Melanjutkan renungan sebelumnya, bagaimana respons para murid tentang perkataan Yesus yang keras itu? (ayat 23-25). Siapa yang dapat diselamatkan? Tuhan berkata, “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.” (ayat 27).
Mustahil kita dapat melepaskan kepentingan pribadi tanpa pengaruh kasih karunia Allah pada hati kita. Kita tidak mungkin bisa mengatasi segala macam kelemahan dan dosa yang hidup di dalam kita tanpa rahmat Allah. Rahmat Allah diberikan menurut iman kepada Allah dalam sakramen Gereja. Pegang erat-erat Gereja dan semua lembaganya, dan kuasa Allah, yang membantu mewujudkan setiap kebaikan, sehingga akan selalu tinggal bersama kita. Tetapi pada saat yang sama selalu ingat bahwa institusi yang memberi hidup ini adalah sarana dan bukan tujuan.
Tujuan kita adalah bagaimana energi atau rahmat ilahi ini bisa terpancar keluar melalui perbuatan baik kita. Bagaimana menyingkapkan kehidupan Kristus yang tersembunyi bagi dunia sekitar kita. Seperti yang dilakukan oleh para rasul atau murid Yesus pada saat itu. “Kami telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” (ayat 28). Kami memancarkan terangMu sebagai konsekuensi logis ikut Yesus yang adalah terang dunia (Yohanes 8:12). Sebab di dalam terang telah terkandung rahmat atau energi ilahi yang kita terima sehingga kita punya daya untuk menjadi terang bagi dunia (Matius 5:14).
Mengikut Yesus dan memancarkan terang kehidupan tidaklah mudah, ada penganiayaan dan harga yang harus dibayar (ayat 29-30). Mari kita dengan kekuatan energi ilahi kita, langkah demi langkah berjalan ke depan meninggalkan kehidupan lama yang penuh napsu duniawi dan menuju kehidupan baru yang berkenan di hati Allah, baik di saat sekarang maupun akan datang dalam kehidupan kekal bersama Allah. Amin !
Sumber: Embun Surgawi edisi Januari 2020