Js. Seraphim (1759 – 1833) dari Sarov memerintahkan orang yang ingin menjalani kehidupan yang kudus, terpuji, dan berkenan untuk tidak terpengaruh kabar/berita (yang bukan urusan kita) yang memenuhi kepala dengan pikiran dan ingatan yang sia-sia dan tidak berguna, dan tidak memperhatikan urusan orang lain, tidak menghakimi mereka, dan bahkan tidak berpikir atau berbicara tentang mereka.
Sang Jana Suci memerintahkan orang yang ingin hidup berkenan kepada Tuhan untuk menghindari percakapan tentang
orang lain, untuk berperilaku seperti peziarah atau orang asing, untuk
membungkuk dalam diam (hormat) kepada ayah dan saudara kudus yang ditemui dan untuk menjaga diri dari memandang orang-orang dengan penuh perhatian, karena pandangan seperti itu bisa menghasilkan sesuatu dalam jiwa, semacam kesan yang akan menyebabkan gangguan dalam pikiran.
Secara umum, menurut Js Seraphim, seseorang yang menjalani kehidupan perenungan tidak boleh menatap apa pun dengan hasrat, dan tidak mendengarkan apa pun dengan penuh perhatian, tetapi harus melihat seolah-olah tanpa melihat dan mendengar seolah-olah sambil lalu, agar ingatan dan daya atensi selalu bebas, kebal terhadap pengaruh dunia, tepat dan siap menerima impresi ilahi.
Ignatius Brianchaninov – On the Prayer of Jesus