
Di Gereja Orthodox terdapat dua cara sujud : Metania dan Proskynesis
ini adalah ekspresi tradisional yang hanya ada di Gereja Timur saja.
Metania adalah sujud kecil dimulai dengan tanda salib dengan khusyuk lalu membungkukkan badan kita seraya menyentuhkan tangan kanan kita ke lantai/tanah, hal ini untuk menunjukan dan mengingatkan diri kita bahwa kita berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah, dan Sang Tritunggal Mahakudus menjadi satu-satunya pengharapan kita akan keselamatan.
Proskinisis adalah sebuah Metania yang dilanjutkan dengan sujud penuh, dilakukan dengan cara pertama membuat tanda salib dengan khusyuk lalu berlutut dan membungkukkan kepala ke depan sampai menyentuh tanah. Di dalam tradisi Gn Athos yang di ajarkan oleh Santo Paisios, sewaktu berlutut tangan dikepalkan ke tanah sebelum membungkuk dan menyentuhkan kepala ke tanah.
Kedua ekspresi tubuh ini selalu didahului dengan membuat Tanda Salib yang baik dan penuh hormat.
Mengapa kita melakukan ini, sebagaimana mulut kita mengucapkan doa, pikiran kita terpusat kepada doa, tubuh kita secara holistik (interkoneksi secara menyeluruh) juga menyatakan doa tersebut. Sebagaimana Kristus menjadi daging menjadi manusia, menjadi materi, material itu juga ikut disucikan dikonsekrasikan kepada Allah, sehingga materi dapat digunakan dan diekspresikan di dalam kekudusan, seraya menyatakan Allah sebagai pemilik dan penebus dari materi itu sendiri, oleh karena inilah Gereja Orthodox meng-konsekrasi seluruh Indra manusia ketika manusia tsb masuk di dalam persekutuan Ilahi, imam mengkrismakan kepala, Mata, Telinga, Hidung, mulut, hati (dada) tangan serta kaki. Dan di dalam ibadat Liturgi Ekaristi contohnya, seluruh tubuh kita pun berpartisipasi: mata melihat ikon dan jalannya liturgi, kepala kita berfokus kan kepada Allah dan Firman-Nya, telinga kita mendengar, hidung kita mencium harumnya Dupa sebagai lambang keharuman surgawi, mulut kita mengecap Sakramen Ekaristi Tubuh dan Darah Kristus, tangan kita menengadah berdoa atau membuat tanda Salib kemenangan Sang Juruselamat, kaki kita berjalan datang mendekat di dalam iman, rasa takut akan Allah, dengan penuh kasih menyambut komuni. Jadi aspek fisikal adalah aspek yang tidak dikesampingkan di dalam keselamatan serta penebusan dan hal ini diekspresikan di dalam ibadat kita.
Lalu kapan kita bersujud baik Metania atau Proskinisis, kapan diperbolehkan kapan dilarang dan pada saat apa saja kita harus melakukannya?
Harus dimengerti bahwa keduanya walaupun adalah ekspresi doa tetapi lebih lagi adalah Ekspresi Pertobatan, Ekspresi ketidak berdayaan manusia serta penyerahan ketidak berdayaan tadi kepada Allah. Metania dan Proskinisis berhubungan erat dengan Doa Puja Yesus: “Tuhan Yesus Kristus Anak Allah Kasihanilah aku orang berdosa”
Doa puja Yesus dapat dilakukan di dalam keheningan dan konsentrasi doa pribadi, ada juga yang melakukannya sembari bekerja.
Jika di dalam doa pribadi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
1. Doa dilakukan dengan diam, tubuh tidak melakukan apapun hanya mulut saja yang mengucapkan Doa Puja Yesus
2. Doa dilakukan dengan Metania, dengan tanda salib serta membungkuk, menyentuhkan tangan ke lantai sembari mengucapkan Doa Puja Yesus dan mengulangnya kembali lagi gerakan Metania tadi lagi sembari mengucapkan Doa Puja Yesus, terus berulang-ulang.
3. Doa dilakukan dengan Proskinisis, dengan membuat tanda salib, berlutut dan mensujudkan kepala kita ke tanah sembari mengucapkan Doa Puja Yesus, dan mengulangi gerakan Proskinisis ini kembali sembari kembali mengucapkan Doa Puja Yesus.
Di dalam kesalehan Orthodox Metania juga dilakukan setiap kali menghormati Ikon dengan melalukan Metania dua kali, lalu mencium ikon dan mengakhirnya dengan melakukan Metania kembali.
Umat melakukan Proskinisis ketika menghormati Salib dan Epithapios Kristus di pesta pesta hari peringatan Salib dan Kesengsaraan Kristus walaupun hari tersebut adalah hari minggu.
Umat juga melakukan Proskinisis ketika menghormati Relikwi Suci.
Mengapa kita melakukan Proskinisis dalam menghormati Relikwi dari para Orang Kudus?
