(Ilustrasi yang menggambarkan esensi ziarah spiritual umat Kristiani di dalam suasana kontemplatif, dalam perjalanan iman dan harapan akan kerajaan Sorga.)
.
Catatan kaki dari bacaan Ibrani 13:13-25 pada Orthodox Study Bible adalah sebagai berikut :
13:13-14 The camp here is the old covenant, Israel and all its institutions and worship. The city (v. 14) is the earthly Jerusalem as the temple city of the Jews (see 11:10, 13–16; 12:22). One cannot follow both the new covenant and the old covenant. The early Church in Jerusalem (AD 30–70) retained its Jewish customs, even the religious traditions, but it was under only the new covenant and so bore the ire of Jews still under the old covenant. Likewise, every Christian must be prepared to bear men’s scorn and see himself as in exile in this life. The heavenly city we seek is the one to which we have already come (12:22): such a tension is no problem for the author of Hebrews.
13:15-19 A summarizing exhortation: (1) We experience the heavenly city and the heavenly most holy place when we sacrifice our whole being, body and soul, in the Divine Liturgy—a mystery in which our part is that of praise consistent with true doctrine (vv. 15, 9–14). (2) Good works and life in community (to share, Gr. koinonias) must be united with worship (vv. 16, 1–6). (3) Priests and spiritual leaders must be respected and obeyed (vv. 17, 7, 8), a reference to “spiritual fatherhood” in the Church. They will give account of their ministry at the judgment. The author sees himself among the leaders and asks for prayer that he may live an exemplary life (see v. 7).
13:20-21 The benediction notes: (1) The sufficiency of the blood of Christ is realized in His Resurrection as Christ offers His blood in the eternal sanctuary and thereby inaugurates a new, everlasting covenant. (2) The everlasting covenant makes us complete as we cooperate with God (synergy) in all things and progress toward sainthood.
Penjelasan detail untuk setiap catatan kaki dari bacaan Ibrani 13:1-25 dalam Orthodox Study Bible, adalah sebagai berikut:
.
IBRANI 13:13-14: PERBEDAAN PERJANJIAN LAMA DAN BARU DALAM TEOLOGI ORTHODOX
Perbedaan Perjanjian Lama dan Baru
Dalam ayat ini, penulis Kitab Ibrani menyoroti perbedaan antara sistem agama dalam Perjanjian Lama dan realitas baru yang dibawa oleh Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru. Perjanjian Lama, dengan ritual, aturan, dan upacara agamanya, terfokus pada kekudusan yang terlokalisasi dan sering kali terikat dengan tempat-tempat suci seperti Yerusalem. Sementara itu, Perjanjian Baru membuka jalan bagi pendekatan yang lebih universal dan spiritual terhadap kekudusan, yang terpusat pada Kristus.
Hidup sebagai Orang yang Diasingkan
Ayat ini juga mengajak umat Kristen untuk memahami dan menerima status mereka sebagai ‘orang asing dan pendatang’ di dunia ini. Dalam konteks teologi Orthodox, ini berarti bahwa umat Kristen dipanggil untuk tidak sepenuhnya merasa ‘di rumah’ dalam tatanan sosial dan budaya dunia ini. Mereka dipanggil untuk mengidentifikasi diri dengan Kristus, yang menderita dan mati di luar gerbang kota Yerusalem, simbol penolakan oleh dunia.
Menghadapi Penolakan
Ayat ini juga mengingatkan bahwa mengikuti Kristus sering kali berarti menghadapi penolakan dan kesulitan. Dalam teologi Orthodox, ini dipahami sebagai bagian dari jalan salib yang harus ditanggung oleh setiap pengikut Kristus. Umat Kristen dipanggil untuk tetap setia pada ajaran dan nilai-nilai Kristiani, bahkan ketika ini berarti harus berhadapan dengan penolakan atau persepsi negatif dari masyarakat.
Panggilan untuk Fokus kepada ‘Kota yang Akan Datang’
Akhirnya, ayat ini mengarahkan pandangan umat Kristen kepada ‘kota yang akan datang’, yaitu Kerajaan Surga. Dalam teologi Orthodox, ini adalah pengingat bahwa fokus utama kehidupan Kristen bukanlah pencapaian atau kepuasan duniawi, tetapi penyatuan dengan Allah dalam kehidupan yang akan datang.
