Selamat datang di website gereja orthodox indonesia   Click to listen highlighted text! Selamat datang di website gereja orthodox indonesia

PENGANTAR BAGIAN KEDUA KEPADA KITAB PHILOKALIA (Bagian 6)

(Teks-Teks Ajaran Kerohanian dari Gereja Timur):Pilihan Teks-Teks dari Philokalia Yang diberi Catatan dan PenjelasanOleh: Arkhimadrit Romo Daniel Byantoro Ph.D.Dikompilasi dari Catatan :Allyne Smith

Philokalia Teks Kerohanian Kekristenan Timur 1.Pertobatan (bagian 6)Perhatikanlah dirimu sendiri, sehingga tak ada apapun yang bersifat menghancurkan yang dapat memisahkanmu dari kasih Allah. Jagailah hatimu, dan jangan sampai menjadi lesu dan mengatakan :”Bagaimana aku akan menjagainya, karena aku seorang pendosa?” Karena ketika seseorang meninggalkan dosa-dosanya dan kembali kepada Allah, pertobatannya melahrka dia kembali dan memperbaharuinya secara keseluruhan. Js Yesaya Sang Penyendiri I, MENGENAI MENJAGA NOUS, BAG.22Disini Js Yesaya Sang Penyendiri mengekspresikan keyakinan kokoh yang sama, yang dikatakan Rasul Paulus dalam Roma 8:38-39. bahwa sesuatu apapun :”tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah.” Hanya apa yang dituntut itu adalah agar si pendosa itu bertobat dan kembali kepada Allah.Sampai seseorang itu sama sekali diubah oleh pertobatan, adalah bijaksana baginya untuk selalu mengingat dosa-dosanya dengan penuh kesedihan dan mengingat-ingat api yang kekal yang hal-hal itu layak untuk menerimanya secara adil Js Evagrios Sang Penyendiri I, MENGENAI DOA, BAG. 144Ungkapan yang dterjemahkan sebagai “hal-hal itu” dengan tujuan semata-mata agar pembaca tidak dibingungkan, karena bahasa aslinya kata itu berbunyi “mereka”, menunjukkan bahwa bukan orangnya (“seseorang”) tetapi dosa-dosanya (“mereka/hal-hal itu”) itu yang layak untuk menerima hukuman kekal. Teks-teks dari Liturgi Gereja Orthodox mengingatkan kepada orang beriman secara berulang-ulang bahwa meskipun dosa-dosa layak untuk dihukum, tetapi Allah itu adalah kasih serta adalah merupakan sifat Allah untuk berbelas kasihan.Ada suatu dosa yang selalu “mendatangkan maut”: dosa yang untuknya kita tak bertobat. Karena dosa ini bahkan doa-doa seorang kuduspun tidak akan didengarkan Js. Markus Sang Pemati-Raga I, MENGENAI MEREKA YANG BERPIKIR BAHWA MEREKA DIBENARKAN OLEH PERBUATANMEREKA SENDIRI, BAG. 41Disini Js Markus Sang Pemati-Raga mengutip I Yohanes 5:16. Sementara didalam tradisi Roma Katolik mengajarkan bahwa tindakan-tindakan tertentu itu sebagai dosa yang “mematikan” atau “mendatangkan maut” , didalam tradisi Orthodox kita melihat bahwa hanya dosa yang baginya kita tak bertobat itu yang “mendatangkan maut”.Dia yang bertobat dengan benar tidak membayangkan bahwa usahanya sendiri itulah yang membatalkan dosa-dosanya yang terdahulu, tetapi melalui usaha-usahanya dia membuat damainya dengan AllahI, MENGENAI MEREKA YANG BERPIKIR BAHWA MEREKA DIBENARKAN OLEH PERBUATANMEREKA SENDIRI, BAG. 42Js Markus disini menyarankan bahwa keselamatan, sementara itu adalah karya Allah, namun demikian menuntut keikut-sertaan kita. Didalam tradisi Orthodox ini disebut “synergisme”, suatu istilah yang diambil dari pernyataan Alkitabiah dari Rasul Paulus bahwa kita adalah “kawan sekerja “ (“synergoi”) dengan Allah (I Korintus 3:9, Filipi 2:12-13). Setiap jam dalam sehari kita seyogyanya mencatat dan menimbang-nimbang tindakan-tindakan kita dan pada sore hari seyogyanya melakukan apa yang kita dapat untuk membebaskan diri kita dari beban-beban tindakan-tindakan itu melalui sarana pertobatan – jika, memang, kita kehendaki, dengan pertolongan Allah, untuk mengatasi kejahatan. Seyogyanya juga kita memastikan bahwa kita melaksanakan semua tugas-tugas lahiriah kita dengan cara yang sesuai dengan kehendak Allah, di hadirat Allah dan hanya semata-mata untuk Allah saja, sehingga kita tidak secara tanpa pikir dibujuk oleh perangkat-perangkat inderawi kita. JS HESYKHIOS SANG PRESBYTER I, MENGENAI KEBERJAGA-JAGAAN DAN KEKUDUSAN, BAG. 124Sementara doa-doa umat Kristen Orthodox itu tidak menunjukkan keterpusatan yang penuh kengerian dengan dosa, namun doa-doa itu dicirikan dengan pertobatan. Ini tidak dimengerti utamanya sebagai penyesalan atas dosa tetapi justru sebagai “perubahan pikiran” dari si orang yang bersangkutan. (bersambung ke bagian 7)

Related Posts
Click to listen highlighted text!