,

Terang Hari Ini : Jumat, 28/15 Maret 2025

Bacaan: Kejadian 12:1-7
“Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: ‘Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.’” (Kejadian 12:1)


MELANGKAH DALAM IMAN KETIKA TUHAN MEMANGGIL
Kejadian 12:1-7 menandai awal perjalanan iman Abraham (saat itu masih Abram). Tuhan memanggilnya keluar dari Ur Kasdim dan memintanya meninggalkan segala sesuatu yang dikenalinya: tanah kelahirannya, keluarganya, serta keamanannya. Ini merupakan panggilan yang menuntut kepercayaan total kepada Allah.
Abram tidak diberi peta atau rincian tentang negeri yang dijanjikan; ia hanya diperintahkan untuk pergi dan percaya bahwa Tuhan akan menunjukkan jalan.

Js. Yohanes Krisostomos menekankan bahwa Abraham adalah teladan iman yang sejati:
“Ia meninggalkan segalanya, tanah air, rumah, sanak saudara, dan pergi hanya dengan janji. Inilah bukti iman yang sempurna, percaya bahkan sebelum melihat.” (Homilies on Genesis, 33.4)
Sering kali, kita ingin kepastian sebelum melangkah, tetapi iman sejati justru bertumpu pada janji Allah, bukan pada apa yang terlihat.

Tuhan tidak hanya memerintahkan Abram untuk pergi, tetapi juga memberinya janji besar: keturunan yang akan menjadi bangsa besar, nama yang termasyhur, dan berkat bagi semua bangsa (Kej. 12:2-3). Ketaatan kepada Allah bukan hanya membawa berkat bagi kita sendiri, tetapi juga bagi banyak orang di sekitar kita. Tentang hal ini, Js. Gregorius dari Nyssa menyatakan:
“Abraham menjadi bapa bagi banyak bangsa bukan karena kekuatannya sendiri, tetapi karena ia belajar untuk percaya kepada Allah yang mampu melakukan segala sesuatu.” (On the Life of Moses, 2.8)

Ketika kita menaati Tuhan, kita mungkin tidak langsung melihat hasilnya, tetapi rencana-Nya jauh lebih besar dari yang kita pahami saat ini.
Setelah tiba di tanah Kanaan, Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan menegaskan kembali janji-Nya. Sebagai tanggapan, Abram mendirikan mezbah bagi Tuhan (Kej. 12:7). Ini menunjukkan bahwa iman sejati tidak hanya diwujudkan dalam perjalanan, tetapi juga dalam penyembahan yang terus-menerus.

Bapa Gereja Ambrosius dari Milan menulis:
“Di mana Tuhan menyatakan janji-Nya, di situlah kita harus membangun mezbah, bukan dari batu, tetapi dalam hati yang penuh iman.” (On Abraham, 1.4.25)
Kita dipanggil untuk hidup dalam iman seperti Abraham—percaya kepada janji Tuhan, berjalan dalam ketaatan, dan senantiasa menyembah-Nya. Mari kita renungkan:
Apakah ada hal yang Tuhan panggil saya untuk tinggalkan demi mengikuti kehendak-Nya?
Bagaimana saya merespons janji Tuhan meskipun saya belum melihat hasilnya?
Sudahkah saya membangun “mezbah” dalam hati saya sebagai tanda penyembahan kepada-Nya setiap hari. (PaterGreg)

Related Posts