Selamat datang di website gereja orthodox indonesia   Click to listen highlighted text! Selamat datang di website gereja orthodox indonesia

MENDIRIKAN “GEREJA RUMAH”

Kitab Kisah Para Rasul dan sejumlah surat Paulus mencatat dan memberi kesaksian kepada kita, tentang bagaimana Gereja Purba yang mengadakan pertemuan ibadah di rumah (Kis. 2:46, 20:7–12, 1Kor. 16:19). Corak ibadah ini yang dapat kita sebut sebagai “Gereja Rumah” adalah bentuk awal dari Gereja Orthodox dan dalam praktiknya, corak seperti ini masih ada dan masih bertahan sampai sekarang. Secara khusus di daerah-daerah yang menjadi misi Gereja Orthodox, dan harus diakui Gereja Rumah itu adalah Alkitabiah! Gereja Rumah ini adalah bentuk mikro atau bentuk terkecil dari Gereja.

Dalam perjalanan waktu, Gereja yang mengadakan liturgi di rumah-rumah juga akhirnya mengalami perkembangan. Setelah Gereja Rumah dan Liturgi Rumah, Gereja mengalami apa yang disebut sebagai Gereja Katakombe dan Liturgi Katakombe, yang dalam terapannya banyak dijumpai di abad ke-2 hingga abad ke-5 Masehi. Dan setelah itu Gereja berkembang menjadi Gereja Katedral dan Liturgi Katedral. Gedung-gedung Gereja sekarang, secara umum banyak mengikuti model Gereja Katedral, sekalipun gedungnya ada yang megah dan ada yang sederhana.

Gereja Orthodox tetap mempertahankan Gereja Rumah ini dalam bentuk adanya altar di rumah, yang dalam bahasa Inggris disebut icon corner (Yun: ikonostasi, Rus: karsny ugol – sudut merah bersinar). Icon corner ini adalah tempat ibadah rumahan yang adalah perpanjangan Gereja Katedral.

Ayah, sebagai kepala keluarga adalah “presbyter” di dalam rumah, dan ibu adalah “diaken” di dalam rumah, sedangkan anak-anaknya adalah umat di dalam “Gereja Rumah”. Sakramen pernikahan di dalam Gereja Orthodox yang dilayankan imam kepada kedua pasangan yang menjadi “presbyter” dan “diaken” adalah bagaikan pentahbisan imam bagi “Gereja Rumah”. Setiap tahun imam memberkati rumah dan keluarga ini pada saat perayaan Epifani, dan ketika imam berdoa di altar rumah ini, bagaikan penahbisan “Gereja Rumah.”

Setiap keluarga Orthodox, menurut uskup Kallistos Ware, dalam menjalankan kehidupan rohaninya, tidak boleh mengabaikan sembahyang-sembahyang harian, sebab tidak ada pemisahan antara Liturgi Ilahi dan sembahyang harian. Demikianlah sembahyang di rumah dengan menghadap icon corner adalah bagaikan Liturgi Ilahi yang diselenggarakan di dalam rumah.

Seorang ayah yang adalah “presbyter Gereja Rumah” dibantu isterinya yang adalah “diaken” memimpin “Liturgi Ilahi” di dalam rumahnya. Antidoron yang diterimakan setelah Liturgi Ilahi di dalam Gereja adalah “ekaristi”-nya. Dengan demikian Gereja Orthodox memahami bahwa “Gereja Rumah” adalah bentuk terkecil atau miniatur dan kepanjangan dari Gereja dalam lingkup yang lebih luas.

Suatu altar rumah, secara umum menghadap ke arah timur, dan di atas altar itu terdapat ikon Kristus (di kanan) dan ikon Theotokos (di kiri). Ikon dalam altar rumah tidak seketat ikon di dalam Gereja. Altar rumah biasanya sering menjadi tempat mengungkapkan “keterampilan” dan “kreativitas” umat, tetapi harus diingat unsur-unsur altar itu tidak boleh dilanggar. Ikon lain boleh ditambahkan di altar rumah, biasanya adalah ikon orang suci yang diemban oleh kepala keluarga, atau jika mungkin, ikon orang suci yang diemban oleh setiap anggota keluarga. Di atas altar itu juga diberikan kandil minyak yang menyala sepanjang waktu (jika tidak memungkinkan karena faktor keamanan karena menggunakan api, terlebih jika anak-anaknya masih kecil, kandil minyak dapat dinyalakan ketika waktu sembahyang saja), serta di atas altar diletakkan salib dan tempat ukupan, serta kitab injil.

Secara umum, setiap keluarga Orthodox biasanya melaksanakan sembahyang pagi dan sembahyang senja. Namun Gereja tetap memperkenankan jika ada keluarga yang ingin melaksanakan sembahyang tujuh waktu. Setiap sembahyang, kepala keluarga sebagai “presbyter” akan menyalakan kandil, membakar arang dan menaruh dupa, sehingga suasana “Liturgi Ilahi” tetap dapat dialami oleh “Gereja Rumah”. Sesekali, kepala keluarga akan memegang tempat ukupan dan mendupai altar, ikon serta keluarganya, sebagaimana imam di dalam Gereja mendupai seisi gedung Gereja: altar, ikon dan jemaat.

Rujukan:

Synekdimos: Doa-doa harian singkat bagi umat Kristen Orthodox, hal. 137–139, Orthodox Center Surabaya, 2020.

Related Posts
Click to listen highlighted text!