Hidup itu adalah suatu gerakan ke depan dan suatu pertumbuhan. Baik itu hidup jasmani maupun rohani, atau kehidupan keselamatan dalam Kristus oleh kuasa Roh Kudus. Landasannya adalah “benih ilahi” (1 Yohanes 3:9) yang telah dikaruniakan ketika kita dilahirkan baru dalam baptisan, oleh iman kepada Kristus. “Benih Ilahi” inilah yang perlu bertumbuh sepenuhnya sampai kedatangan Kristus nanti, di mana kita akan mengambil bagian dalam kodrat ilahi (2 Petrus 1:4), menjadi sama seperti Dia (1 Yohanes 3:2), pada saat Kristus mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuhNya yang mulia (Filipi 3:21).
Dalam bacaan hari ini, umat Kristen Ibrani sedang dalam ambang kemurtadan, dicobai untuk kembali kepada agama lama mereka, meskipun mereka telah lama beriman kepada Kristus (Ibrani 5:12). Pencobaan ini dapat menimpa kita juga, yaitu jika kita tidak mau move on, tidak mau bergerak maju dan lamban bertumbuh (Ibrani 5:11), hanya berputar-putar di tempat, “masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari pernyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.” (Ibrani 5:12).
Secara rohani disebut “anak kecil” dengan sikap rohani yang kekanak-kanakan, tak dapat menerima makanan keras yang adalah bagi orang “dewasa” secara rohani, yaitu mereka yang mempunyai panca indra yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat (Ibrani 5:14). Kedewasaan rohani seseorang bukan diukur dari pandainya mempercakapkan hal-hal yang hanya dimengerti secara intelektual saja (Ibrani 6:1-2).
Ini hanya menimbulkan pertikaian, kesombongan dan sikap kekanak-kanakan, karena melupakan pengolahan hati dan batin yang mengakibatkan mudah tersinggung, mudah marah, mudah menghakimi, mengikuti emosi, merasa benar sendiri, dan segala sifat kekanak-kanakan lainnya. Akibat sikap kekanak-kanakan ini, orang Kristen Ibrani tak dapat bertahan dalam iman, dan berada di ambang murtad yang amat membahayakan keselamatannya (Ibrani 6:4-8).
Ketika menghadapi kesulitan dan tantangan atas imannya, akal dan intelektualnya saja yang diasah, sedangkan batinnya tidak terlatih. Kedewasaan rohani “mempunyai panca indra yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat”, yaitu melatih panca indra rohani dan batin untuk bertumbuh secara susila, moral dan akhlak, dan dimulai dengan menjadi seperti anak kecil.
Sang Kristus mengajarkan kita dalam bacaan Injil hari ini: “Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” (Markus 10:15). Menjadi seperti anak kecil setidaknya memiliki:
1) Rasa ingin tahu yang tinggi, selalu ingin tahu apa kehendak Tuhan yang harus dilakukan;
2) Selalu ingin mengeksplorasi kebenaran iman;
3) Memiliki imajinasi yang tinggi, bagaimana melayani Tuhan lebih baik;
4) Menerima orang lain dengan hati terbuka;
5) Memiliki hati yang tulus dan murni;
6) Suka memberi dengan kemurahan hati;
7) Dengan bebas mengekspresikan kasih kepada orang lain;
8) Selalu bangkit lagi sesudah jatuh;
9) Merasa puas dengan apa pun yang diterima;
10) Memiliki ketergantungan dan mempercayakan diri yang tinggi kepada Allah. Inilah yang harus kita latih terus menerus untuk bertumbuh menjadi dewasa. Amin.
Sumber: Embun Surgawi edisi Januari 2020