Shalom Alaikhem be Shem Ha Massiakh
Para Romo, Saudara-saudara dan Saudari-saudariku serta Anak-anak Rohaniku semuanya, Kitab Suci mengatakan:” Pergi ke rumah duka lebih baik daripada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap orang: hendaknya orang yang hidup memperhatikannya…Orang berhikmat senang berada di rumah duka, tetapi orang bodoh senang berada di rumah sukaria” ( Pengkhotbah 7:2,4). Itulah sebabnya dikatakan lagi oleh Kitab Suci:”Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” ( Mazmur 90:12), karena”…debu akan kembali menjadi tanah seperti semula dan roh akan kembali kepada Allah yang mengaruniakannya” ( Pengkhotbah 12:7), serta “….Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat” ( Pengkhotbah 12:14). Dari yang dikatakan oleh ayat-ayat Kitab Suci ini kita melihat alangkah pentingnya mengingat hari kematian kita masing-masing itu, sehingga kita dapat hidup dengan hikmat dan dalam takut akan Allah. Pada saat itu kedua tangan kita, yang suka menerima hadiah dan pemberian dan ada dari sebagian dari kita yang menggunakannya untuk mengambil apa yang bukan hak kita ini, akan terlipat diatas dada dan tak akan dapat mengambil atau menerima lagi. Dan kedua kaki kita, yang suka berjalan untuk melakukan kejahatan, dan yang tidak suka berdiri atau ditekuk dalam sujud untuk berdoa ini, akan terbujur kaku selamanya, serta tak akan dapat berjalan pergi kemana-mana lagi;dan kedua mata kita yang suka melihat dengan iri dan cemburu atas kemakmuran orang lain, akan tertutup rapat, sinarnya akan redup selama-lamanya, dan tidak ada sesuatu apapun yang memberikan daya tarik lagi padanya, dan pendengaran kita yang sering begitu suka untuk terbuka mendengarkan dengan senangnya gosip-gosip, perkataan-perkataan jahat, dan fitnah terhadap orang lain, akan pekak dan tuli, dan bahkan tak ada dentuman halilintar yang dapat didengarnya. Itu hanya akan mendengar suara sangkakala/terompet di akhir zaman yang akan membangkitkan orang mati ( Matius 24:31, I Korintus 15:52, I Tesalonika 4:16), ketika tubuh kita dibangkitkan dari kuburan tak dapat mati lagi, “dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” ( Yohanes 5:29). Kalau begitu apakah yang akan tetap hidup di dalam kita, bahkan sesudah kematian kita itu, dan apakah yang harus menjadi sasaran keperdulian dan perhatian utama kita selama masa hidup kita yang sekarang ini? Itulah apa yang sekarang kita sebut sebagai “hati”, yaitu, manusia batiniah kita, itulah jiwa kita, itulah yang harus menjadi sasaran keperdulian dan perhatian utama kita. Bersihkanlah dan murnikanlah hati kita selama masa hidup kita ini, sehingga jiwa kita itu akan dapat melihat Allah nanti ( Matius 5:8, Ibrani 12:14), hanya peliharalah tubuh kita dan tuntutan-tuntutan kebutuhannya sejauh apa yang perlu untuk menjaga kesehatan, mempertahankan daya kekuatannya, dan kesopanan serta kesusilaannya. Semuanya itu akan mati, dan tanah akan menimbunnya seperti sampah. Oleh karena itu marilah kita sempurnakan didalam diri kita, apa yang bisa mencinta dan membenci, apa yang bisa tenang dan bisa galau, apa yang bisa senang dan sedih, apa yang bisa bersukacita dan apa yang bisa berduka cita, – yaitu hati kita, manusia batiniah kita, yang berfikir dan berangan-angan melalui akal budi kita.
Kiranya Allah Bapa kita di dalam Nama FirmanNya yang telah menjadi Manusia Tuhan kita Yesus Kristus, oleh kuasa RohNya yang Kudus menolong kita untuk selalu mengingat saat kematian kita, sehingga kita memiliki hati yang berhikmat serta menjadikan hati sebagai sasaran keperdulian dan perhatian utama kita. Amin.
+ Romo/Abuna Daniel Byantoro