Orthodox Sejati Indonesia Sejati

Berkat 19 NOvember 2020

Shalom Alaikhem be Shem Ha Massiakh

Para Romo, Saudara2 dan Saudari2ku serta Anak-anak Rohaniku semuanya,
Doa adalah pekerjaan utama dari kehidupan moral dan keagamaan. Akar dari kehidupan ini adalah hubungan yang bebas dan sadar dengan Allah, yang kemudian mengarahkan segala sesuatu. praktek doa atau sembahyang itulah yang mengekspresikan sikap bebas dan sadar ini kepada Allah, sama seperti kontak sosial sehari-hari mengekspresikan sikap moral kita terhadap sesama kita, dan usaha-usaha pergumulan mati-raga (Kolose 3:5, I Korintus 9:27) dan latihan-latihan rohani kita (I Tim. 4:8) mengekspresikan sikap moral kita kepada diri kita sendiri. Doa/sembahyang kita merefleksikan sikap moral kita kepada Allah, dan sikap kita kepada Allah direfleksikan didalam doa/sembahyang. Dan karena sikap ini tidak sama dalam diri orang yang berbeda-beda, maka macam doanya juga berbeda-beda. Orang yang sangat sembrono atas keselamatan memiliki sikap yang berbeda kepada Allah dari orang yang telah meninggal kan dosa dan sangat bersemangat untuk mencapai kebajikan, tetapi belum masuk kedalam dirinya sendiri, dan bekerja bagi Tuhan hanya secara lahiriah saja. Akhirnya, orang yang orang yang telah masuk ke dalam batin nya dan menyandang Tuhan di dalam dirinya itu, berdiri di hadiratNya, memiliki sikap yang lain lagi. Orang yang pertama itu mengabaikan doa/sembahyang sebagaimana dia abai serta acuh tak acuh dalam kehidupan, dan orang itu berdoa/sembahyang di gereja atau dirumah hanya menurut kebiasaan yang berlaku, tanpa perhatian atau perasaan. Orang yang kedua membaca atau mengucapkan banyak doa dan sering pergi ke gereja, pada saat yang bersamaan mencoba untuk memusatkan perhatiannya supaya tidak mengembara kemana-mana dan untuk mengalami perasaan sesuai dengan bunyi doa yang dibacanya, meskipun dia sangat jarang berhasil. Orang yang ketiga secara sepenuhnya terpusat kan dalam batinnya , berdiri dengan pikiran nya di hadirat Allah, dan berdoa kepadaNya di dalam hatinya tanpa teralihkan pemusatan perhatian, tanpa ucapan kata2 doa yang panjang-panjang, bahkan ketika berdiri dalam waktu yang lama dalam doa itu di rumahnya atau di gereja.Ambillah ucapan-ucapan doanya dari orang yang kedua, maka kita akan semua doa itu dari dirinya, paksakan ucapan-ucapan doa pada orang yang ketiga maka kita akan memadamkan semua doa dari dirinya dengan angin dari banyaknya kata-kata. Karena setiap jenjang manusia, dan setiap derajat pendekatan kepada Allah, memiliki doanya sendiri dan memiliki aturannya sendiri. Jadi alangkah penting nya kalau begitu dalam hal ini untuk memiliki guru yang berpengalaman untuk memberikan pengajaran yang didasari pengalaman tadi, dan akan dapat sangat berbahaya untuk menjadi pembimbing dan pengajar atas diri sendiri saja. Kiranya Sang Tritunggal Mahakudus membimbing kita untuk memiliki kehidupan dia yang benar. Amin

Archimandrite Rm Daniel Byantoro

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts