Diambil dari buku berjudul “IMAN KRISTEN RASULIAH” tulisan Romo Daniel B.D. Byantoro, Ph.D.
Alkitab dalam istilah lain disebut sebagai Kitab Suci. Berbicara mengenai kesucian Alkitab, pengertian “suci” yang kita maksudkan di sini haruslah diambil dari Alkitab itu sendiri. Dalam Perjanjian Lama kita mengenal istilah “qadosh” dan dalam Perjanjian Baru “agios.” Baik qadosh dan agios, keduanya memiliki makna “dipisahkan” atau “disisihkan.” Ketika kita mengatakan bahwa Alkitab sebagai Kitab Suci adalah Alkitab itu tidak melibatkan manusia dan benar-benar 100% dari Allah, maka ini tidak lain adalah bentuk monofisitisme yang ditujukan dalam konteks Alkitab; dan jika kita mengatakan bahwa Alkitab adalah tulisan adalah buah kepintaran manusia saja seperti banyak yang diajarkan kaum liberal, maka ini adalah bentuk nestorianisme yang ditujukan kepada Alkitab.Alkitab adalah tulisan yang diilhamkan atau dinafaskan oleh Allah, namun cara pengungkapannya adalah melalui cara dari penulis yang mendapat pengilhaman itu. Oleh karena itu memahami Alkitab ini harus dilihat dari dua sifat Alkitab itu sendiri; dan Alkitab memang tulisan yang disisihkan atau dipisahkan dari dunia ini. Dari keunikan sifat Alkitab ini, bagi Gereja, Alkitab merupakan satu-satunya tulisan terilham utama yang melaluinya Gereja berjumpa dan mengenal Tuhannya, serta Tuhan menyapa dan berbicara kepada Gereja. “Mereka yang di luar Gereja tidaklah berhak untuk menjelaskan apalagi mencoba menafsirkan isinya; sebab mereka yang mencoba menafsirkan hanya akan membawa manusia semakin jauh dari pikiran Kitab Suci,” tegas dari Js. Maximos Sang Pengaku Iman.Tidak ada tulisan apapun di dunia ini yang memiliki keunggulan semacam itu dalam kehidupan iman seseorang selain daripada Alkitab. Dengan demikian Alkitab memang terpisah dan disisihkan dari buku-buku lain karena hanya Alkitab itulah yang dinafaskan oleh Allah yang suci.