Ketika Tuhan Yesus mengajarkan kepada para rasulNya tentang pengampunan tanpa batas kepada sesama saudara, Ia menyatakan: “bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan ia kembali kepada dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuninya.”
Tujuh kali sehari ini menunjukkan sarana sembahyang/ doa yang telah disediakan oleh Kitab Suci untuk meminta pengampunan dari Allah, seperti kebiasaan doa yang dilakukan oleh Nabi Daud. “Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukumMu yang adil.” (Mazmur 119:164). Dengan demikian Tuhan Yesus sedang menegaskan kepada para muridNya bahwa bila Allah saja memberikan pengampunan kepada kita setiap saat kita berdoa menyampaikan permohonan ampun kepada Tuhan, maka kita pun harus mengampuni saudara kita setiap saat dia menyatakan penyesalannya.
Mendengar pengajaran tersebut nampaknya para rasul kaget dan merasa tidak sanggup sehingga secara spontan berseru: “Tambahkanlah iman kami!”
Menjawab permintaan para rasul itu, Tuhan Yesus mengajarkan agar mereka menjalankan saja tugas yang diberikan kepada mereka dengan taat dan rendah hati (ayat 7-10), karena dengan ketaatan itulah mereka melakukan perbuatan iman mereka (bdk Yakobus 2:17-18).
Kita pun dapat menambahkan iman kita, dengan cara menjadi penurut-penurut Allah yaitu menjauhi percabulan, menjaga kekudusan, tidak serakah, tidak mengucapkan perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono dan tidak pantas, selalu mengucapkan syukur (Efesus 5:1-8).
Renungan: Untuk dapat menambahkan iman kita adalah dengan cara menjadi penurut-penurut Allah, menjalankan tugas/ perintah yang diberikan Tuhan dengan taat dan rendah hati.
Sumber: Embun Surgawi edisi Januari 2020