Mereka, Para Orang Kudus adalah teladan bagi kita dimana melalui mereka kita melihat dengan gamblang tanpa ditutup tutupi bagaimana Allah menyatakan Kasih Karunia Roh Kudus dan Mujizat Anugerah melalui mereka. Mereka adalah contoh Bait Allah yang sejati, dimana lewat hidup, perkataan, tingkah laku dan tabiat mereka kita melihat dan mengetahui akan kehadiran Allah yang sejati. Roh Kudus nyata tinggal di dalam mereka semasa hidupnya. Roh Allah tidak lah meninggalkan mereka hanya karena mereka sudah meninggal dunia, Allah adalah Allah yang Setia dan tidak pernah meninggalkan para KudusNya. Oleh karena itu kita bisa melihat dan mengerti mengapa tubuh mereka, barang2 yang mereka pakai kadang menujukan Kasih Karunia itu sendiri. Inipun ada didalam Kitab Suci. Kisah Para Rasul 19:12 : “orang membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat” … bahkan bayangan merekapun meneteskan karunia Mujizat Roh Kudus Kisah Para Rasul 5:15 : “bahkan mereka membawa orang-orang sakit ke luar, ke jalan raya, dan membaringkannya di atas balai-balai dan tilam, supaya, apabila Petrus lewat, setidak-tidaknya bayangannya mengenai salah seorang dari mereka”… Umat melakukan Proskinisis kepada Relikwi Suci bukan hanya sekedar menghormati Orang Kudus itu, tetapi lebih lagi Kita Sujud Menyembah Roh Kudus yang tetap hadir setiap di Relikwi Suci Tubuh Jasmani dari Orang Kudus itu sendiri.
Di dalam Ibadat Suci Proskinisis dilakukan pada saat Epiklesis (Permohonan agar Roh Kudus Turun dan Hadir) ini ada di dalam Sakramen Sakramen. Sakramen Peminyakan Suci, imam berepiklesis memohon agar Roh Kudus turun atas minyak ketika hal ini dilakukan maka umat pun ber Proskinisis, bersujud . Sakramen Imamat. Uskup berepiklesis memohon agar Roh Kudus turun dan mengubah seorang pemuda awam menjadi Diakon, menaikan derajat seorang Diakon menjadi imam dan mengkonsenkrasikan seorang imam menjadi Uskup.
Dan Epiklesis yang paling utama adalah Epiklesis Ekaristi, permohonan agar Roh Kudus turun dan mengubah roti dan anggur secara mistika menjadi Tubuh dan Darah Tuhan Yesus sendiri. Di saat inilah Proskinisis HARUS dilakukan. Dalam hukum kanon dan kebiasaan liturgis, Proskinisis pada Epiklesis Ekaristi ada catatan tambahannya. Proskinisis Tidak dilakukan pada Hari Minggu dikarenakan Hari Minggu adalah Hari Kebangkitan, Hari Sukacita, Paskah Kecil sedangkan Proskinisis adalah Ekspresi Pertobatan atau Penyesalan (Penitensial) jadi oleh karena itu Proskinisis ditiadakan. Di hari biasa (Senin-Jumat) Proskinisis HARUS dilakukan pada saat Epiklesis. Dalam beberapa Tradisi terutama Tradisi Slavik/Russia, pada hari minggu mereka biasanya masih melalukan Proskinisis tetapi hanya secara cepat (3kali) pada saat Imam meminta Roh Kudus mengubah Roti dan dan Anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus, ketika Umat menjawab “Amin” maka Umat Bersujud, Umat menjawab “Amin” yang kedua maka Umat bersujud lagi, dan pada yang terakhir ketika Umat menjawab “Amin, Amin, Amin” maka Umat akan bersujud lagi untuk kali yang ketiga dan terakhir”
Proskinisis TIDAK BOLEH DILAKUKAN mulai dari Hari Paskah sampai Pentakosta.
Proskinisis kerap dan hampir setiap hari dilakukan pada masa Triodion, Pra Paskah, dan Pekan Kudus, terutama pada pembacaan Doa St. Ephraim dari Syria.
Sebaiknya sebelum dan sesudah menerima Komuni tidak melalukan apapun juga, tidak mencium ikon, metania, buat tanda salib dll (terutama setelah menerima komuni), supaya tidak menganggu antrian Komuni, juga gerakan gerakan tubuh bisa mungkin menyenggol cawan atau analogion atau benda2 sekitar Solea (Solea itu daerah tepat di depan Gerbang Kudus tempat orang menerima Komuni, kadang ada analogion ikon dll, imam ada disitu dengan cawan, lebih baik datang, cepat menerima dan kembali ke tempat semula). Yang dilakukan oleh umat hanya berbaris dengan rapih dengan kedua tangan menyilang didada, telapak kiri di pundak kanan, tangan kanan di pundak kiri. Ini supaya praktis dalam melayankan Komuni ke umat. Setelah menerima komuni, umat tidak boleh mencium ikon, dan harus segera memakan Antidoron supaya partikel2 ekaristi tidak ada yang bersisa di mulut atau tenggorokan kita. Di beberapa tradisi, di samping anti doron juga ada gelas berisikan air dicampur sedikit anggur untuk diminum, kalau di tradisi Gn. Athos terdapat dispenser air suci untuk diminum.
Sumber : Komunitas Orthodox Js.Romanos Sang Pengidung Purwokerto