,

Synaxarion Harian Singkat : Js. Sophronios, Patriark Yerusalem

Janasuci Sophronios, Patriark Yerusalem, lahir di Damaskus. Sejak masa mudanya, ia dikenal karena kesalehannya dan kecintaannya terhadap ilmu klasik. Ia sangat maju dalam filsafat, sehingga dijuluki sebagai “Yang Bijaksana.” Namun, calon hierarki ini mencari hikmat yang lebih tinggi di biara-biara dan dalam percakapannya dengan para pertapa di padang gurun. Ia tiba di Yerusalem dan tinggal di Biara Js. Theodosios, di mana ia menjadi dekat dengan Presbiter-Rahib Yohanes Moskhus, menjadi anak rohaninya, dan mengabdikan dirinya dalam ketaatan kepadanya. Bersama-sama mereka mengunjungi berbagai biara, mencatat kehidupan dan ajaran para pertapa yang mereka temui. Dari catatan-catatan ini kemudian disusun buku terkenal mereka, Leimonarion atau Padang Rumput Rohani, yang sangat dihargai dalam Konsili Ekumenis Ketujuh.

Untuk menyelamatkan diri dari serangan menghancurkan yang dilakukan oleh bangsa Persia, Janasuci Yohanes dan Sophronios meninggalkan Palestina dan pergi ke Antiokhia, lalu ke Mesir. Di Mesir, Js. Sophronios jatuh sakit parah. Selama masa sakitnya, ia memutuskan untuk menjadi seorang rahib dan menerima tonsur dari Monk Yohanes Moskhus. Setelah kesehatannya pulih, mereka berdua memutuskan untuk tetap tinggal di Aleksandria. Di sana, mereka diterima dengan penuh kasih oleh Js. Patriark Yohanes sang Penyayang (diperingati pada 12 November), kepada siapa mereka memberikan bantuan besar dalam perjuangan melawan ajaran sesat Monofisitisme.
Di Aleksandria, mata Js. Sophronios mengalami gangguan, sehingga ia berdoa dengan iman kepada Js. Anargyroi (Penyembuh Tanpa Bayaran) Kyros dan Yohanes (diperingati pada 31 Januari), dan menerima kesembuhan di gereja yang didedikasikan bagi mereka. Sebagai ungkapan rasa syukur, Js. Sophronios kemudian menulis Vita (riwayat hidup) para janasuci tersebut.
Ketika orang-orang barbar mulai mengancam Aleksandria, Patriark Yohanes, ditemani oleh Js. Sophronios dan Yohanes Moskhus, berangkat menuju Konstantinopel. Namun, dalam perjalanan, Patriark Yohanes meninggal dunia. Kemudian, Janasuci Yohanes Moskhus dan Sophronios, bersama delapan belas rahib lainnya, melanjutkan perjalanan ke Roma. Di Roma, Rahib Yohanes Moskhus juga wafat (+622). Tubuhnya dibawa oleh Js. Sophronios ke Yerusalem dan dimakamkan di Biara Js.Theodosios.
Pada tahun 628, Patriark Yerusalem Zakarias (609–633) kembali dari pembuangan di Persia. Setelah wafatnya, takhta patriarkal dipegang selama dua tahun oleh Js. Modestos (633–634, diperingati pada 18 Desember). Setelah kematian Js. Modestos, Janasuci Sophronios terpilih sebagai patriark. Sebagai primat Gereja Yerusalem (634–644), ia bekerja keras demi kesejahteraan umatnya.
Menjelang akhir hidupnya, Js. Sophronios dan jemaatnya mengalami pengepungan Yerusalem selama dua tahun oleh kaum Muslim. Karena kelaparan yang mencekam, umat Kristen akhirnya setuju untuk membuka gerbang kota dengan syarat bahwa tempat-tempat suci Kristen tetap dilindungi. Namun, syarat ini tidak dipenuhi, dan Patriark Sophronios wafat dalam kesedihan yang mendalam atas penodaan tempat-tempat suci Kristen.
Beberapa karya tulis Patriark Sophronios yang masih ada meliputi tulisan dalam bidang dogmatika, Ekskursus tentang Liturgi, Hikayat Js. Maria dari Mesir (diperingati pada 1 April), serta sekitar 950 troparion dan syair liturgi dari Paskah hingga Kenaikan Tuhan. Saat masih menjadi Presbiter-Rahib, Js. Sophronios juga meninjau dan merevisi aturan dari Biara Js. Sava yang Dikuduskan (diperingati pada 5 Desember). Selain itu, nyanyian tiga-sajak (Triodion) yang ia susun untuk Masa Prapaskah Agung dimasukkan dalam Triodion yang digunakan hingga saat ini.

Related Posts