Diperingati Gereja Orthodox pada 30 Januari (Kalender Sipil) / 17 Januari (Kalender Gereja Purba)
Antonius Agung dikenal sebagai Bapa monastisisme (kerahiban). Kotbah panjang mengenai kehidupan mati raga (asketik) Js. Antonius ditulis oleh Athanasius dari Alexandria (bagian 16-34), bisa disebut sebagai aturan monastik pertama. Antonius lahir di Mesir di Desa Koma, dekat padang gurun Thebaid, pada tahun 251. Orangtuanya seorang Kristen yang saleh dari garis keturunan yang termasyur. Sejak kecil dia sangat serius, hormat dan patuh pada orang tuanya. Dia senang mengunjungi ibadah-ibadah di gereja dan dia mendengarkan Kitab Suci dengan penuh perhatian, sehingga dia ingat apa yang dia dengar sepanjang hidupnya. Perintah-perintah Tuhan membimbingnya sejak masa mudanya. Ketika Antonius berumur sekitar dua puluh tahun, ia kehilangan orang tuanya, dan ia bertanggung jawab untuk merawat adik perempuannya.
Suatu ketika dia pergi ke gereja dan merenungkan kisah para Rasul (4:35), yang berisi pesan para rasul untuk menjual barang-barang dan memberikan hasil penjualannya kepada para Rasul untuk digunakan membantu orang miskin. Kemudian ketika ia memasuki gereja dan mendengar bagian Injil di mana Kristus berbicara dengan pemuda kaya:
“Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (Matius 19: 21), Antonius merasa bahwa kata-kata ini ditujukan kepada-nya. Oleh karena itu, ia menjual semua harta yang diwariskan setelah kematian orang tuanya, kemudian membagikan uangnya untuk orang miskin, dan meninggalkan adiknya dalam perawatan para Rahibah Saleh di biara.
Antonius meninggalkan rumah orang tuanya dan memulai hidup mati raga /asketik di sebuah Pondok tidak jauh dari desanya. Ia bekerja keras sehingga mampu untuk mendapatkan mata pencaharian dan juga sedekah bagi orang miskin. Sesekali, ia juga mengunjungi pertapa lain yang tinggal di sekitar tempat itu, dan satu sama lain berusaha memberikan tuntunan dan petunjuk. Dia belajar kepada para Pertapa itu untuk mendapatkan bimbingan dalam kehidupan spiritual.
Pada masa inilah Js. Antonius bertahan dari godaan mengerikan si Iblis. Musuh dari umat manusia ini mengganggunya dengan berbagai pikiran jahat dan keragu-raguan tentang pilihan jalan hidupnya, kekhawatiran akan nasib adiknya, dan menggoda Antonius dengan pikiran cabul dan kenikmatan duniawi. Tapi Orang Suci ini memadamkan api hawa nafsu itu dengan imannya serta memikirkan tentang hukuman kekal. Menyadari bahwa Iblis akan terus menyerangnya dengan cara lain, Antonius tanpa henti berdoa dan berupaya secara terus menerus meningkatkan kehidupan asketiknya. Ia berdoa pada Tuhan agar menunjukkan padanya jalan keselamatan. Tuhan mengaruniakannya suatu penglihatan, dia melihat seorang laki-laki, yang secara terus menerus berdoa kemudian mulai bekerja dan berulang lagi begitu seterusnya. Dia adalah malaikat, yang Tuhan telah kirim kepadanya untuk memberi bimbingan kepada orang yang dipilihNya.
Antonius mencoba untuk membiasakan diri dengan cara hidup puasa yang ketat, ia hanya makan setelah matahari terbenam, ia menghabiskan sepanjang malam dengan berdoa sampai singsing fajar. Dia hanya tidur setiap malam ketiga atau keempat. Tapi Iblis tidak berhenti memberikan pencobaan kepadanya dan mencoba untuk menakut-nakuti Pertapa itu, ia muncul dalam wujud yang mengerikan. Namun Orang Suci ini tak gentar dan melindungi dirinya dengan Salib yang memberi hidup serta mengusirnya dengan doa.
Demi memperoleh ketenangan yang lebih, Js. Antonius pergi pindah jauh dari desanya, ke sebuah pekuburan. Pada hari-hari tertentu, teman-temannya membawakannya sedikit makanan. Di sini Iblis ingin membinasakannya, menimpakan pukulan-pukulan yang mengerikan. Tetapi Tuhan tidak mengizinkan kematiannya. Ketika temannya datang, tampak dia terbaring di tanah seperti orang mati, ia membawanya kembali ke Desa. Mereka pikir Orang Suci ini telah mati dan mereka mempersiapkan pemakamannya. Tetapi malam itu, Js. Antonius mendapatkan kembali kesadarannya dan mengatakan kepada temannya untuk membawanya kembali ke pekuburan.
