Hari ini, kita merayakan malam Natal yang penuh kesederhanaan dan kerendahan hati. Banyak hal yang tidak sesuai bagi seorang Raja sedang terjadi. Dia miskin. la dilahirkan dari seorang perempuan yang bahkan belum menikah; ini adalah skandal dalam masyarakat. la dilahirkan di sebuah gua, di palungan, palungan yang dingin karena saat itu musim dingin. Dan para orang Majus datang kepada- Nya, bukan pada hari kelahiran-Nya, ketika mereka berada di rumah. Mereka menyembah seorang lelaki miskin di sebuah rumah kecil yang sederhana. Biasanya ketika putra raja lahir, akan diberitakan di seluruh negeri. Namun di sini hanya beberapa gembala yang mendengar dan bersukacita.
Begitu banyak hal yang merupakan kontradiksi tentang cara dunia memperlakukan rajanya, terjadi pada Tuhan kita. Saya pikir ini semua untuk tujuan kita, untuk menunjukkan kepada kita cara hidup. Tentu saja, Tuhan kita memberi kita teladan hidup, dan Dia menggenapi teladan itu. Itu adalah tujuan penggenapan dari inkarnasi. Kita tidak bisa mengatakan inkarnasi hanya untuk mengampuni dosa. Tapi juga, dan yang lebih penting, agar kita dapat melawan dosa sehingga dosa dapat diusir dari hidup kita. Cara agar hal itu terjadi adalah kita diberi tahu jalannya dan Tuhan menunjukkan dengan teladan-Nya yang pertama yaitu kelahiran-Nya, penuh kesederhanaan, kerendahan hati, mengosongkan diri (kenosis) menjadi hamba (Filipi 2:6-7). Namun kelahiran-Nya diisi oleh kemuliaan Allah seperti yang diumumkan oleh malaikat Gabriel kepada Maria (Lukas 1:32,35) dan penyembahan orang-orang Majus menandakan seperti itu.
Langkah pertama untuk menjadi seperti Kristus adalah mengosongkan diri kita dari segala kecemaran dosa dalam kerendahan hati dan pertobatan. Berdoalah senantiasa meniru doa orang buta dekat Yerikho, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku! (Lukas 18:38). Dengan demikian kita diberi kemampuan untuk mengikuti teladan Yesus. Itulah yang kita rayakan dalam inkarnasi, kelahiran Tuhan kita. Amin!
Sumber: Embun Surgawi edisi Januari 2020