Berkat Harian Bapa Rohani, 25 Januari 2021

Shalom Alaikhem be Shem Ha Massiakh

Para Romo, Saudara-saudara dan Saudari-saudariku serta Anak-anak Rohaniku semuanya, kemarin kita telah membahas korelasi antara Kasih Karunia, yaitu Energi Ilahi yang bekerja di dalam kita oleh Roh Kudus, yang diterima oleh iman dengan perbuatan baik (Efesus 2:8,10), yaitu manifestasi kasih ( Roma 13:8-10, I Korintus 13: 4-7) sebagai buah Roh (Galatia 5:22-23) yang menuntun kepada kekudusan ( I Petrus 1:15-16, I Yohanes 3:3, Ibrani 12:14, II Korintus 7:1, Matius 5:8). Sebagaimana juga yang dikatakan lagi dalam Kitab Suci ( Yakobus 2:24,26) serta yang diungkapkan sebagai “iman yang bekerja oleh kasih” (Galatia 5:6). Kita telah bahas sebelumnya bahwa Terang dari Kasih Karunia itu perlu menyebar keseluruh keberadaan diri kita dengan segenap daya dan kekuatannya, dan bagaimana caranya agar hal itu terjadi. Oleh Kejatuhan manusia daya dan kekuatan jiwa dan tubuh itu sudah terpapar oleh apa yang tidak alamiah, bukan yang alamiah sesuai penciptaannya sebagai mana keberadaannya sebelum kejatuhan, roh Kasih Karunia yang murni, yang masuk kedalam hati, tak dapat masuk secara langsung dan secara tanpa perantara kedalamnya dan kedalam daya dan kekuatan jiwa dan tubuh itu, karena dihalangi dan dicegat oleh ketidak-murnian keberadaannya itu. Oleh karena itu kita harus membangun suatu saluran antara roh Kasih Karunia yang tinggal di dalam kita dengan daya dan kekuatan kita sendiri, agar energi dari Kasih Karunia itu boleh mengalir kedalam mereka dan menyembuhkan mereka, sama seperti obat oles dan kain bebat menyembuhkan bagian yang luka dimana obat itu dioleskan dan kain bebat itu dikenakan. Agar supaya sarana-sarana yang menjadi saluran ini bekerja secara efektif itu harus memiliki sifat dan mutu yang berasal dari Allah dan berasal dari yang sorgawi namun pada saat yang bersamaan itu harus diadaptasi secara sempurna kepada daya dan kekuatan kita sendiri baik dalam pengaturannya maupun tujuannya. Sebab jika tidak demikian, itu tak akan dapat bertindak sebagai saluran energi Kasih Karunia secara efektif, tidak juga daya dan kekuatan alamiah kita akan dimampukan untuk menimba kesembuhan bagi roh kita daripadanya. Jadi harus sedemikian itu asal-usul dan mutu batiniah sarana-sarana kesembuhan tubuh, jiwa dan roh kita itu. Mengenai bentuk lahiriahnya, itu tidak dapat yang lain daripada kegiatan-kegiatan, latihan2, daya upaya dan usaha yang keras; karena itu dikenakan kepada daya-kekuatan dan sifat-sifat keberadaan manusia yang kwalitas khas-nya adalah ” tindakan”/”perbuatan”. Inilah kegiatan-kegiatan dan latihan-latihan yang menjadi sarana penyembuhan bagi daya dan kekuatan tubuh dan jiwa kita itu dan membawa itu kembali kepada kemurnian dan keutuhannya yang hilang: puasa, bekerja keras, berjaga malam dalam doa, menyendiri dalam doa dan mengingat-ingat Allah, mengambil waktu untuk mengundurkan diri dari hiruk-pikuknya dunia, mengendalikan alat2 inderawi tubuh, membaca Kitab Suci dan tulisan2 para Bapa Gereja, kehadiran yang aktif dalam Perayaan- Perayaan Peringatan, Ibadah-ibadah dan Sakramen-Sakramen Gereja, sesering mungkin melakukan Sakramen Pengakuan Dosa dan mengambil Komuni Suci dari Tubuh dan Darah Kristus. Itulah perjalanan kehidupan rohani yang perlu kita lalu bagi membuka diri kita bagi karya Kasih-karunia-Nya di dalam kita.
Kiranya Allah Bapa kita, di dalam Nama FirmanNya yang telah menjadi Manusia Tuhan kita Yesus Kristus, oleh kuasa RohNya yang Kudus, menolong kita dalam kita melakukan perjalanan rohani kita ini. Amin

+ Romo/Abuna Daniel Byantoro

Related Posts