Iblis lalu mengambil wujud hewan-hewan buas dan memaksa Orang Suci itu meninggalkan tempatnya, tapi ia mengalahkan mereka dengan kuasa salib. Dalam sengitnya peperangan melawan kuasa gelap, dilihatnya seberkas cahaya memancar dari langit menerangi dirinya. Iblis-iblis itu menghilang, lalu ia berseru, “Di mana Engkau ya Yesus Yang Maha Pengasih? Mengapa Engkau tidak muncul dari awal sampai akhirnya aku menderita luka-luka?”
Tuhan menjawab, “Aku di sini, Antonius, Aku menunggu, sebab aku ingin melihatmu keberanianmu. Dan sekarang, sesudah ini, karena engkau telah berjuang dengan gigih, aku akan selalu menolongmu dan membuat namamu dikenal di seluruh dunia.” Setelah penglihatan ini Js. Antonius sembuh dari luka-lukanya dan semangatnya diperbarui. Saat itu ia berumur tiga puluh lima tahun dan ia tinggal ditempat itu selama 20 tahun.
Setelah memperoleh pengalaman spiritual dalam perjuangannya melawan Iblis, Js.Antonius memutuskan turun ke gurun Thebaid untuk melayani Tuhan. Ia mengajak seorang presbiter (yang kepadanya dia berbalik untuk memperoleh bimbingan pada awal perjalanan monastiknya) untuk pergi ke Padang pasir bersama dia. Presbiter tersebut memberikan berkatnya dan karena belum pernah melakukan hidup pertapaan memutuskan untuk tidak menemaninya karena usia tuanya.
Js. Antonius masuk ke padang gurun. Iblis mencoba menghalangi dia, dengan menempatkan piring perak besar di jalan-nya, lalu emas, tapi Orang Suci ini mengabaikan dan melewatinya. Dia menemukan benteng yang ditinggalkan tak terawat di seberang sungai dan menetap di sana, dia membuat halangan batu di pintu masuk. Teman teman seimannya membawakannya makanan sesekali dan air ke dalam Benteng.
Teman teman Orang Suci ini menyingkirkan batu-batu dari pintu masuk bentengnya, dan mereka menemui Js.Antonius dan memohon dia agar membawa mereka di bawah bimbingan Orang Suci itu. Segera Js. Antonius dikelilingi oleh sel beberapa biara-biara, dan Orang Suci ini bertindak sebagai bapa dan memberikan panduan untuk anak rohaninya, memberikan bimbingan rohani untuk semua orang yang datang ke Padang gurun mencari keselamatan. Dia mengobarkan semangat dari mereka yang sudah menjadi biarawan, dan mengilhami orang lain untuk mencintai hidup mati raga. Dia mengatakan kepada mereka agar berusaha menyenangkan Tuhan, dan tidak menjadi lemah hati dalam bekerja. Dia juga mendorong mereka untuk tidak takut kepada serangan Setan, tetapi mengusir musuh dengan kekuatan Salib yang memberi hidup dari Tuhan.
Pada tahun 311 ada penganiayaan besar terhadap orang-orang Kristen, di bawah pemerintahan Kaisar Maximian. Karena ingin menderita bersama para syuhada Kudus, Js. Antonius meninggalkan padang gurun dan pergi ke Alexandria. ia secara terbuka melayani orang-orang di penjara, ia hadir pada pengadilan dan interogasi dari para pengaku iman dan mendampingi para martir ke tempat eksekusi. Hal itu memperkenan Tuhan sehingga Tuhan menjaga dan memeliharanya bagi kepentingan orang Kristen.
Setelah selesai masa penganiayaan, Orang Suci ini kembali ke Padang gurun dan melanjutkan pencariannya. Tuhan memberikan Orang Suci ini karunia mukjizat mengusir Setan dan menyembuhkan orang sakit oleh kekuatan doanya. Kerumunan besar orang datang kepadanya dan itu mengganggu kesendiriannya, maka dia pergi lebih jauh lagi masuk ke dalam gurun di mana ia menetap di atas ketinggian. Tapi saudara-saudara dari biara-biara mencari dia keluar dan memintanya untuk mengunjungi komunitas mereka.
Suatu kali Js. Antonius meninggalkan gurun dan tiba di Alexandria untuk mempertahankan Iman Orthodox terhadap Bidat Manichaean dan Arian. Mengetahui bahwa nama Js. Antonius begitu dihormati oleh semua gereja, kaum Arian mengatakan agar ia mengikuti ajaran sesat mereka, tapi Js. Antonius di depan umum mengecam arianisme di depan semua orang dan di hadapan Uskup. Selama tinggal secara singkat di Alexandria, ia menobatkan banyak orang penyembah berhala kepada Kristus.
