Selamat datang di website gereja orthodox indonesia   Click to listen highlighted text! Selamat datang di website gereja orthodox indonesia
,

Seri Prolog Ohrid 19 Maret Kalender Julian

  1. MARTIR SUCI KRISANTUS DAN DARIA SERTA YANG BERSAMA MEREKA

Krisantus adalah putra tunggal Polemius, seorang bangsawan terkemuka, yang pindah ke Roma dari Alexandria. Sebagai anak dari orang tua yang kaya, Krisantus mempelajari semua mata pelajaran sekuler, dengan guru-guru yang sangat terpelajar. Namun, kebijaksanaan sekuler membuatnya bingung dan meninggalkannya dalam ketidakpastian tentang apa itu kebenaran. Akibatnya, ia merasa sedih. Namun, Allah, yang merencanakan segala sesuatu, meredakan kesedihannya. Sebuah salinan tertulis dari Injil dan Kisah Para Rasul jatuh ke tangan Krisantus muda. Setelah membacanya, Krisantus menjadi tercerahkan dengan kebenaran, dan ia mencari guru yang akhirnya ia temukan dalam pribadi seorang presbiter, Karpoforus, yang mengajari dan membaptisnya. Ini tidak membuat ayahnya senang, ia mencoba berbagai cara untuk menghalanginya percaya kepada Kristus. Ketika itu gagal, ayah yang keji itu mencoba menggoda Krisantus dengan seorang wanita tak bermoral. Namun, Krisantus mampu mengalahkan godaan itu dan tetap menjaga kesucian. Akhirnya, ayahnya memaksanya menikah dengan Daria, seorang gadis penganut pagan. Krisantus menasihati Daria untuk beriman kepada Kristus dan hidup bersama sebagai saudara, meski mereka berpura-pura sebagai suami istri. Setelah kematian ayahnya, Krisantus mulai terbuka mengakui kepercayaannya kepada Kristus dan menjalani hidup sebagai seorang Kristen, begitu pula dengan semua orang di rumahnya. Pada masa kekuasaan Kaisar Numerianus, Krisantus dan Daria mengalami siksaan kejam karena iman mereka. Claudius, algojo yang menyaksikan kesabaran mereka sebagai martir yang mulia dan mukjizat yang muncul selama penderitaan mereka, menyebabkan ia dan seluruh keluarganya pun beralih ke iman Kristus. Akibat tindakannya itu, Claudius dibunuh dengan cara ditenggelamkan. Kedua anaknya dipenggal kepalanya. Istrinya, setelah berdoa, meninggal di tiang gantungan. Daria tetap tegar dalam siksaannya, membuat orang-orang pagan berteriak, “Daria adalah dewi!” Pada akhirnya, diputuskan untuk mengubur Krisantus dan Daria di dalam lubang yang dalam dan menimbun mereka dengan batu-batu. Di kemudian hari, sebuah gereja dibangun di atas situs tersebut. Di dekat lubang itu ada sebuah gua di mana beberapa orang Kristen berkumpul untuk berdoa dan melakukan Perjamuan Kudus untuk mengenang Janasuci Krisantus dan Daria. Ketika mendengar ini, orang-orang pagan menggempur dan menyegel gua itu. Dengan cara kematian seperti itu, orang-orang pagan memindahkan para Kristen ini dari dunia fana ke dunia yang lebih baik di mana Kristus memerintah selamanya. Martir-martir agung ini, termasuk Krisantus dan Daria serta rekan-rekan mereka seperti Diodorus sang presbiter dan Marianus sang diakon, bertahan dalam penderitaan demi Kristus di Roma pada tahun 284 Masehi.

2. MARTIR SUCI PANKARIUS

Pankarius lahir di Villach, Jerman [sekarang Austria], merupakan seorang pejabat tinggi di istana Diokletianus dan Maximianus. Semula ia menyangkal Kristus, namun berkat nasihat dari ibu dan saudarinya, ia kembali pada iman Kristiani dan meninggal sebagai martir karena iman itu pada tahun 302 Masehi.

