Selamat datang di website gereja orthodox indonesia   Click to listen highlighted text! Selamat datang di website gereja orthodox indonesia
,

Seri Prolog Ohrid 22 Maret Kalender Julian

  1. PRESBITER MARTIR BASILIUS, PRESBITER DARI ANKIRA

Di bawah Kaisar Konstantius, Basilius mengalami banyak penderitaan dari kaum Arian. Saat itu, ia dikenal sebagai pejuang Orthodoxy yang gigih dan gembala sejati bagi umatnya yang dipercayakan kepadanya di Ankira. Ketika Yulianus si Murtad naik takhta, ia mulai menganiaya orang Kristen. Karena Basilius secara terbuka membongkar kedok kejahatan terbaru ini dan menguatkan umatnya dalam Iman, dia dijebloskan ke dalam penjara. Ketika Kaisar Yulianus datang ke Ankira, Basilius dibawa ke hadapannya dan kaisar mencoba membujuknya untuk meninggalkan imannya kepada Kristus, dengan janji akan memberinya kehormatan dan kekayaan. Basilius menjawab kaisar, “Aku percaya kepada Kristusku, yang telah kamu ingkari dan yang telah memberikan kepadamu kerajaan duniawi ini; namun kerajaan itu akan segera diambil darimu. Apakah kamu tidak malu dengan altar suci yang telah melindungimu ketika ada yang mencoba membunuhmu di usia delapan tahun? Itulah sebabnya kerajaan sementara ini akan segera diambil darimu dan tubuhmu tidak akan dikuburkan ketika jiwamu direnggut dengan kejam darimu dalam kesakitan yang pahit.” Yulianus menjadi marah dan memerintahkan agar tujuh lapis kulitnya dikupas setiap hari. Para penyiksa melakukannya selama beberapa hari. Ketika Basilius muncul lagi di hadapan kaisar, ia melemparkan ikat pinggang dari kulitnya sendiri ke wajah Yulianus dan berteriak kepadanya, “Ambillah, Yulianus, dan makanlah jika makanan seperti ini manis bagimu, tetapi bagiku, Kristus adalah Kehidupan.” Insiden itu diberitakan di seluruh kota, dan kaisar, karena malu, diam-diam berangkat dari Ankira ke Antiokhia. Mereka terus menyiksa Basilius dengan besi panas yang merah menyala sampai dia menyerahkan jiwanya kepada Tuhan, yang untuk Siapa ia menderita, pada tahun 363 M.

2. JANASUCI DROSIDA

Drosida adalah putri Kaisar Trajan. Dia ditangkap bersama lima wanita lain di malam hari saat mereka sedang mengumpulkan jasad para martir yang disiksa demi Kristus. Karena hal ini, kaisar menghukumnya dengan siksaan yang mengerikan. Kelima wanita itu disiksa secara brutal dan akhirnya dilemparkan ke dalam sebuah tong berisi tembaga cair, di mana mereka menyerahkan jiwa mereka kepada Tuhan. Drosida tetap di bawah pengawasan ketat kaisar. Dia melarikan diri dari istana dan membaptis dirinya sendiri di sebuah sungai. Setelah delapan hari dia menyerahkan jiwanya kepada Tuhan.

3. MARTIR EUTHYMIUS YANG TERHORMAT

Euthymius lahir di desa Dimitsana di Peloponnesus. Semasa kecil, Euthymius hidup sebagai seorang Kristen, tetapi kemudian, dia pergi ke Rumania di mana dia menyerahkan dirinya pada kehidupan yang penuh dengan kemaksiatan. Dalam kemaksiatan tersebut, roh jahat menuntunnya menjadi seorang Muslim. Segera setelah itu, Euthymius mulai menyesali perbuatannya dengan sangat. Dia kembali ke Iman Kristus dan ditahbiskan menjadi biarawan di Athos, Gunung Suci. Setelah menghabiskan beberapa tahun dalam puasa dan doa yang ketat, ia memutuskan untuk mati demi Kristus. Dengan berkat dari bapa rohaninya, ia berangkat ke Konstantinopel dan berhasil sampai ke hadapan Vezir Agung (merujuk pada jabatan tinggi dalam pemerintahan Ottoman, setara dengan perdana menteri di masa sekarang). Euthymius mulai membuat tanda salib, memuji Kristus, dan menghina Muhammad di hadapan Vezir. Setelah penyiksaan yang berkepanjangan, dia dijatuhi hukuman mati dan dipenggal pada Minggu Palma, 22 Maret 1814 Masehi. Banyak mukjizat penyembuhan terhadap orang sakit terjadi melalui reliknya. Kepala yang dihormati tersebut disimpan di Biara Rusia Janasuci Panteteimom [Pantaleon] di Gunung Suci. Dan begitulah, pemuda berusia dua puluh tahun ini, pada mulanya, mati dari Kristus, dan setelah itu mati bagi Kristus. (“Mati dari Kristus” berarti meninggalkan kekristenan, seperti Euthymius yang beralih menjadi Muslim. “Mati bagi Kristus” berarti mengorbankan hidup karena iman kepada Kristus, seperti Euthymius yang akhirnya mati sebagai martir Kristen).

