Patristic Nectar for Orthodox Christians: Pengampunan: Jalan Pemulihan dan Persekutuan dengan Allah

Pengampunan adalah karunia yang sangat kuat dan menyembuhkan, baik bagi yang mengampuni maupun yang diampuni. Dalam tradisi Kristen Orthodox, pengampunan bukan hanya sebuah kewajiban moral, melainkan cara untuk mewujudkan kasih Kristus dan penyembuhan di dunia. Mengampuni berarti mencerminkan belas kasih Allah, dan dengan melakukan itu, kita ikut serta dalam kehidupan ilahi, semakin mendekati gambaran dan rupa Kristus.

Salah satu contoh pengampunan yang paling mendalam dalam tradisi Orthodox berasal dari ajaran para Bapa Padang Gurun, yang menekankan kerendahan hati dan kasih sebagai inti dari kehidupan Kristen. Js. Ishak dari Syria, seorang asketis yang dihormati dalam Gereja, menulis, “Sebagaimana segenggam pasir yang dilemparkan ke laut luas, demikianlah dosa semua manusia dibandingkan dengan rahmat Allah.” Gambaran yang mendalam ini menunjukkan betapa tak terukur besarnya pengampunan Allah dibandingkan dengan beratnya dosa kita. Jika Dia, dalam kasih-Nya yang tak terbatas, bisa mengampuni bahkan pelanggaran terbesar, maka kita pun dipanggil untuk memberikan belas kasih yang sama kepada sesama.

Para Bapa Gereja awal sering menekankan kekuatan pengampunan yang mengubah hidup. Js. Yohanes Krisostomos pernah berkata, “Tidak ada yang membuat kita begitu menyerupai Tuhan seperti pengampunan terhadap percederaan.” Kata-kata Krisostomos mengingatkan kita bahwa ketika kita mengampuni, kita berpartisipasi dalam kodrat ilahi. Tindakan pengampunan kita adalah cerminan dari pengampunan Tuhan terhadap umat manusia, yang diwujudkan dengan sempurna dalam pengorbanan Kristus di salib. Ketika Yesus berdoa, “Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34), Dia menunjukkan kepada kita teladan kasih dan belas kasih yang paling sempurna.

Pengampunan bukanlah pilihan; pengampunan adalah esensi dari perjalanan Kristen kita, jalan untuk meniru Kristus dalam segala hal. Js. Basilius Agung juga berbicara tentang pentingnya pengampunan dalam kehidupan seorang Kristen. Ia menekankan bahwa pengampunan bukan sekadar tindakan kehendak, tetapi cara untuk menyembuhkan hubungan, baik dengan orang lain maupun dengan Tuhan. “Jika engkau membenci saudaramu, engkau jauh dari kerajaan Allah,” demikian peringatan Js. Basilius. Dia percaya bahwa menyimpan dendam tidak hanya merusak jiwa kita, tetapi juga menghalangi jalan kita menuju keselamatan. Melalui pengampunan, kita menyembuhkan luka perpecahan dan memulihkan ikatan kasih yang menyatukan kita sebagai Tubuh Kristus.

Pengampunan bisa menjadi sangat sulit, terutama ketika luka yang ditimbulkan begitu dalam. Namun, ajaran Gereja membimbing kita untuk memahami bahwa pengampunan bukan tentang membenarkan kesalahan, melainkan tentang membebaskan diri dari belenggu kebencian dan kepahitan. Js. Efraim dari Syria dengan indah berdoa, “Ya Tuhan Penguasa hidupku, ambillah dariku roh kemalasan, ikut campur urusan orang, ingin kekuasaan dan omong kosong. Namun, karuniakanlah kepadaku roh kesucimurnian, kerendahan hati, kesabaran, dan kasih.” Roh kerendahan hati dan kesabaran yang dibicarakan oleh Js. Efraim sangat penting dalam proses mengampuni orang lain. Ini mengingatkan kita bahwa pengampunan adalah sebuah perjalanan, perjalanan yang membutuhkan anugerah, doa, dan pertolongan Roh Kudus yang terus-menerus.

Di Gereja Orthodox, Minggu sebelum masa puasa Prapaskah dimulai dikenal sebagai “Minggu Pengampunan,” di mana umat saling meminta dan memberikan pengampunan satu sama lain. Praktik ini menjadi pengingat yang kuat tentang peran pengampunan dalam persiapan kita untuk perjuangan rohani selama Prapaskah, dan pada akhirnya, untuk Kerajaan Allah. Pada hari ini, Gereja mengundang kita untuk merasakan kebebasan yang datang dengan pengampunan, memungkinkan kita untuk memulai Prapaskah dengan hati yang murni.

Js. Maximos Pengaku Iman mengajarkan bahwa pengampunan berkaitan dengan keselamatan kita dan partisipasi dalam kehidupan Kristus. Dia menulis, “Dia yang tidak mengampuni orang lain merusak jembatan yang harus dia lalui sendiri.” Pengampunan kita dari Tuhan terikat pada kemauan kita untuk mengampuni orang lain, seperti yang diajarkan Kristus dalam Doa Bapa Kami: “Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami” (Matius 6:12). Mengampuni bukan hanya tindakan kasih kepada sesama, tetapi juga pengakuan akan kebutuhan kita sendiri akan belas kasih Allah.

Pada akhirnya, pengampunan dalam tradisi Orthodox adalah lebih dari sekadar menyelesaikan konflik; ini adalah tentang menjadi lebih serupa dengan Kristus. Ini tentang menyembuhkan luka dosa, memulihkan hubungan, dan semakin mendalam dalam persekutuan dengan Allah dan sesama. Melalui rahmat pengampunan, kita mengalami sekilas Kerajaan Allah, di mana segala sesuatu diperbarui dalam kasih Kristus.

Semoga kita, dengan anugerah Allah, belajar mengampuni sebagaimana Dia telah mengampuni kita, dan dengan demikian membawa penyembuhan dan damai ke dunia yang sangat membutuhkan belas kasih-Nya.

Di dalam kasih Kristus,
Rm. Gregorius E.L

Related Posts