- RASUL KUDUS ARISTOBULUS, SALAH SATU DARI TUJUH PULUH MURID
Aristobulus, lahir di Siprus, adalah saudara dari Rasul Barnabas. Ia mengikuti Rasul Paulus, yang menyebutkannya dalam suratnya kepada orang Roma, dengan pesan, “Salam kepada mereka, yang termasuk isi rumah Aristobulus” (Roma 16:10). Ketika Paulus menunjuk banyak episkop di berbagai belahan dunia, ia menetapkan Aristobulus sebagai episkop untuk orang Inggris. Saat itu, masyarakat di Inggris masih liar, penuh dengan kepercayaan kafir dan berperilaku jahat. Aristobulus mengalami berbagai siksaan, kemalangan, dan kejahatan yang tak terlukiskan dari mereka. Ia dipukuli tanpa ampun, diseret di jalan-jalan, ditertawakan, dan dihina. Namun, akhirnya dengan kekuatan anugerah Allah, ia berhasil. Aristobulus menerangi mereka, membaptis mereka dalam nama Kristus Tuhan, mendirikan gereja-gereja, mengangkat presbiter dan diakon, dan pada akhirnya meninggal dengan damai di sana serta memasuki Kerajaan Allah, yang ia layani dengan setia. Dalam Synaxarion Yunani, Christodulos yang Terhormat juga disebutkan pada hari ini. Dia menjalani kehidupan asketisme di pulau Patmos, di mana dia membangun sebuah biara yang didedikasikan untuk Js. Yohanes Sang Teolog. Ia meninggal pada tahun 1111 M. Banyak mukjizat terjadi pada reliknya.
2. MARTIR SUCI SABINUS
Sabinus adalah orang Siria dari Hermopolis dan seorang pejabat di kota tersebut. Saat terjadi penganiayaan terhadap orang Kristen, dia mundur ke sebuah gunung bersama sejumlah besar orang Kristen lainnya dan mengurung diri di sebuah pondok, di mana dia menghabiskan waktunya untuk berpuasa dan berdoa. Seorang pengemis, yang membawakan makanan untuknya dan kepada siapa Sabinus telah berbuat baik, melaporkannya. Sama seperti Yudas mengkhianati Kristus, orang malang ini mengkhianati orang yang telah berbuat baik kepadanya demi dua keping emas. Sabinus, bersama enam orang lainnya, ditangkap, diborgol oleh para tentara, dan dibawa untuk diadili. Setelah mengalami penderitaan yang besar dan luar biasa, dia dilemparkan ke sungai Nil di mana dia menyerahkan jiwanya kepada Tuhan pada tahun 287 Masehi.
3. PRESBITER MARTIR TROPHIMUS DAN THALLUS
Mereka lahir di Siria dan merupakan saudara kandung. Secara terbuka dan bebas, mereka memberitakan Kristus dan mengecam kebodohan orang Yunani dan Romawi. Hal ini membuat orang-orang pagan yang marah memutuskan untuk melempari mereka dengan batu sampai mati. Namun, ketika mereka mulai melempar batu, batu-batu tersebut malah berbalik dan mengenai penyerang, sedangkan kedua saudara ini tetap tidak terluka. Setelah itu, keduanya disalibkan. Dari salib mereka, kedua saudara itu mengajar dan memberi semangat kepada orang-orang Kristen yang berdiri dengan sedih di sekitar mereka. Setelah mengalami penderitaan yang panjang, mereka menyerahkan jiwa kepada Allah, kepada Siapa mereka tetap setia sampai akhir. Mereka menderita dengan terhormat pada tahun 300 Masehi, di kota Bofor.
