,

Terang Hari Ini : Kamis, 20/7 Maret 2025


Bacaan: Kejadian 7:11–8:3
KESETIAAN ALLAH DALAM PENGHAKIMAN DAN KESELAMATAN

  • “Pada tahun keenam ratus umur Nuh, dalam bulan yang kedua, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang besar, dan terbukalah tingkap-tingkap di langit.” (Kejadian 7:11)
  • Air bah adalah salah satu peristiwa paling dramatis dalam Kitab Kejadian. Ini adalah penghakiman atas dunia yang telah merosot dalam dosa, tetapi juga merupakan tindakan pemeliharaan Tuhan terhadap Nuh dan keluarganya. Selama 40 hari, hujan turun deras, dan seluruh bumi dipenuhi air. Namun, di tengah-tengah kehancuran, Allah tetap mengingat Nuh dan semua yang bersamanya di dalam bahtera (Kejadian 8:1).
  • Para Bapa Gereja sering melihat air bah sebagai gambaran sakramental. Rasul Petrus sendiri menulis bahwa air bah adalah bayangan baptisan:
    “Pada zaman Nuh… hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air itu. Kamu juga sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan…” (1 Petrus 3:20-21)
  • Js. Yohanes Krisostomos mengajarkan bahwa air yang menghancurkan dunia yang penuh dosa juga menjadi alat penyelamatan bagi Nuh dan keluarganya. Demikian pula, air baptisan bukan hanya simbol, tetapi alat nyata yang menenggelamkan manusia lama kita dalam dosa dan membangkitkan kita dalam hidup yang baru di dalam Kristus.
    Di Kejadian 8:1, kita membaca: “Lalu Allah mengingat Nuh dan segala binatang liar dan segala ternak yang bersama-sama dengan dia di dalam bahtera itu.” Pernyataan ini bukan berarti Allah sebelumnya melupakan Nuh, melainkan menunjukkan bahwa saat penghakiman telah berlalu, kini waktunya keselamatan dan pemulihan.
  • Js. Ambrosius dari Milan menafsirkan ayat ini sebagai penghiburan bagi umat percaya: “Bahkan di tengah-tengah penghakiman, Tuhan tidak pernah mengabaikan mereka yang setia kepada-Nya. Dia selalu mengingat mereka yang berpegang teguh pada perintah-Nya.”
  • Sering kali kita merasa seolah-olah berada dalam badai yang tak berkesudahan, dikelilingi oleh kegelapan tanpa harapan. Namun, seperti Allah mengingat Nuh, Dia juga mengingat kita. Dalam doa, dalam sakramen, dalam setiap tindakan iman kita, kita diingat oleh Tuhan dan dipelihara dalam rahmat-Nya.
  • Kejadian 8:1 juga menyebutkan bahwa Allah mengirim angin ke atas bumi, dan air mulai surut. Para Bapa Gereja melihat ini sebagai gambaran Roh Kudus, yang juga melayang-layang di atas air pada peristiwa penciptaan (Kejadian 1:2). Js. Gregorius dari Nyssa mengajarkan bahwa seperti angin itu membawa kehidupan baru setelah air bah, Roh Kudus juga memperbarui dan menghidupkan kembali jiwa kita setelah baptisan dan pertobatan.
  • Mari kita renungkan:
    Apakah saya setia seperti Nuh? – Di dunia yang penuh dengan godaan dan kejahatan, apakah saya tetap hidup dalam ketaatan kepada Tuhan? Apakah saya percaya bahwa Tuhan mengingat saya? – Saat menghadapi kesulitan, apakah saya tetap percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan saya?
    Apakah saya hidup dalam pembaruan Roh Kudus? – Setelah menerima baptisan dan hidup dalam iman, apakah saya terus mencari pembaruan melalui doa dan sakramen? (Pater Greg)
Related Posts