Orang-orang dari semua lapisan masyarakat mencintai Js. Antonius dan mencari nasihatnya. Seorang filsuf Pagan setelah datang ke Abba Antonius berniat mengejek dia akan kurangnya pendidikan sang Orang Suci, tetapi dengan kata-katanya dia membuat mereka terbungkam. Kaisar Konstantinus Agung dan anak-anaknya menulis surat ke Js. Antonius dan memintanya untuk membalas. Dia memuji Kaisar untuk keyakinannya dalam Kristus, dan menyarankan agar dia mengingat penghakiman di masa depan dan untuk mengetahui bahwa Kristus adalah Raja yang benar.
Abba Suci Antonius menghabiskan waktu delapan puluh lima tahun sendirian di padang gurun. Sesaat sebelum kematiannya, dia mengatakan kepada saudara-saudara bahwa segera ia akan diambil dari mereka. Dia memerintahkan mereka untuk mempertahankan Iman Orthodox dengan kemurnian, untuk menghindari hubungan dengan para bidat, dan untuk tidak lalai dalam perjuangan di biara. “Pertama berusaha untuk Bersatu dengan Tuhan, dan kemudian dengan orang-orang Kudus, sehingga setelah kematian mungkin mereka menerimamu sebagai teman akrab di tempat tinggal kekal.”
Js. Antonius memerintahkan dua murid-nya, yang telah menemaninya lima belas tahun terakhir dari hidupnya, agar mengubur dia di padang gurun dan bukan di Alexandria. Ia meninggalkan sebuah jubah kepada salah seorang rahib, ke Js. Athanasius dari Alexandria (diperingati 31/18 Januari), dan yang lainnya untuk Js.Serapion dari Thmuis (diperingati 3 April/21 Maret). Js.Antonius wafat dalam damai pada tahun 356, pada usia 105, dan ia dimakamkan di gurun oleh para murid-nya.
Kehidupan pertapa Js. Antonius Agung yang terkenal ditulis oleh Js. Athanasius dari Alexandria. Ini adalah biografi orang suci pertama yang tidak mengalami kemartiran, dan dianggap sebagai salah satu tulisan yang terbaik dari Js. Athanasius. Js. Yohanes Krisostomos merekomendasikan agar tulisan kehidupan Orang Suci ini dibaca oleh setiap orang Kristen.
“Hal-hal penting yang dihubungkan dengan kebijakan Js. Antonius,” tulis Js. Athanasius, “tapi pertimbangkanlah untuk mencontoh seperti Abdi Allah Antonius. Dari mudanya hingga usia tua, Js. Antonius terus bersemangat dalam kehidupan mati raga, ia tidak menyerah kepada keinginannya untuk makanan mahal karena usianya, begitu pula dia mengubah pakaiannya karena adanya kelemahan dari tubuhnya. dia bahkan tidak mencuci kaki-nya dengan air. Dan dia tetap sangat sehat, dan dia bisa melihat dengan baik karena mata dan suaranya tidak redup. Tidak salah satu giginya tanggal, tapi dekat gusi telah menjadi usang karena usia lanjutnya. Dia tetap kuat dengan tangan dan kakinya…. dia dibicarakan di mana-mana, dan dikagumi oleh semua orang, dan diminta bahkan oleh mereka yang tidak pernah melihatnya, yang merupakan bukti kebajikan dan jiwanya yang berkenan kepada Allah.”
Berikut karya-karya Js. Antonius telah sampai ke kita, dirawat dan dijaga oleh Gereja Orthodox segala masa :
- dua puluh khotbah tentang kebajikan, terutama kehidupan monastik.
- Tujuh surat kepada berbagai biara-biara di Mesir tentang kesempurnaan moral, dan kehidupan monastik sebagai Perjuangan Rohani.
- Aturan untuk monastik.
Pada tahun 544 Relik Peninggalan Js. Antonius Agung dipindahkan ke Alexandria, dan setelah penaklukan Mesir oleh Islam,(saracens) di abad ketujuh, relik dipindahkan ke Konstantinopel. Relik Kudusnya dipindahkan dari Konstantinopel di abad kesepuluh-kesebelas ke Keuskupan di luar Wina. Di abad kelima belas mereka dibawa ke Arles (di Perancis), untuk Gereja Js. Julianus.
Kidung Troparion – Irama 4
Dengan meniru cara Elias yang fanatik, / dan mengikuti jalan lurus Sang Pembaptis, / ya bapa Antonius, engkau menjadikan gurun sebagai kota, / dan menjunjung tinggi dunia dengan doa-doamu. / Oleh karena itu, mohonkanlah kepada Kristus Tuhan, agar jiwa kami diselamatkan.
Kontakion Irama II
‘Setelah membuang segala kegaduhan hidup, engkau telah menjalani suatu Hidup Kesunyian hingga akhirnya, dan meneladani sang Pembaptis dalam segala hal, ya Sang Amat-Terhormat. Karenanya, kami menghormatimu bersama dengannya, ya Antonius, Yang Pertama diantara Bapa-Bapa
Referensi :
- Orthodox Calendar, Holy Trinity Orthodox Church of Baltimore
- Live saints, OCA