RENUNGAN

“Kasih karunia [Allah] yang menghidupkan kita kembali dan yang kemudian kita khianati itu lebih agung daripada kasih karunia yang Dia limpahkan kepada kita sebelum memberi kita kehidupan; saat kita belum ada. Kemuliaan bagi-Mu, ya Allah, atas kasih karunia-Mu yang tak terhingga!” Inilah kata-kata Janasuci Ishak dari Siria. Ia mengungkapkan bahwa kasih karunia Allah yang lebih besar ditunjukkan kepada kita ketika, melalui Kristus, Ia menyelamatkan kita dari kerusakan akibat dosa dan maut daripada saat Dia menciptakan kita dari ketiadaan. Sesungguhnya, hal ini adalah benar. Bahkan orang tua di dunia ini menunjukkan belas kasihan yang lebih besar kepada anak yang telah berbuat salah dan terjatuh ketika mereka kembali menyambutnya, memaafkannya atas segala kesalahan, mendidiknya menjadi beradab, membersihkan, menyembuhkan, dan mengembalikan statusnya sebagai pewaris daripada saat mereka melahirkannya. Saat Pankarius yang masih muda dan dikelilingi oleh kehormatan kerajaan menyangkal Kristus, ibunya mengirimkan surat yang penuh dengan rasa sakit dan duka. “Jangan takut kepada manusia,” tulis ibunya, “yang lebih penting adalah takut akan penghakiman Allah.” Seharusnya kamu mengakui imanmu kepada Kristus di hadapan kaisar dan para bangsawan, bukan menyangkal-Nya. Ingatlah firman-Nya: “Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 10:33). Merasa malu atas dirinya sendiri, anak itu menerima nasihat ibunya, mengaku imannya pada Kristus di hadapan kaisar, dan mati sebagai martir bagi Kristus untuk hidup bersama-Nya selamanya. Demikianlah ibu Pankarius yang diberkati itu memberikan kehidupan baru bagi anaknya, suatu kelahiran rohani yang lebih penting dari kelahiran fisik yang pertama.

KONTEMPLASI

Untuk merenungkan Tuhan Yesus di kayu salib:

  1. Bagaimana Dia menderita dalam kesakitan di kayu salib;
  2. Bagaimana Dia diberi cuka dan empedu untuk diminum ketika Dia mengatakan bahwa Dia haus;
  3. Bagaimana orang-orang di bawah salib, yang kehilangan rasa empati karena egoisme, tidak memedulikan-Nya dan malah memperebutkan jubah-Nya.

HOMILI

Mengenai tanda Anak Manusia: “Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit” (Matius 24:30). Tanda apakah tanda Anak Manusia itu, yang pernah ditunjukkan secara singkat? Itu adalah salib, yang lebih terang dari matahari, yang muncul di atas Yerusalem sebelum kedatangan sosok yang melambangkan Antikristus lebih awal, bernama Yulianus si Murtad. Daripada membahas homili tentang tanda ajaib ini, lebih baik mengutip surat Janasuci Sirilus dari Yerusalem yang ditulis kepada Kaisar Konstatius, putra Konstantinus Agung dan pendahulu Yulianus si Murtad. Sebagian dari suratnya berbunyi, “Pada hari-hari penting perayaan Pentakosta, di awal Mei, sekitar pukul tiga, sebuah salib raksasa yang terbentuk dari cahaya muncul di langit di atas Golgota yang suci, membentang hingga ke Gunung Zaitun yang suci. Salib itu tidak hanya dilihat oleh satu atau dua orang, tapi sangat jelas terpampang di hadapan seluruh penduduk kota. Salib itu tidak, seperti yang mungkin beberapa orang duga, lenyap dengan segera seperti hal yang dibayangkan, tetapi terlihat di angkasa selama beberapa jam, memancarkan cahaya yang lebih menyilaukan daripada sinar matahari.” Tentu saja, fenomena tersebut akan diatasi dan disembunyikan oleh mereka, jika tidak menunjukkan pada mereka yang menyaksikannya kilau yang lebih kuat daripada matahari, yang membuat seluruh penduduk kota secara serempak beramai-ramai memadati Martyry, [gereja], dipenuhi rasa takut yang berbaur dengan kegembiraan akan pemandangan surgawi tersebut. Mereka berduyun-duyun, tua dan muda, laki-laki dan perempuan dari segala usia, tidak hanya orang Kristen tetapi juga penganut pagan dari tempat lain yang tinggal sementara di Yerusalem, secara bersama-sama seakan dengan satu suara menyanyikan puji-pujian kepada pembuat keajaiban, Kristus Yesus Tuhan kita, Anak Tunggal Allah, yang memang dibuktikan melalui pengalaman, menjadi sadar bahwa ajaran Kristen yang mulia (saleh) tidak hanya terdapat dalam “kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh” (1 Korintus 2:4), dan tidak hanya diwartakan oleh manusia tetapi juga disaksikan oleh Allah dari Surga. “Yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan” (Ibrani 2:3-4). Kami merasa terpanggil untuk tidak menyimpan diam tentang visi Surgawi ini, tetapi melalui surat ini, bergegas memberitahu engkau yang dimuliakan Allah dan yang Saleh.” Oh saudaraku, segala sesuatu mungkin bagi Allah: baik untuk menyingkapkan yang diciptakan kepada manusia maupun menciptakan yang tidak diciptakan. Namun yang paling penting bagi kita adalah bahwa Dia ingin menebus jiwa kita dari dosa dan maut serta memberikan kita kehidupan yang kekal. Mari kita berdoa kepada-Nya untuk hal ini siang dan malam. Bagi-Mu, kemuliaan dan syukur selalu. Amin.

Sumber : The Prolog of Ohrid oleh Js. Nikolai Velimirovich dari Ohrid dan Zhicha

 Diterjemahkan oleh : Irene W.W (27 Maret 2024)

Related Posts
Click to listen highlighted text!