,

GUA DAN PALUNGAN

Dalam ikon Natal, Yesus dilahirkan di sebuah gua yang gelap, melambangkan kegelapan dunia karena dosa. Firman Allah menjadi manusia supaya manusia menjadi seperti Allah. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia (Yohanes 1:4-5). Firman itu telah menjadi manusia… sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh anugerah dan kebenaran (Yohanes 1:14). Kemuliaan yang penuh anugerah dan kebenaran memberikan terang di dalam kegelapan.

Yesus dibaringkan dalam palungan (tempat makan hewan) dan dibalut kain lampin yang berbentuk seperti kain kafan, menggambarkan kelahiranNya yang erat berhubungan dengan kematianNya untuk menebus manusia dari dosa. Palungan menandakan Yesus menjadi sarana roti kehidupan bagi segenap manusia.

Hewan-hewan di sekeliling Yesus mengingatkan nubuat nabi Yesaya (Yesaya 1:3), “Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umatKu tidak memahaminya.” Yesus ditolak oleh bangsaNya sendiri.

Maria memandang Yusuf, yang sedang digoda oleh Iblis, memberi keyakinan pada Yusuf bahwa bayi yang dilahirkannya adalah sungguh dari Allah, dikandung dari Roh Kudus.

Bidan-bidan membasuh tubuh Sang Bayi menggambarkan Allah benar-benar berinkarnasi sebagai manusia biasa.

Orang Majus, tiga orang Majus menaiki kuda dituntun oleh sebuah bintang dari Timur (Matius 2:10-11). Kata “Majus” (Yunani: μάγος/ magos) berarti astrolog (ahli ilmu perbintangan), biasanya dikaitkan dengan agamawan Persia kuno, golongan kelas atas dalam masyarakat, ahli berbagai pengetahuan (alam), pengobatan dan filsafat. Di Yerusalem, para Majus memiliki akses ke raja Herodes (Matius 2:7). Tradisi gereja mengatakan tiga orang Majus tersebut: Js. Gaspar, Melchior dan Balthazar kemudian menjadi Kristen, menerima baptisan melalui Rasul Tomas. Dalam kidung Troparion Natal tertulis tentang mereka: “….. bagi mereka yang memuja bintang-bintang, telah diajarkan oleh Sebuah Bintang untuk menyembahMu, Sang Mentari Kebenaran, ….”

Persembahan dari orang Majus: Emas, logam mulia sebagai persembahan bagi seorang raja menunjukkan mereka menghormati Sang Raja; Yesus adalah Raja (Yohanes 18:37), Raja Damai (Yesaya 9:6-7), bagi kerajaan Allah yang akan datang. Kemenyan, digunakan untuk penyembahan dalam ritus keagamaan (Yeremia 41:5; Keluaran 30:34-35); menunjukkan tanda keilahian Kristus. Mur, pada masa itu digunakan sebagai bahan pengobatan dan untuk melumuri jenazah seseorang (Yohanes 19:39-40), menunjukkan pengorbanan Sang Juru Selamat bagi manusia. Relik persembahan orang Majus mulanya diserahkan kepada Gereja Yerusalem oleh Sang Theotokos sendiri, saat ini disimpan di biara Gereja Orthodox, di gunung Athos.

Gembala dan Malaikat. Malaikat berkata kepada para gembala, “Jangan takut, …. aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: ….” (Lukas 2:10-12). Pemberitahuan dari malaikat sesuai nubuat kitab suci (Mikha 4:8; Mikha 5:2). Menara Kawanan Domba (Migdal Eder); suatu menara di padang Betlehem, dibangun untuk memelihara domba-domba yang akan dipersembahkan di Bait Allah. Domba-domba dilindungi dari ancaman cuaca, binatang buas dan penjahat serta harus dijaga segala kecacatan karena akan dipersembahkan sebagai kurban. Jadi, pemberitahuan malaikat adalah bagi gembala khusus dari Migdal Eder yang selalu siaga sepanjang tahun. Malaikat membunyikan terompet menandakan para gembala bersuka cita dan memuji Allah setelah mereka melihat Bayi Yesus. Lukas mencatat, “Lalu mereka…. menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, …. semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.” (Lukas 2:16-20). Para malaikat memandang dari atas dan memuji Allah (Lukas 2:13).

“Yesus menjadi seperti kita agar Ia menjadikan kita seperti DiriNya” – Js. Athanasius

Sumber: Embun Surgawi edisi Januari 2020

Related Posts