Penerapan dan Relevansi Kontemporer (Masa Kini)
Dalam kehidupan Kristiani masa kini, Ibrani 13:13-14 mengajak umat Kristen untuk hidup dengan kesadaran bahwa identitas dan nilai mereka tidak ditentukan oleh standar dunia. Ini mengharuskan sikap berbeda terhadap kekayaan, kekuasaan, popularitas, dan nilai-nilai duniawi lainnya. Sebagai gantinya, umat Kristen dipanggil untuk memelihara perspektif abadi dan fokus pada relasi mereka dengan Allah serta peneguhan identitas mereka dalam Kristus.
Kesimpulannya, Ibrani 13:13-14 dalam teologi Orthodox menawarkan pandangan yang mendalam tentang perbedaan antara Perjanjian Lama dan Baru serta tantangan hidup sebagai pengikut Kristus dalam dunia yang sering kali tidak menerima nilai-nilai Kristiani. Ini merupakan panggilan untuk hidup dengan kesetiaan dan harapan yang berfokus pada realitas surgawi, bukan pada kepuasan sementara dunia.
.
IBRANI 13:15-19: PEMAHAMAN TEOLOGI ORTHODOX TENTANG LITURGI ILAHI
Liturgi Ilahi sebagai Persembahan Diri
Ayat ini menekankan bahwa dalam Liturgi Ilahi, umat Kristiani diajak untuk mempersembahkan seluruh diri mereka. Ini bukan hanya terbatas pada aspek jasmani, seperti kehadiran fisik atau tindakan liturgis, tetapi juga meliputi penyerahan rohani, yang mencakup pikiran, hati, dan jiwa. Dalam teologi Orthodox, Liturgi Ilahi dilihat sebagai pertemuan Allah dengan manusia secara mistika, di mana umat Kristen ambil bagian dengan aktif secara total.
Pujian yang Sesuai dengan Doktrin yang Benar
Eksortasi (nasihat, seruan, anjuran) dalam ayat Ibrani ini juga menyoroti pentingnya pujian yang sesuai dengan doktrin yang benar. Dalam praktiknya, ini berarti bahwa doa, nyanyian, dan ritual dalam Liturgi harus mencerminkan ajaran Kristiani yang Orthodox dan autentik. Ini penting karena liturgi bukan hanya ekspresi iman individual tetapi juga pernyataan kepercayaan kolektif Gereja.
Peran Liturgi dalam Kehidupan Spiritual
Dalam konteks teologi Orthodox, Liturgi Ilahi dianggap sebagai pusat kehidupan spiritual. Melalui liturgi, umat Kristiani mengalami dan menyatakan misteri iman mereka, yang mencakup perayaan Ekaristi dan pengalaman komuni yang mendalam dengan Kristus.
Pengaruh Liturgi pada Kehidupan Sehari-hari
Liturgi tidak hanya terbatas pada upacara di gereja tetapi juga berpengaruh pada kehidupan sehari-hari umat beriman. Persembahan diri dalam liturgi diharapkan membentuk cara berpikir, bertindak, dan berinteraksi dengan dunia. Ini mencerminkan panggilan untuk menjadikan seluruh kehidupan sebagai persembahan kepada Allah.
Penerapan dan Relevansi Kontemporer (Masa Kini)
Dalam kehidupan Kristiani masa kini, Ibrani 13:15-19 mengajak umat Kristiani untuk melihat liturgi tidak hanya sebagai serangkaian ritual, tetapi sebagai ekspresi iman yang mendalam dan partisipasi aktif dalam misteri Kristus. Ini menantang umat Kristiani untuk memperdalam pengertian mereka tentang liturgi dan bagaimana itu mempengaruhi seluruh aspek kehidupan mereka.
Kesimpulannya, Ibrani 13:15-19 dalam teologi Orthodox menggarisbawahi pentingnya Liturgi Ilahi sebagai ekspresi maksimal persembahan diri kita kepada Allah. Ini adalah ajakan untuk hidup liturgis yang menembus jauh keluar dinding gereja, mengintegrasikan ajaran Kristiani dalam setiap aspek kehidupan, dan meneguhkan komitmen kita untuk mengikuti Kristus secara otentik dan total.
.
IBRANI 13:20-21: KECUKUPAN DARAH KRISTUS DAN PERJANJIAN BARU DALAM TEOLOGI ORTHODOX
Kecukupan Darah Kristus
Dalam teologi Orthodox, darah Kristus dianggap sebagai sumber keselamatan dan penebusan dosa. Ayat ini menekankan bahwa melalui pengorbanan-Nya di kayu salib dan darah yang tertumpah, Kristus telah membayar harga sepenuhnya untuk dosa-dosa umat manusia. Ini bukan hanya tentang kematian fisik-Nya, tetapi lebih penting lagi, tentang kebangkitan-Nya, yang merupakan bukti dan penegasan atas kecukupan dan keefektifan pengorbanan tersebut.
