Diperingati oleh Gereja Orthodox pada tanggal 26 Desember (kalender sipil) / 13 Desember (kalender Gereja)
Pada masa aniaya oleh Diokletian, seorang gadis Kristen yaitu Lucia pergi bersama ibunya berziarah ke makam Martir Kudus Agatha untuk berdoa bagi kesembuhan ibunya. Martir Kudus Agatha tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, ‘Lucia, Saudariku, mengapa engkau meminta dariku apa yang imanmu sendiri sanggup mendapatkannya? Ibumu telah disembuhkan. Engkau akan segera menjadi kemuliaan Syrakusa sebagaimana aku dari Catania’.
Ibunya sembuh hari itu juga. Lucia memutuskan untuk mengkhususkan diri sepenuhnya kepada Allah. Ia memutuskan pertunangan kepada seorang bangsawan muda dan memberikan maharnya yang berjumlah besar dalam bentuk tanah dan permata berharga bagi orang-orang miskin. Pemuda itu dengan marah mengadukannya sebagai seorang Kristen kepada Gubernur Syrakusa.
Di pengadilan, Lucia dengan teguh mengakui imannya dalam Kristus dan menolak mempersembahkan korban kepada ilah-ilah. Gubernur memerintahkan agar ia ditaruh di tempat persundalan, namun orang-orang suruhannya tidak sanggup memindahkannya dari tempatnya berdiri, sekalipun mereka telah mengikatnya dengan tali dan berupaya menyeretnya dengan ditarik lembu-lembu jantan.
Gubernur bertanya sihir apa yang digunakannya, dan ia menjawab, ‘Aku tidak memakai sihir. Kuasa Allah yang besertaku. Bawalah selaksa orang-orangmu jika engkau mau, mereka tidak akan anggup memindahkanku kecuali Allah menghendakinya.’ Orang-orang itu lalu menyalakan api di sekelilingnya namun api itu tidak menyakitinya. Akhirnya mereka memenggalnya di tempatnya berdiri. Dengan perkataan terakhirnya, ia menubuatkan kematian Maximian dan Diokletian, dan damai sejahtera bagi Gereja.
.
.