Solo — Festival Jenang Solo (FJS) kembali digelar pada tahun 2025 sebagai bagian dari perayaan Hari Jadi Kota Solo yang ke-280. Acara ini berlangsung selama beberapa hari dan telah menjadi agenda tahunan sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2012.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, festival ini menghadirkan dua jenis venue utama. Yang pertama adalah Stand Berbagi Jenang, berlokasi di sepanjang Koridor Ngarsopuro. Di sini, warga, instansi, komunitas, hingga ibu-ibu PKK dari berbagai kelurahan di Kota Solo turut serta membagikan jenang secara gratis. Tahun ini, penyelenggara menyediakan 100 stand yang siap berbagi sekitar 100 takir atau cup jenang untuk setiap stand.

Selain itu, terdapat Pasar Jenang di Pelataran Pamedan Mangkunegaran, tempat para peserta dapat menjual berbagai jenis jenang, makanan, minuman, serta produk kreatif lainnya. Pasar ini menjadi alternatif bagi masyarakat yang tidak sempat mendapatkan jenang gratis di Stand Berbagi Jenang.
Acara ini semakin meriah dengan serangkaian prosesi seremonial, mulai dari pagelaran seni, kirab jenang, hingga aksi memarut kelapa oleh ratusan pelajar. Puncaknya, FJS 2025 akan dibuka secara resmi oleh Wali Kota Solo sebelum jenang mulai dibagikan kepada warga.

Salah satu peserta yang turut berpartisipasi dalam Stand Berbagi Jenang adalah Gereja Orthodox Indonesia Parokia Tritunggal Maha Kudus Solo, melalui komunitas Ha Na’arim Solo. Mereka membagikan Jenang Sagu Ambon yang dibuat oleh Ibu Sophia Darsi, seorang jemaat dari paroki tersebut. Proses pembagian jenang dilakukan oleh Natan Hari P. (Ketua Ha Na’arim Solo) dan Eprosieny Stella, dengan dukungan dari Matius Beni selaku Koordinator Lapangan FJS 2025.
Keikutsertaan Gereja Orthodox Indonesia (GOI) dalam festival ini menjadi salah satu upaya memperkenalkan keberadaan dan ajaran gereja kepada masyarakat. Dengan menempelkan stiker GOI pada setiap cup jenang, mengenakan baju Ha Na’arim sebagai identitas, serta berinteraksi tanya jawab langsung dengan warga yang ingin mengetahui informasi seputar Gereja Orthodox Indonesia, mereka berharap dapat berbagi kasih dan memperkuat semangat kebersamaan dalam keberagaman budaya Kota Solo.

“Semoga partisipasi kami di Festival Jenang Solo 2025 ini menjadi awal yang baik untuk langkah-langkah selanjutnya dalam mempererat kebersamaan, mempraktikkan Orthodoxia dan Orthopraxia serta memperkenalkan gereja kepada masyarakat luas. Besar harapan kami di mana umat bisa selalu bersama-sama bersehati, saling memiliki, ingin terus bertumbuh dan berkembang di dalam gereja-Nya yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Semoga ini juga bisa menjadi api yang menghidupkan semangat Ha Na’arim Indonesia untuk terus menghidupi 3O (Orthodoxia, Ortholatria, Orthopraxia),” ujar perwakilan Ha Na’arim Solo.
Festival Jenang Solo bukan sekadar perayaan kuliner, tetapi juga wujud dari semangat kebersamaan dan pelestarian budaya yang telah menjadi bagian dari identitas Kota Solo.
Leave a Reply