Wejangan Js. Nektarios dari Aegina

Tentang Kebahagiaan

Betapa kelirunya orang-orang yang mencari kebahagiaan di luar dirinya, di negeri asing dan di dalam perjalanan, dalam kekayaan dan kemuliaan, dalam kekayaan yang besar dan kesenangan fana, dalam dunia hiburan dan segala yang fana, yang berakhir dengan kepahitan !

Membangun sebuah menara kebahagiaan di luar diri itu seumpama membangun sebuah rumah di atas tanah yang jelas-jelas selalu diguncang gempa.

Kebahagiaan itu ditemukan di dalam diri kita, dan berbahagialah orang yang mengerti hal ini.

Kebahagiaan ada di dalam hati yang murni, sebab hati yang demikian itu menjadi tahta Allah.

Beginilah yang dikatakan Kristus kepada orang-orang yang murni hatinya : “Aku akan mengunjungi mereka, dan berjalan bersama mereka, dan Aku menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu” (II Kor 6:16).

Apakah yang kurang bagi mereka? Tidak ada, sama sekali tidak ada !

Sebab mereka menerima karunia yang terbesar di dalam hati mereka: Allah sendiri.

(Oleh : Js. Nektarios dari Aegina, Jalan menuju kebahagiaan, 1)

.

.

Saudara-saudari! Allah yang Maha Pemurah menginginkan kebahagiaan bagi kita di dalam hidup ini maupun yang akan datang. Sampai akhirnya Ia menegakkan Gereja Nya yang Kudus, supaya Ia dapat membasuh kita dari dosa-dosa, menyucikan kita dan mendamaikan kita dengan Nya dan memberi pada kita berkat sorgawi. Pelukan Gereja selalu terbuka untuk kita. Marilah kita bergegas segera, kita yang nuraninya terbebani. Mari kita bergegas dan Gereja akan mengangkat beban-beban kita, memberikan kepada kita keberanian untuk menghadap Allah dan memenuhi hati kita dengan kebahagiaan dan keterberkatan.

(Js. Nektarius dari Aegina, Jalan Kebahagiaan, 1)

.

.

Hubungan dengan Orang Lain

Seorang Kristen harus sopan terhadap sesama. Kata-kata dan perbuatannya harus terpancar dengan rahmat Roh Kudus yang ada dalam jiwanya sehingga dengan demikian ia bisa memuliakan nama Tuhan. Dia yang mengendalikan semua tutur katanya juga mampu mengendalikan semua perbuatannya. Dia yang terus mengawasi kata-kata yang dia katakan juga terus mengawasi perbuatan ia lakukan, dan ia tidak pernah keluar dari batas-batas perilaku yang baik dan yang murah hati. Perkataan nan anggun dari seorang Kristen ditandai dengan kecermatan dan kesopanan. Hal ini, yang lahir dari cinta kasih, menghasilkan damai dan sukacita. Di sisi lain, kekasaran melahirkan kebencian, permusuhan, penderitaan, ketidaktertiban dan perang.

(Js. Nektarius dari Aegina, Jalan Menuju Kebahagiaan, 7).

.

.

Peperangan Rohani

Kita memiliki di dalam diri kita kelemahan, nafsu, dan kecacatan jiwa yang berakar dalam. Ini tidak dapat serta merta dipotong dengan satu gerakan tajam melainkan dengan kesabaran, ketekunan, perawatan dan perhatian. Jalan menuju kesempurnaan sungguhlah panjang. Berdoalah kepada Allah sehingga Ia memperkuat kamu. Sabarlah menerima kejatuhan-kejatuhanmu, dan setelah berdiri, segeralah berlari kepada Tuhan, tidak hanya berdiam di tempat di mana kamu telah jatuh. Jangan putus asa jika kamu terus jatuh ke dalam dosamu. Banyak dari mereka menjadi kuat karena mereka telah menerima kekuatan dari kebiasaan. Hanya dengan berlalunya waktu dan dengan semangatlah mereka (kelemahan-kelemahan itu) akan dapat ditaklukkan. Jangan biarkan apapun merenggutmu dari harapan.

(Js. Nektarius dari Aegina, Jalan Menuju Kebahagiaan, 3)

.

.

Godaan datang agar nafsu yang tersembunyi dapat dinyatakan dan agar kita dimungkinkan untuk melawan mereka sehingga jiwamu dapat melepaskan diri dari mereka. Mereka itu adalah tanda belas kasihan Allah. Jadi berikanlah dirimu dengan penuh kepercayaan ke dalam tangan Tuhan dan mintalah pertolongan Nya sehingga ia akan memperkuat engkau dalam perjuanganmu. Tuhan tahu berapa banyak masing-masing kita dapat menanggung dan memungkinkan godaan menurut ukuran kekuatan kita. Ingatlah bahwa setelah godaan datang sukacita rohani dan bahwa Tuhan melindungi mereka yang menanggung godaan dan penderitaan demi kasih (kepada Allah).

(Js. Nektarius dari Aegina, Jalan Menuju Kebahagiaan, 4)

.

.

Umat Kristen, sudahkah kita memahami tanggung jawab besar yang kita miliki di hadapan Allah melalui baptisan? Sudahkah kita sadar bahwa kita harus memperlakukan diri kita sebagai anak-anak Allah bahwa kita harus menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Allah, bahwa kita harus tetap bebas dari dosa, bahwa kita harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati kita dan selalu sabar menunggu penyatuan dengan Dia? Sudahkah kita berpikir tentang fakta bahwa hati kita harus melimpah kepada sesama kita? Apakah kita memiliki perasaan bahwa kita harus menjadi kudus dan sempurna, anak-anak Allah dan ahli waris kerajaan Sorga? Kita harus berjuang untuk hal ini sehingga kita kelak tidak akan tampil tidak layak dan ditolak. Janganlah satupun dari kita kehilangan keberanian atau mengabaikan tugas atau takut menghadapi kesulitan perjuangan rohani. Karena kita memiliki Allah sebagai Penolong yang menguatkan kita di jalan kebajikan kendatipun sulit.

(Js. Nektarius dari Aegina, Jalan Menuju Kebahagiaan, 2)

.

.

Related Posts