Sang Kristus sebagai Firman Allah yang menjelma adalah penggenapan Taurat dan para Nabi, Sang Kristus sebagai Inti Kasih dalam diri Allah di mana Ia menjadi sasaran Kasih Allah sejak kekal adalah tempat bergantungnya seluruh hukum Taurat dan para Nabi. Sang Kristus sebagai Mesias Anak Daud adalah harapan yang dinanti-nantikan oleh umat Yahudi itu. Jadi Torah, Kasih, dan Mesias semuanya menemukan kesatuannya dan penggenapannya di dalam diri Sang Kristus. Para pemimpin Agama Yahudi saat itu tak dapat menolak maupun menerima kebenaran itu sehingga “Tidak ada seorang pun yang menjawab-Nya dan sejak hari itu tidak ada seorang pun juga yang berani menanyakan sesuatu kepada-Nya.” (Mat. 22: 46).
Namun memang itulah faktanya. Untuk mengerti Sang Kristus, Firman Allah yang menjelma, yang berasal dari kedalaman dzat hakekat ilahi yang kekal itu tak cukup hanya dimengerti melalui pemahaman akal budi saja. Namun kita perlu Allah sendiri “yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.” (2 Kor 4: 6), sebab Allah itu sumber terang dan pada diri-Nya sendiri adalah Terang/ Nur (1 Yoh. 1: 5) dan yang telah berfirman: “Dari dalam gelap akan terbit terang!” (2 Kor 4: 6).
Nur Ilahi yang telah bercahaya di dalam hati kita yaitu Pengetahuan/ Ma’rifat tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus itulah harta yang kami punyai (2 Kor. 4:7). Nur, Ma’rifat, dan Kemuliaan itulah cahaya Roh Kudus melalui Energi Ilahi yang bekerja di dalam kita, dan itu akan mengubah kita dari kemuliaan kepada kemuliaan (2 Kor. 3:18) ke dalam panunggalan dengan Allah, sehingga kita dapat ambil bagian dalam kodrat Ilahi (2 Ptr 1: 4), serta akan menjadi sama seperti Dia (1 Yoh. 3: 2). Inilah yang disebut sebagai theosis. Itulah sebabnya hal itu merupakan harta luar biasa yang tak dapat dibandingkan dengan harta dunia macam apa pun. Karena Energi Ilahi yang bekerja di dalam kita ini memberikan kekuatan yang melimpah-limpah yang berasal dari Allah, bukan dari diri kita (2 Kor. 4: 7).
Namun dengan memiliki harta yang menimbulkan kekuatan yang berlimpah-limpah ini, tak berarti kita dapat bebas dari kesesakan hidup yang ada dalam dunia sebagai akibat masuknya dosa ke dalam alam ciptaan. Sebagai manusia biasa, sama seperti manusia-manusia yang lain, kita mudah remuk dan mudah pecah seperti layaknya bejana tanah liat saja (2 Kor 4: 7), tetapi justru dalam bejana tanah liat yang mudah remuk dan pecah inilah harta ilahi itu tersimpan.
Karena kita adalah bejana tanah liat secara jasmani, maka manusia lahiriah kami semakin merosot (2 Kor. 4: 16) serta kita mengeluh oleh beratnya tekanan (2 Kor. 5: 4). Kemerosotan lahiriah dan keluhan batin inilah ciri keberadaan kita sebagai bejana tanah liat. Dan kemerosotan lahiriah serta keluhan batin itu menampakkan dirinya dalam pengalaman derita hidup seperti yang dikatakan Rasul Paulus bahwa kami ditindas, kami habis akal (2 Kor. 4: 8); kami dianiaya, kami dihempaskan (2 Kor. 4:9); Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami (2 Kor 4: 10); kami yang masih hidup ini, terus menerus diserahkan kepada maut karena Yesus (2 Kor. 4: 11); dan maut giat di dalam diri kami (2 Kor. 4: 12).
Hidup ini penuh dengan penderitaan jasmani maupun batin dan rohani. Dan rapuhnya serta mudah remuk dan pecahnya hidup ini tanda bahwa kita hanya sekadar bejana tanah liat saja. Tetapi yang mengherankan adalah bahwa di dalam bejana tanah liat yang semacam inilah justru terdapat harta yang menimbulkan kekuatan melimpah, sehingga dalam mengalami kemerosotan keberadaan jasmaniah itu justru ada kekuatan yang tak dapat diterangkan yang muncul dari dalam kita, yaitu bahwa dibalik semuanya tadi kita tidak terjepit, tidak putus asa, tidak ditinggalkan sendirian, tidak binasa, kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini serta hidup giat di dalam kamu/ orang lain (2 Kor. 4: 8-12) melalui kelemahan keremuk-rapuhan diri kita.