RENUNGAN
Jika kita memenuhi hukum Allah dalam pikiran kita, seberapa mudahkah kita memenuhinya dalam perbuatan kita? Artinya, jika kita tidak melanggar hukum Allah dalam pikiran kita, betapa lebih mudahnya kita tidak melanggar hukum Allah dalam perbuatan kita? Atau tetap saja, kalau hati, lidah, tangan dan kaki kita bersama Allah, maka seluruh tubuh kita tidak bisa melawan Allah. Hati, oh hati, persiapkanlah hatimu untuk Allah. Kuduskanlah itu untuk Allah; sembahlah Allah; penuhilah hukum Allah di dalamnya; satukan dengan Allah; dan yang lainnya akan mengikuti dan akan dikendalikan oleh hati. Bukan orang yang memegang jari-jari roda yang mengendalikan roda, tetapi orang yang memegang porosnya. Hati adalah poros dari keberadaan kita. Berbicara tentang perintah Allah, Hesikios yang Terhormat berkata, “Jika kamu memaksakan diri untuk memenuhinya dalam pikiranmu, maka kamu akan jarang merasa perlu memaksakan diri untuk memenuhinya dalam perbuatan.” Artinya, jika engkau mengarahkan hatimu pada Allah, seperti pada poros, maka roda-roda akan dengan mudah dan nyaman mengikuti poros tersebut. Dengan kata lain, seluruh manusia akan mengikuti hatinya sendiri. “Taurat-Mu ada dalam dadaku ” (Mazmur 40:8), kata Daud yang penuh hikmat.
KONTEMPLASI
Untuk merenungkan Tuhan Yesus bagaimana Dia berjalan di bawah salib menuju Golgota:
- Bagaimana Dia dengan tenang dan sabar memanggul salib-Nya;
- Bagaimana salib itu diambil dari-Nya dan diberikan kepada Simon dari Kirene; bagaimana Simon memanggul salib itu mengikuti Kristus;
- Bagaimana Dia memandang para wanita Yerusalem yang menangis, dan berkata kepada mereka: “Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!” (Lukas 23:28), dengan ini Ia menyatakan kemenangan-Nya dan kekalahan dari para pembunuh-Nya.
HOMILI
-Tentang memilih penghinaan karena iman kepada Kristus sebagai kekayaan yang berharga-, “Karena iman maka Musa menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah” (Ibrani 11:24-26). Musa tidak ingin tinggal di istana Firaun atau disebut sebagai anak angkat Firaun. Dengan keinginan yang lebih besar, “ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa” (Ibrani 11:25). Betapa berbedanya Musa dari nenek moyangnya [Orang-orang Yahudi], yang karena alasan-alasan firaunis, menghukum Raja Kemuliaan sampai mati! Mereka semua lebih memilih hidup setahun lagi di istana Firaun yang sudah lapuk daripada harus berjalan bersama Allah selama empat puluh tahun di padang gurun. Namun, Musa meninggalkan segala penghormatan, kekayaan, dan hal-hal sia-sia yang hanya bisa diberikan oleh kemewahan Mesir. Berbekal perintah dari Allah, Musa berangkat menembus padang gurun yang tandus dan kering, dengan kepercayaan penuh bahwa di ujung perjalanan, Tanah Yang Dijanjikan menanti. Semua ini juga berarti memandang “penghinaan karena Yang Diurapi [Kristus]” sebagai hal yang lebih berharga dari pada seluruh harta Mesir. “Penghinaan karena Kristus” merupakan hal yang membuat orang-orang di dunia ini, yang tenggelam dalam bau busuk bumi, merasa malu akan Kristus. Itu adalah kemiskinan Kristus di bumi, puasa-Nya, keberjagaan-Nya, doa-Nya, pengembaraan-Nya tanpa atap di atas kepala, penghukuman-Nya, penghinaan-Nya, dan kematian-Nya yang memalukan. “Penghinaan karena Kristus” ini dihargai oleh para rasul, dan setelah mereka, oleh banyak janasuci, yang menganggap ini lebih berharga dari semua kekayaan di seluruh dunia. Setelah mengalami kehinaan tersebut, Tuhan bangkit dan membuka pintu surga serta menyingkapkan Tanah Terjanji, yaitu Surga, tempat Dia membimbing umat manusia melalui jalan kehinaan-Nya atau padang gurun penderitaan-Nya. Ya Tuhan, yang dimuliakan dan bangkit, bantulah kami agar kami dapat dengan teguh memandang setiap tetes keringat dan darah-Mu sebagai harta yang lebih besar dari semua kekayaan dunia. Bagi-Mu, kemuliaan dan syukur selalu. Amin.
Sumber : The Prolog of Ohrid oleh Js. Nikolai Velimirovich dari Ohrid dan Zhicha
Diterjemahkan oleh : Irene W.W (26 Maret 2024)