, ,

Janasuci Valentine: Pandangan Kristen Orthodox tentang Hari Valentine

Dalam dunia sekuler saat ini, Hari Valentine merupakan perayaan bagi para kekasih. Perayaan ini dihiasi dengan gambar hati berwarna merah atau merah muda, permen, kartu-kartu lucu, dan catatan yang dipertukarkan antara orang yang ditaksir, atau bunga yang diberikan kepada orang terkasih.

Cupid sering kali digambarkan sedang melepaskan anak panah, yang tampaknya memaksa orang untuk jatuh cinta. Pria dan wanita dengan senang hati menantikan malam yang indah untuk makan malam, menonton film, atau mungkin sekadar malam yang menyenangkan di restoran mewah, bersama dengan hadiah seperti bunga, permen, atau perhiasan.

(sumber foto : https://flowermarketplace.com/product/valentines-mini-cupids-package/)

Dalam postingan ini, saya akan menjelaskan asal usul tradisi ini dan apa sebenarnya yang diwakilinya.

Kisah Sekuler Janasuci Valentine

Pandangan sekuler tentang Js.Valentine telah berkembang dari waktu ke waktu, terutama dikaitkan dengan Hari Valentine pada tanggal 14 Februari, yang menekankan ‘cinta’ sebagai sesuatu yang terutama romantis atau ungkapan kasih sayang. Berbagai legenda dan catatan sejarah mengisahkan tentang Js. Valentine.

Belum lagi, ada lebih dari satu Janasuci bernama Valentine. Beberapa sejarawan memperdebatkan Valentine mana yang memengaruhi tradisi modern kita, tetapi sebagian besar setuju bahwa itu dimulai dengan martir Valentine, presbiter dari Roma.

Sejarah Janasuci Valentine

Semuanya bermula sekitar tahun 269 Masehi di Roma ketika Kaisar Claudius membutuhkan lebih banyak prajurit. Para lelaki enggan pergi berperang karena mereka tahu bagaimana nasib mereka. Mereka lebih memilih menikah dan memulai sebuah keluarga.

Hal ini membuat Claudius marah dan ia memutuskan untuk melarang pria menikah sampai mereka memenuhi kewajiban militer mereka. Ketika seorang presbiter bernama Valentine mendengar tentang hal ini, ia memutuskan untuk membantu pasangan secara rahasia agar bersatu dan memberkati mereka.

Valentine memahami pernikahan sebagai sakramen, bukan sesuatu yang tidak boleh diberikan kepada orang lain. Tindakannya, termasuk membantu orang Kristen yang dihukum mati, terus berlanjut bahkan selama ia dipenjara.

Akhirnya, Valentine dipenggal pada tanggal 14 Februari (Hari Valentine). Kekhawatirannya melampaui hal-hal yang ‘romantis’, karena ia memahami kasih Tuhan, mengorbankan hidupnya demi kebaikan orang lain.

Janasuci Valentine dalam Tradisi Orthodox

Dalam tradisi Kristen Orthodox, Js.Valentine muncul bukan sebagai simbol pesta cinta yang disekulerkan, tetapi sebagai tokoh yang dirayakan karena kebajikan yang melampaui narasi romantis. Diakui dalam Gereja Orthodox (meskipun ia biasanya diperingati pada tanggal 6 atau 30 Juli), kisah Js.Valentine terungkap dalam konteks sejarah yang ditandai oleh iman dan komitmen yang teguh.

Berbeda dengan versi romantis yang lazim dalam budaya populer, perspektif Orthodox menyoroti kisah yang berakar pada nilai-nilai Kristen. Dalam tradisi Orthodox, orang-orang suci seperti Valentine dihormati karena kehidupan teladan mereka, yang sering kali ditandai dengan tindakan cinta, kasih sayang, dan pengabdian kepada Tuhan.

Kisah-kisah mereka tidak hanya diperingati, tetapi juga menjadi sumber inspirasi, yang menuntun orang-orang beriman menuju pemahaman iman yang lebih dalam dan perjalanan Theosis (menjadi seperti Tuhan). Menjelajahi Janasuci Valentine dalam konteks Kristen Orthodox membawa kita melampaui norma, memberikan pandangan yang penuh dengan spiritualitas mendalam dan kebenaran historis.

Keutamaan Js.Valentine dalam Gereja Orthodox

Keutamaan yang dikaitkan dengan Js.Valentine menerangi jalan iman yang mendalam, komitmen yang tak tergoyahkan, dan cinta tanpa pamrih. Penentangan Js.Valentine terhadap otoritas Romawi untuk melangsungkan pernikahan bagi pasangan Kristen menunjukkan keberanian dan dedikasinya terhadap pandangan sakramental tentang pernikahan dalam tradisi Orthodox.

Belas kasih dan tindakan kebaikannya menegaskan pentingnya cinta yang berlandaskan pada kepedulian yang tulus terhadap sesama. Meskipun kisah-kisah tertentu mungkin berbeda, tema utama cinta Kristen, yang dikenal sebagai agape, meresap dalam kisah Janasuci Valentine.

Dalam mengeksplorasi nilai-nilai ini, kita menemukan pelajaran praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari — panggilan untuk mewujudkan cinta tanpa pamrih, untuk berdiri teguh dalam iman kita, dan untuk memperluas kasih sayang kepada orang-orang di sekitar kita. Kehidupan Js. Valentine menjadi cahaya yang membimbing kita untuk menavigasi hubungan kita sendiri dengan semangat pengabdian, kebaikan, dan komitmen mendalam terhadap prinsip-prinsip yang melekat dalam Kekristenan Orthodox.

Melalui teladannya, orang-orang beriman terinspirasi untuk mengamalkan nilai-nilai keimanan, cinta, dan kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber Artikel :
.https://www.pravmir.com/the-life-of-st-valentine/

Disadur dan diterjemahkan oleh : Angela (red)

Related Posts