Kebangkitan sebagai Pemenuhan
Kebangkitan Kristus bukan hanya sebuah peristiwa historis tetapi juga pemenuhan dari semua janji yang diberikan dalam Perjanjian Lama. Dalam konteks teologi Orthodox, Kebangkitan-Nya menandakan kemenangan atas dosa dan maut dan membuka jalan bagi umat manusia menuju kehidupan yang baru dan abadi dalam Kristus.
Perjanjian Baru yang Kekal
Ayat ini juga berbicara tentang ‘perjanjian baru yang kekal’ yang diinisiasi oleh Kristus. Dalam teologi Orthodox, perjanjian baru ini dianggap sebagai perjanjian cinta dan rahmat, yang berbeda dari perjanjian lama yang lebih terfokus pada hukum dan aturan. Perjanjian baru ini bersifat universal dan kekal, tidak terbatas pada waktu atau tempat, dan terbuka bagi semua orang yang percaya.
Pengaruh Perjanjian Baru pada Kehidupan Umat Kristen
Dalam kehidupan sehari-hari, perjanjian baru ini mengajak umat Kristen untuk hidup dalam cinta, rahmat, dan komuni dengan Allah. Ini bukan hanya tentang mematuhi seperangkat aturan, tetapi lebih tentang menjalin hubungan yang mendalam dan pribadi dengan Allah melalui Kristus.
Penerapan dan Relevansi Kontemporer
Dalam konteks kontemporer, Ibrani 13:20-21 mengajak umat Kristiani untuk merefleksikan dan menghargai pengorbanan Kristus yang memberi mereka keselamatan. Ini adalah ajakan untuk hidup dalam kesadaran akan perjanjian baru yang kekal, mengarahkan cara mereka berinteraksi dengan sesama dan Allah. Umat Kristen diajak untuk melihat kebangkitan Kristus bukan hanya sebagai pondasi teologis tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan kekuatan dalam menghadapi tantangan hidup.
Kesimpulannya, Ibrani 13:20-21 dalam teologi Orthodox menyoroti kecukupan darah Kristus yang direalisasikan dalam kebangkitan-Nya dan pembukaan perjanjian baru yang kekal. Ini mengajarkan bahwa keselamatan dan hubungan baru dengan Allah adalah mungkin, berkat pengorbanan dan kebangkitan Kristus, mengundang umat Kristiani untuk hidup dalam realitas dan janji perjanjian baru ini.
.
KARYA-KARYA PENTING JS. YOHANES KRISOSTOMOS MENGENAI SURAT KEPADA ORANG IBRANI
“Homilies on Hebrews” (Homili-Homili tentang Ibrani)
Salah satu karya monumental Krisostomos adalah serangkaian homili atau khotbahnya tentang Surat kepada Orang-orang Ibrani. Dalam homili-homili ini, Krisostomos tidak hanya memberikan eksplorasi teks secara detail, tetapi juga menarik aplikasi praktis bagi kehidupan iman. Dia menekankan pentingnya kasih persaudaraan dan bagaimana ini harus tercermin dalam interaksi sehari-hari antara umat beriman.
Tempat Pemuatan
Karya-karya ini umumnya tersedia dalam koleksi “Patrologia Graeca”, sebuah kompilasi luas dari tulisan-tulisan para Bapa Gereja. “Homilies on Hebrews” bisa ditemukan dalam volume ini, sering kali dalam bahasa Yunani asli dengan terjemahan ke dalam berbagai bahasa modern.
Relevansi dan Pengaruh
Homili-homili Krisostomos tentang Ibrani penting tidak hanya karena kedalaman teologisnya, tetapi juga karena aplikasi praktisnya. Dia membahas topik seperti kesabaran, kebutuhan untuk menahan ujian, dan pentingnya kepemimpinan gerejawi yang baik, yang semuanya relevan untuk umat Kristiani di semua zaman.
Pendekatan Ekspositoris
Krisostomos dikenal karena pendekatan ekspositorisnya dalam menginterpretasikan Kitab Suci. Ini berarti bahwa dia tidak hanya menjelaskan teks, tetapi juga menguraikan maknanya dalam konteks yang lebih luas dan menghubungkannya dengan tantangan dan situasi kehidupan nyata.
Pengaruh pada Pemikiran Kristen
Komentar Krisostomos tentang Ibrani telah mempengaruhi banyak teolog dan pemimpin gereja selama berabad-abad. Cara dia mengartikulasikan doktrin dan praktik kekristenan telah menjadi bagian integral dari tradisi teologi Kristen.
