
Kejadian 9:18-10:1
“Anak-anak Nuh yang keluar dari bahtera ialah Sem, Ham dan Yafet; Ham adalah bapa Kanaan.”
(Kejadian 9:18)
WARISAN DAN PILIHAN DALAM HIDUP
Setelah air bah, dunia memiliki awal yang baru melalui Nuh dan keluarganya. Namun, peristiwa dalam bacaan hari ini menunjukkan bahwa meskipun diselamatkan oleh anugerah Allah, manusia tetap memiliki kebebasan untuk memilih antara kebaikan dan keburukan.
Ham, salah satu anak Nuh, melihat ketelanjangan ayahnya dan memberi tahu saudara-saudaranya (Kej. 9:22). Sementara itu, Sem dan Yafet memilih untuk menutupi ayah mereka dengan penuh hormat (Kej. 9:23). Akibatnya, Nuh memberkati Sem dan Yafet, tetapi mengucapkan kutukan atas Kanaan, anak Ham (Kej. 9:25-27).
Js. Yohanes Krisostomos menekankan bahwa dosa Ham bukan hanya karena melihat ketelanjangan ayahnya, tetapi karena ia tidak menunjukkan kasih dan penghormatan:
“Ham tidak dihukum hanya karena melihat, tetapi karena ia meremehkan dan mengejek ayahnya. Sementara Sem dan Yafet diberkati karena mereka menunjukkan rasa hormat yang benar.”
Kisah ini mengajarkan bahwa pilihan moral kita memiliki konsekuensi yang berdampak tidak hanya bagi kita sendiri tetapi juga bagi generasi mendatang. Hari ini, kita sering melihat fenomena di mana kesalahan orang lain diekspos secara terbuka, baik dalam percakapan sehari-hari maupun di media sosial. Sebaliknya, kita dipanggil untuk menunjukkan kasih dan pemulihan, bukan penghinaan.
Janasuci Basilius Agung berkata:
“Kasih tidak mencari kesalahan orang lain, tetapi menutupi dengan kasih dan mendorong pertobatan.”
Sebagai orang Kristen, kita harus memilih untuk membangun, bukan merusak. Tindakan kecil seperti menjaga perkataan, menghindari gosip, dan menunjukkan hormat kepada orang tua serta sesama akan menjadi warisan yang baik bagi generasi setelah kita.
Mari renungkan:
Bagaimana saya bersikap terhadap kesalahan orang lain? Apakah saya cepat menghakimi atau berusaha memulihkan dengan kasih?
Apakah hidup saya menjadi warisan kebaikan bagi generasi berikutnya? (PaterGreg)