Inilah kekuatan Mesias oleh Roh Kudus yang bekerja di dalam kita, karena mengenai Mesias itu dikatakan oleh Sang Kristus sendiri, bahwa musuh-musuh-Ku Kutaruh di bawah kaki-Mu (Mat 22: 44), dan oleh Iman kita kepada Mesias itu kita ikut ambil bagian dalam kemenangan-Nya atas musuh-musuh kehidupan yang berwujud derita yang kita alami tadi. Semua musuh kehidupan itu oleh iman kita kepada Mesias telah juga ditaruh di bawah kaki kita. Sehingga hidup Kristen itu memang paradox, karena dari dalam kematian itu muncul kehidupan dan dari kemerosotan manusia jasmaniah itu muncul pembaharuan manusia batiniah (2 Kor. 4: 16). Dan dari derita jasmani yang menyakitkan itu muncul kemuliaan kekal, sebagaimana yang dikatakan: “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kita kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami” (2 Kor 4: 17).
Demikianlah melalui semua pengalaman kemerosotan kita secara jasmaniah yang berwujud keluhan dan derita, kita justru dapat melihat kuasa Allah bekerja di dalam kita, kita justru mengalami kekuatan yang melimpah-limpah menampakkan diri dalam hidup. Sehingga melalui pengalaman itu kita diajar untuk makin mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, dan juga sekaligus dapat bersimpati kepada orang lain yang mengalami derita yang sama seperti kita, sehingga kita dapat belajar mengasihi sesama seperti mengasihi diri kita sendiri.
Derita dan keluhan bagi orang Kristen adalah jalan salib yang menuntun kepada kemuliaan. Derita dan keluhan bagi orang Kristen adalah jalan kasih yang menuntun kepada panunggalan. Dan iman itulah yang dapat menerapkan semuanya menjadi suatu kekuatan baru yang memberi makna kepada kehidupan ini. Melalui itu semua kita makin mengenal siapa Mesias sebenarnya, karena cahaya Allah akan makin bersinar dalam hati kita, sehingga roh iman itu bekerja dalam kita makin giat. Dan mengakibatkan kita tak henti-hentinya selalu berkata-kata tentang kasih karunia Allah di dalam Kristus ini kepada orang lain (2 Kor. 4: 13).
Kita tak mudah putus asa menghadapi rimba raya kehidupan yang penuh onak dan duri ini, karena di seberang sana kita lihat kemuliaan yang bercahaya gemilang sedang menanti, yaitu kemuliaan kebangkitan di mana Allah akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus, dan kemuliaan panunggalan dengan Allah di mana “Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya” (2 Kor. 4: 14) untuk dihakimi bagi penentuan kemuliaan apa yang akan kita terima masing-masing sesuai dengan apa yang kita lakukan dalam hidup ini (2 Kor 5: 10). Ini semua terjadi akibat kita percaya kepada Mesias yang ilahi, Tuhan Yesus, yaitu Firman Allah yang diutus Allah menjadi manusia dari tunas Daud, di mana “Ia yang telah membangkitkan Tuhan Yesus” itu (2 Kor. 4: 14).
Dan semuanya itu terjadi oleh karena kamu (2 Kor. 4: 15), bukan untuk membuat kita makin putus asa dan makin remuk namun supaya kasih karunia Allah makin nyata melalui penderitaan dan keluhan yang dialami, namun toh kita dapat mengatasi dan mengalahkannya oleh kekuatan energi ilahi yang bekerja secara melimpah di dalam kita. Ini berakibat orang lain akan ikut dikuatkan dan dibuat percaya bahwa Allah yang kita percayai adalah Allah yang hidup dan Allah yang nyata “Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah.” (2 Kor 4: 15).
Pada akhirnya itulah tujuan harta berada di dalam bejana tanah liat yang mudah pecah, yaitu supaya kasih karunia menjadi semakin besar, orang yang percaya menjadi semakin banyak melalui kesaksian kata-kata atas pengalaman kekuatan Allah yang melimpah tadi. Dengan begitu membuat makin banyaknya orang yang belajar bagaimana mengucapkan syukur kepada Allah atas segala keluhan dan derita, dan akhirnya semuanya itu bagi kemuliaan Allah saja.
Demikianlah jadinya, hidup Kristen itu seperti kelapa, makin diperas makin keluar santan. Oleh karena itu jangan mudah putus asa waktu mengalami derita dan musibah, karena memang kita adalah bejana tanah liat yang mudah remuk dan mudah pecah. Tetapi bahwa di dalam diri kita ada kekuatan yang melimpah. Biarlah hidup ini makin diperas oleh keadaan dan pengalaman pahit, namun justru santan itu akan keluar, dan dari santan itu kalau makin diperas lagi melalui panasnya api perebusan justru minyak akan keluar.
Jangan mudah putus asa, dalam bejana Tanah Liat ini ada harta yang tak ternilai harganya. Songsong kesulitan dan derita itu dengan iman dan senyum keyakinan kepada Allah. Biarlah melaluinya Nur dan Ma’rifat Ilahi yang Nampak pada wajah Kristus yang diperkuat oleh Kasih kita akan Allah dan akan sesama itu akan makin nyata dalam kehidupan kita. Derita Kristen itu membawa kemuliaan kekal. Amin.
Tamat.
.
.