Sumber Inspirasi bagi Pemimpin Gereja
Karya-karyanya sering digunakan sebagai sumber inspirasi dan panduan bagi para pemimpin gereja dalam memahami dan mengimplementasikan tugas kepemimpinan mereka dalam komunitas.
.
KARYA-KARYA PENTING JS. GREGORIUS DARI NYSSA
Js. Gregorius dari Nyssa, salah satu Bapa Gereja yang paling berpengaruh dari abad ke-4, dikenal akan kontribusinya yang signifikan dalam pengembangan doktrin Kristologi dan Ekklesiologi dalam tradisi Kristen.
“On the Life of Moses” (Tentang Kehidupan Musa)
Dalam karya ini, Js. Gregorius dari Nyssa menggunakan kehidupan Nabi Musa sebagai alegori spiritual, menggambarkan perjalanan iman dan pertumbuhan rohani. Meski tidak secara langsung, karya ini memberikan wawasan tentang Kristus sebagai mediator antara Allah dan manusia, sebuah tema yang sangat relevan dalam konteks Kristologi.
“The Great Catechism” (Katekismus Agung)
Karya ini merupakan salah satu penjelasan teologis yang paling mendalam dari Js. Gregorius, menyediakan kerangka kerja untuk pemahaman Kristologi dan Ekklesiologi. Dalam katekismus ini, ia membahas tentang hakikat Kristus, termasuk aspek pengorbanan-Nya dan relevansinya bagi Gereja.
Tempat Pemuatan
Karya-karya Js. Gregorius dari Nyssa umumnya terdapat dalam koleksi besar tulisan-tulisan para Bapa Gereja, seperti “Patrologia Graeca”. Karya-karya itu juga sering kali dimasukkan dalam berbagai antologi teologi dan kumpulan karya Bapa Gereja.
Pendekatan Filosofis dan Teologis
Js. Gregorius dari Nyssa dikenal akan pendekatannya yang unik, menggabungkan pemikiran filosofis dengan teologi. Ini terlihat dalam cara ia mengeksplorasi konsep-konsep seperti hakikat Allah, Kristus, dan Gereja.
Pengaruh pada Doktrin Kristen
Pemikirannya, terutama tentang Kristologi dan Ekklesiologi, telah memberikan kontribusi penting dalam pembentukan doktrin gereja, khususnya dalam mengartikulasikan pemahaman tentang Kristus sebagai pengorbanan tertinggi.
Sumber Inspirasi bagi Pembelajaran Teologi
Karya-karyanya tetap menjadi sumber referensi penting bagi pelajar teologi, pemimpin gereja, dan semua orang yang tertarik dengan pemahaman mendalam tentang doktrin Kristen. Melalui penjelasan dan alegorinya, ia tidak hanya mengajak kita untuk lebih memahami Kristus sebagai pengorbanan tertinggi dan peran Gereja, tetapi juga memberikan wawasan spiritual yang mendalam. Karyanya, yang merupakan gabungan dari teologi dan filsafat, terus membawa dampak penting bagi pemahaman teologi Kristen hingga hari ini.
.
KARYA-KARYA PENTING JS. KYRIL DARI ALEXANDRIA
“On the Unity of Christ” (Tentang Kesatuan Kristus)
Dalam karya ini, Js. Kyril menjelaskan tentang hakikat Kristus, khususnya mengenai kesatuan dua natur dalam satu hypostasis. Ini memberikan landasan bagi pemahaman tentang bagaimana Kristus, sebagai kepala Gereja, secara misterius bersatu dengan Gerejanya.
“Commentary on the Gospel of John” (Komentar atas Injil Yohanes)
Karya ini adalah salah satu penjelasan paling rinci Js. Kyril tentang Injil Yohanes. Di dalamnya, ia banyak mengeksplorasi tema tentang Kristus sebagai Logos dan hubungannya dengan Gereja.
“Five Tomes Against Nestorius” (Lima Buku Tebal Melawan Nestorius)
Karya ini merupakan bagian penting dari kontribusi Js. Kyril dalam debat Kristologis, di mana ia membela pandangan Orthodox tentang Kristus dan menentang ajaran Nestorius.
Tempat Pemuatan
Karya-karya Js. Kyril dari Alexandria dapat ditemukan dalam koleksi “Patrologia Graeca”, dan juga sering kali diterjemahkan dan dimasukkan dalam berbagai antologi teologi dan kumpulan karya-karya Bapa Gereja.
