Diperingati Gereja Orthodox pada 28 Desember (kalender sipil) / 15 Desember (kalender Gereja Purba)
Pertapa Kudus ini tinggal di Palestina pada abad keenam. Di masa mudanya, Pardos adalah seorang penarik gerobak (kusir). Suatu hari, saat tiba di Yerikho, dia meninggalkan hewan penarik gerobaknya di depan sebuah penginapan yang dia masuki. Pada saat itu, secara tak sengaja seorang anak kecil jatuh di bawah hewan penarik gerobaknya, lalu menginjak-injaknya dengan kuku hingga mati. Ketika Pardos melihat anak yang terbunuh oleh hewannya, hatinya menjadi hancur, penuh rasa bersalah dan merasa dirinya bertanggung jawab atas kematian anak itu.
Meskipun itu adalah dosa yang sebenarnya tidak disengaja, hati nurani Pardos dilanda perasaan bersalah yang mendalam. Ia berusaha melakukan penebusan dosa yang keras pada dirinya sendiri. Dia meninggalkan aktivitas duniawinya, meskipun masih sangat muda. Dia menarik diri ke hutan, menyingkir ke padang pasir yang gersang di Gunung Arion untuk menjalani kehidupan pertapaan yang sulit dengan mati raga, kerja keras rohani dan pertobatan. Dengan banyak air mata, dia mempersembahkan kepada Tuhan pertobatannya yang mendalam karena kematian anak itu. Dia ingin membayar kehidupan anak itu dengan nyawanya sendiri, dan dia berdoa kepada Allah agar Allah mengabulkan permohonannya
Lalu ia kemudian masuk ke sebuah kandang singa, ia menusuk-nusuk singa itu dengan tombaknya, berharap singa itu akan melahap dan mencabik-cabik tubuhnya, tetapi binatang itu justru melarikan diri darinya. Kemudian dia memutuskan untuk berbaring di jalan sempit yang biasa dilalui singa mencari air. Ia berharap singa yang lewat akan membunuhnya. Tapi, sekali lagi, singa itu melompati dia dan tidak mau mendekat. Karena hal-hal inilah dia merasa bahwa itu adalah kehendak Tuhan agar dia terus hidup dan tidak binasa sebagai mangsa hewan buas. Hal ini sedikit menenangkan jiwanya yang sangat sensitif dan takut akan Tuhan. Pertapa ini mengerti bahwa dia telah diampuni oleh Tuhan. Ia kembali ke gunungnya. Pardus berdiam di sana dalam puasa, doa dan pertobatan sampai akhir hayatnya. Dia wafat pada abad keenam.
Kidung Troparion – Irama 8
Dengan luapan air mata, / kau membuat gurun menjadi subur, / dan kerinduanmu kepada Tuhan menghasilkan buah yang melimpah. / Dengan pancaran keajaiban kau menerangi seluruh alam semesta! / ya bapa kami yang suci Pardus, berdoalah kepada Kristus, Tuhan kita, untuk menyelamatkan jiwa kita!
.
.