisi yang bentuk aslinya (kekunoannya) telah mengalami perubahan. Mungkin saja pada mulanya bentuk tali doa sangat sederhana, yakni terbuat dari batu kerikil kecil atau butiran-butiran dan dipindahkan atau digerakkan dari satu tempat atau wadah ke tempat atau wadah yang lain sambil mengucapkan aturan doanya atau melakukan aturan menunduk atau bersujud. Ada suatu cerita yang dikisahkan bahwa seorang rahib memutuskan untuk membuat simpul-simpul pada sebuah tali yang akan digunakannya dalam menjalankan aturan doa hariannya. Namun si Iblis tanpa henti merombak simpul-simpul pada tali yang telah dibuatnya, hingga sang rahib putus asa atas usaha yang dilakukannya. Kemudian malaikat muncul dan mengajarkan sang rahib suatu cara khusus yang terdiri dari simpul yang saling terkait satu sama lain dan dihubungkan dengan salib sehingga simpul-simpul ini tidak mampu diuraikan lagi oleh si Iblis.
Tali-tali doa muncul dalam jumlah yang lebih besar baik itu bentuk maupun ukurannya. Kebanyakan tali-tali doa memiliki sebuah salib yang dirangkai atau disisipkan ke dalamnya sebagai tanda “akhir” dan juga memiliki beberapa jenis yang ditandai dengan 10, 25, atau 50 simpul atau bulir. Ada banyak bentuk tali doa, beberapa bulir dari wol atau sutra, atau yang lain yang lebih bagus atau material yang lebih sederhana. Lainnya terbuat dari bulir atau bunga-bunga yang dikeringkan dari sebuah tanaman yang disebut “Air mata dari sang Bunda Allah”.
Tali doa adalah salah satu dari benda yang diberikan kepada seorang rahib Kristen Orthodox pada saat dia ditonsur. Tali doa ini diberikan padanya sebagai pedang rohaninya yang akan dipakai, sebagai seorang prajurit Kristus, menjalani pertempuran melawan musuh rohani kita, sang Iblis. Pedang ini dipergunakan seraya menyerukan nama Tuhan dan Allah serta Juruselamat kita Yesus Kristus dalam permohonan belas kasihan pada kita, sang pendosa. Doa ini dapat diucapkan dalam bentuk yang paling singkat, seperti ini : “Tuhan Yesus Kristus kasihanilah aku”, atau dalam bentuk yang panjang, “Melalui doa-doa dari Yang Tersuci sang Theotokos dan segenap para suci, Tuhan Yesus Kristus kasihanilah aku”.
Doa singkat lainnya, doa dari pemungut cukai: “Allah berbelaskasihanlah padaku seorang pendosa” (lihat Lukas 18:13), doa kepada Bunda Allah : “Yang Tersuci Theotokos selamatkanlah kami”, atau doa singkat lainnya kepada Malaikat Penjaga, kepada orang suci pribadi atau kepada segenap para suci dapat juga dipanjatkan dengan bantuan dari tali doa ini. Sebuah bentuk umum dari doa ini adalah : Malaikat Penjaga Suci atau Orang Suci (nama) berdoalah kepada Allah untukku. Dapat juga digantikan dengan doa singkat berikut ini : “kasihanilah kami”, atau “berdoalah bagi kami”, atau dengan memasukkan nama atau nama-nama dari orang-orang yang kita ingin doakan, kita juga bisa menggunakan tali doa untuk doa-doa perantara. Ini juga bisa dipakai kepada mereka yang telah meninggal : “Berilah istirahat ya Tuhan kepada jiwa dari hambaMu”.
Ketika para rahib membawa tali doa dalam genggaman mereka, pengabdian mereka ini diingat sebagai kewajiban mereka untuk berdoa tanpa henti di dalam keteguhan menjalankan perintah dari Rasul Paulus Suci untuk “berdoalah senantiasa”. Setiap orang dapat menyimpan sebuah tali doa dalam sebuah kantong atau beberapa tempat lainnya secara hati-hati di mana tali doa ini dapat dengan mudahnya digunakan tak terlihat ketika berada pada keadaan di mana dimungkinkan untuk berdoa atau mengenang doa dalam kerahasiaan, tanpa memancing perhatian dari orang lain.
.
.