Pendekatan Kristologis
Js. Kyril dari Alexandria dikenal karena pendekatan Kristologisnya yang mendalam, yang fokus pada menghubungkan doktrin tentang Kristus dengan kehidupan dan struktur Gereja.
Pengaruh pada Teologi Kristen
Karya-karyanya, terutama dalam mempertahankan pandangan Orthodox tentang Kristus, memiliki pengaruh besar dalam pengembangan teologi Kristen, terutama dalam hal pemahaman tentang Inkarnasi dan Kesatuan Kristus dengan Gerejanya.
Pentingnya dalam Debat Teologis
Js. Kyril memainkan peran kunci dalam beberapa kontroversi teologis utama di zamannya, termasuk perdebatan dengan Nestorius, yang membantu menentukan arah teologi Kristiani.
Karya Js. Kyril dari Alexandria telah memberikan sumbangan yang tak ternilai bagi teologi Kristen, khususnya dalam memahami hubungan antara Kristus dan Gereja. Melalui penjelasan dan pembelaannya tentang doktrin Orthodox, Js. Kyril tidak hanya mempengaruhi pemikiran teologi pada zamannya tetapi juga terus mempengaruhi pemikiran teologi hingga saat ini. Karya-karyanya tetap menjadi sumber wawasan yang kaya bagi siapa saja yang ingin lebih mendalam memahami misteri Kristus dan Gerejanya.
.
KARYA-KARYA PENTING JS. BASILIUS AGUNG
Js. Basilius Agung, juga dikenal sebagai Js. Basilius dari Kaesarea, merupakan salah satu Bapa Gereja Kapadokia yang paling dihormati dan berpengaruh. Dia terkenal karena ajarannya tentang kasih sosial dan peran aktif gereja dalam masyarakat. Karyanya memberikan pandangan mendalam tentang praktik kasih, terutama dalam konteks pembahasan Surat kepada Ibrani, khususnya pasal 13.
“On Social Justice” (Tentang Keadilan Sosial)
Dalam karya ini, Js. Basilius Agung mengeksplorasi tema keadilan sosial dan bagaimana gereja harus terlibat dalam menangani masalah kemiskinan dan ketidakadilan. Ajarannya dalam karya ini sangat relevan dengan tema kasih dan perhatian terhadap mereka yang kurang beruntung, seperti yang digarisbawahi dalam Ibrani 13.
“The Hexaemeron” (Hexaemeron)
Meski lebih terfokus pada penciptaan, karya ini juga menyinggung tentang tanggung jawab manusia dalam menciptakan dan memelihara komunitas yang adil dan penuh kasih.
“The Long Rules” dan “The Short Rules” (Aturan Panjang dan Aturan Pendek)
Karya ini memberikan panduan tentang kehidupan monastik dan komunal, termasuk bagaimana hidup dalam solidaritas, kasih, dan perhatian terhadap sesama.
Tempat Pemuatan
Karya-karya Js. Basilius Agung seringkali dapat ditemukan dalam koleksi “Patrologia Graeca”. Selain itu, banyak dari tulisannya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dimuat dalam kumpulan karya-karya Bapa Gereja.
Pendekatan Terintegrasi
Js. Basilius Agung mengintegrasikan ajaran teologis dengan praktik sosial, menekankan bahwa iman Kristiani harus diwujudkan dalam tindakan nyata kasih dan pelayanan terhadap sesama.
Pengaruh pada Gereja dan Masyarakat
Ajarannya tentang kasih sosial dan peran gereja dalam masyarakat telah mempengaruhi pemikiran Kristiani tentang pelayanan sosial, keadilan, dan tanggung jawab moral terhadap mereka yang kurang beruntung.
Warisan Abadi
Karya-karyanya, terutama yang berhubungan dengan keadilan sosial, terus mempengaruhi gereja-gereja modern dalam memahami dan mengimplementasikan ajaran sosial Kristiani.
Karya-karya Js. Basilius Agung menggabungkan kedalaman teologi dengan aplikasi praktis, terutama dalam konteks kasih sosial dan peran gereja dalam masyarakat. Melalui ajarannya, dia memberikan pandangan yang berharga dan relevan terhadap bagaimana praktik kasih, seperti yang digarisbawahi dalam Ibrani 13, harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Warisannya tidak hanya terbatas pada zamannya tetapi terus berdampak hingga saat ini, menginspirasi gereja dan individu untuk mewujudkan ajaran Kristus dalam tindakan nyata kasih dan pelayanan.
(Irene W.W, 20 Desember 2023)