RENUNGAN

Bahkan dalam penderitaan-Nya di kayu salib, Tuhan Yesus tidak menghukum para pendosa, melainkan memohon pengampunan kepada Bapa-Nya atas dosa mereka, seraya berkata, “Mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34). Marilah kita tidak menghakimi siapa pun agar kita tidak dihakimi. Sebab tidak ada orang yang bisa yakin bahwa sebelum dia meninggal, dia tidak akan melakukan dosa yang sama yang seringkali dia gunakan untuk menyalahkan atau menghakimi orang lain. Janasuci Anastasius dari Sinai mengajarkan, “Bahkan jika kamu melihat seseorang berdosa, jangan menghakimi dia karena kamu tidak tahu seperti apa akhir hidupnya nanti. Pencuri, yang disalibkan bersama Kristus, masuk surga dan Rasul Yudas pergi ke Neraka. Sekalipun kamu melihat seseorang berbuat dosa, ingatlah bahwa kamu tidak mengetahui perbuatan baiknya. Sebab banyak orang yang berbuat dosa secara terang-terangan dan diam-diam bertobat; kita melihat dosa-dosanya, tetapi kita tidak mengetahui pertobatannya. Oleh karena itu, saudara-saudara, marilah kita jangan menghakimi siapa pun agar kita tidak dihakimi.”

KONTEMPLASI

Merenungkan Yesus Kristus yang disalibkan:

  1. Betapa tak terhingga dukacita-Nya bagi umat manusia yang dibutakan oleh dosa;
  2. Bagaimana pemikiran-Nya saat di salib lebih diarahkan kepada Bapa Surgawi-Nya daripada diri-Nya sendiri;
  3. Bagaimana kepedulian-Nya saat di salib lebih ditujukan pada umat manusia dibandingkan pada diri-Nya sendiri;
  4. Bagaimana di kayu salib Dia yakin akan Kemenangan dan Kebangkitan-Nya.

HOMILI

-Tentang keagungan Kristus Sang Pemenang- “Kepala dan rambut-Nya putih seperti bulu domba, seputih salju; dan mata-Nya seperti nyala api.” (Wahyu 1:14 AYT). Demikianlah Yohanes Sang Teolog (yang memandang Allah) melihat Yesus setelah kebangkitan dan kemenangan-Nya. Ia melihat-Nya sebagai Anak Manusia, mengenakan jubah panjang, dengan ikat pinggang emas, dengan tujuh bintang di tangan kanan-Nya, dan wajah-Nya “bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik.” (Wahyu 1:16). Dengan kekuatan dan kemuliaan seperti inilah Dia menampakkan diri, yang pada saat di salib tidak bercahaya dan yang tampak sebagai anak manusia yang paling lemah di mata semua orang yang lewat. Mengapa rambut-Nya seperti bulu domba putih dan seputih salju? Bukankah Tuhan kita baru berusia tiga puluh empat tahun ketika mereka membunuh-Nya? Lalu dari manakah rambut putihnya? Bukankah rambut putih menandakan usia lanjut? Memang benar bahwa rambut putih menandakan usia lanjut bagi manusia fana, namun bagi Kristus dalam Kemuliaan, hal itu menunjukkan lebih dari sekadar usia lanjut; itu menunjukkan keabadian. Usia muda yang kekal! Usia lanjut adalah masa lalu dan kemudaan adalah masa depan. Namun, bukankah Dia adalah keduanya? Melewati seluruh masa lalu dan masa yang akan datang, bahkan melintasi waktu itu sendiri, Kristus adalah kekekalan yang melampaui waktu. Mengapa mata-Nya seperti nyala api? Karena Dia Maha Melihat. Segala sesuatu dapat disembunyikan dari matahari, tetapi apa yang ada di langit, di bumi, atau di bawah bumi, tidak ada sesuatu pun yang dapat disembunyikan dari penglihatan-Nya. Dia mengerti setiap detail dari susunan alam; Dia mengenal setiap atom di dalam batu, setiap tetes air di lautan, setiap partikel udara, serta semua pikiran dan keinginan setiap jiwa yang diciptakan. Dialah Yang Maha Esa, tidak ada yang lain; Dia yang karena belas kasihan kepada umat manusia datang ke bumi, mengenakan tubuh fana dan penuh penderitaan, diolok-olok, ditertawakan, dan diludahi oleh manusia berdosa. Dialah Yang Sama, tidak ada yang lain, yang tanpa cahaya, digantung di salib di antara para pencuri, dan sebagai manusia mati, ditempatkan dalam kubur oleh Yusuf dan Nikodemus. Oh saudara-saudaraku, sungguh luar biasa memikirkan betapa agung dan mulianya Tamu yang pernah mengunjungi bumi ini! Lebih mengagumkan lagi memikirkan kepada siapa manusia-manusia yang hilang akal itu mengacungkan tangan mereka! Oh Tuhan Yang Maha Mulia, ampuni dosa-dosa kami dan ingatlah kami semua dalam Kekuasaan dan Kemuliaan-Mu. Bagi-Mu, kemuliaan dan syukur selalu. Amin.

Sumber : The Prolog of Ohrid oleh Js. Nikolai Velimirovich dari Ohrid dan Zhicha

 Diterjemahkan oleh : Irene W.W (30 Maret 2024)

Related Posts
Click to listen highlighted text!