Berkat 17 November 2020

Shalom Alaikhem be Shem Ha Massiakh,

Para Romo, Saudara2 dan Saudari2ku, serta Anak-anak Rohaniku semua, Kitab Suci mengatakan bahwa kita umat yang percaya kepada Kristus itu adalah : “mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus,” (I Korintus 1:2). Kapan kita dikuduskan ? Pada waktu kita bertobat dari dosa-dosa serta kita,beriman kepada Kristus dan dibaptiskan, dimana kita di sunat dengan ” sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan didalam Dia kamu turut dibangkitkan…” (Kolose 2:11a-12a). Dan pada saat itulah,ketika kita keluar dari diselamkan dalam kolam baptisan, dan Romo memerciki kepala kita dengan air, sambil mengucapkan ayat ini :”kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.” ( I Korintus 6: 11), kita mulai “dikuduskan” secara posisi dihadapan Allah. Karena dengan disatukan dengan Kristus dalam baptisan , kita berada :” di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa,” (Efesus 1:7). Dikuduskan artinya dissihkan bagi Allah dan dibersihkan dari kenajisan dosa-dosa dan hawa-nafsu yang telah kita lakukan sebelum percaya kepada Kristus. Karena hawa-nafsu hawa-nafsu kita itulah yang membuat kita jadi najis, sebagaimana yang dikatakan:”Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya,,sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan,
perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.” (Markus 7:20-23). Tetapi meskipun melalui iman dalam baptisan secara posisi kita telah “dikuduskan” kita masih perlu untuk merealisasikan kekudusan itu dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita dapat secara nyata mencapai kekudusan itu, karena untuk itulah kita dipanggil, yaitu “dipanggil menjadi orang-orang kudus” (I Korisntus 1:2b). Karena itu Kitab Suci memerintahkan kita :”tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” ( I Petrus 1:15-16)., juga “Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.” ( I Yohanes 3:3), dan “marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.” ( II Korintus 7:1). Namun demikian meskipun kita harus melawan segala macam hawa nafsu dan dosa-dosa yang membuat kita najis dengan mematikan dan menyalibkannya (Kolose 3:5, Galatia 5:24), pada akhirnya kekudusan itu hanya dapat tercapai melalui kuasa dan energi Roh Kudus yang bekerja didalam kita sebagaimana dikatakan :”dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus” ( I Petrus 1:2). Itulah sebabnya supaya kita menang atas keinginan daging, hawa-hawa nafsu, dan dosa-dosa yang membuat kita menjadi najis itu, kita harus hidup dalam ketergantungan kepada kasih-karunia dan kuasa Allah untuk bekerja s didalam kita. Disinilah kehidupan doa dan sembahyang yang serius, partisipasi dalam Sakramen-Sakramen,serta Perayaan-Perayaan yang penuh kerajinan, pembelajaran dan pembacaan Kitab Suci yang penuh harap dan iman, penerapan firman-firman Allah dalam kehidupan sehari-hari yang penuh ketaatan, menghidupi kehidupan kesalehan yang penuh kasih, dan kedermawanan dalam mempersembahkan sebagian dari harta milik, uang dan harta kita untuk keperluan pelayanan Gereja, kebutuhan Romo-Romo kita, membantu para orang miskin, para janda yang tidak punya dan orang-orang miskin serta anak-anak yatim piatu yang butuh pertolongan dengan tulus-ikhlas dan penuh suka-cita dan tanpa terpaksa. Karena Alkitab menegaskan bahwa tujuan akhir kita mencapai kekudusan itu adalah demikian” kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.” (Ibrani 12:14). Marilah kita berlomba-lomba dalam hidup ini mengejar kekudusan itu, bagi tujuan untuk bertmu dan melihat Tuhan, yang olehnya kita diselamatkan. Amin.

Archimandrite Rm Daniel Byantoro

Related Posts