Shalom Alaikhem be Shem Ha Massiakh
Para Romo, Saudara-saudara dan Saudari-saudariku serta Anak-anak Rohaniku semuanya, janganlah kita merasa terlalu bersedih ketika kita terpeleset kedalam dosa, karena tak seorangpun yang tidak berdosa (I Raja2 8: 46), hanya Kristus saja yang tak memiliki dosa (I Yohanes 3:5), tetapi bersedihlah ketika kita mengeraskan hati kita di dalam dosa yang kedalamnya kita telah terpeleset tadi. Karena itu bahkan orang yang kita anggap sempurna pun dapat terpeleset. Tetapi berkeras hati tak mau bertobat dalam keterpelesetan yang sama adalah sama sekali suatu kematian. Dukacita yang kita alami atas keterpelesetan kita itu akan diperhitungkan, melalui Kasih-KaruniaNya, sebagai suatu perbuatan yang murni. Tetapi orang yang terpeleset pada dosa yang sama, dan mengulangi dosa-dosa yang telah dilakukan, bersandar pada keyakinan Tuhan itu berbelas kasihan, dan Keselamatan itu semata-mata oleh Kasih-karunia saja, adalah bersikap tidak jujur kepada Allah. Kematian rohani itu akan menyambarnya tanpa ada peringatan, meninggalkan dia tanpa kesempatan lagi untuk menggenapi ketaatannya kepada perintah-perintah Allah bagi melakukan kebajikan (Matius 19:17b, Efesus 2:10) sebagaimana dia diharapkan untuk melakukan. Kita harus terus-menerus menyadari bahwa pada masing-masing saat dari 24 jam sehari semalam yang ada dan yang kita miliki ini kita perlu untuk bertobat. Makna dari kata bertobat, sebagaimana yang dapat kita pelajari dari makna yang sebenarnya, adalah sebagai berikut, yaitu permohonan kepada Allah tanpa merasa lelah dan merasa lemah, permintaan yang ditujukan kepadaNya di dalam doa yang penuh penyesalan, memohon-mohon padaNya untuk tidak mengingat-ingat perbuatan kita di masa lalu; dan memohonkan kepadaNya untuk menjagai kita agar jangan sampai kita jatuh dalam dosa secara sengaja atau tidak sengaja dimasa depan. Sebagai Kasih-Karunia yang ditambahkan kepada Kasih-Karunia dalam Baptisan, kita diberikan pertobatan, karena pertobatan itu semacam kelahiran kedua dari Allah, keluar dari kematian oleh dosa yang kita lakukan. Karunia itu, yang janjinya kita terima melalui iman, kita terima melalui pertobatan. Jadi pertobatan adalah pintu kepada belaskasihan, terbuka bagi mereka yang mencarinya dengan rajin; oleh pintu ini kita masuk kedalam Belas-Kasihan Ilahi dan tak ada jalan masuk yang lain dapat kita temukan belaskasihan ini. ” Karena semua orang telah berbuat dosa, dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23), demikian kata Kitab Suci. Pertobatan itu adalah semacam Kasih-karunia kedua yang dilahirkan dalam hati dari iman dan takut akan Allah. Takut akan Allah itu adalah semacam tongkat pemukul dari Bapa, yang memerintah atas kita sampai kita mendapatkan firdaus rohani. Apabila kita mencapai hal itu, maka takut itu akan meninggalkan kita dan pergi membelakangi kita. Firdaus rohani yang kita capai itu adalah kasih Allah. Dan “di dalam kasih tidak ada ketakutan, kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan” (I Yohanes 4:18) . Sama seperti tidak mungkin nya seseorang untuk menyeberangi suatu samudera yang luas tanpa naik kapal atau perahu, begitu juga tak seorangpun dapat mencapai kasih ini tanpa disertai oleh rasa takut akan Allah. Laut yang pengap dan berbau busuk antara kedosaan kita dan firdaus batiniah itu hanya dapat diseberangi oleh perahu pertobatan dimana rasa takut akan Allah itu adalah dayungnya. Jikalau rasa takut akan Allah itu tidak mengayuh perahu pertobatan menyeberangi lautan dunia ini bagi mendekati Allah, kita akan tenggelam dalam lautan yang pengap dan berbau busuk dari kehidupan kita yang berdosa ini.
Kiranya Allah, Bapa kita yang Maha kasih itu, melalui Kasih karunia Penebusan dari FirmanNya yang telah menjadi Manusia, Tuhan kita Yesus Kristus, di dalam Kuasa RohNya yang Kudus, mengaruniakan kita hari penyesalan dan pertobatan dalam rasa takut akan Dia bagi mencapai kasihNya yang merupakan firdaus batiniah di dalam hati kita itu. Amin.
Romo/Abuna Daniel Byantoro